Friday, December 7, 2018

Ini Lho Midnight Special (2016)

Apabila anda telah familiar akan karya-karya director/screenwriter Jeff Nichols, tentu tahu bakal ibarat apa gaya bertutur Midnight Special. Jangan mengharapkan epic spectacle, lantaran serupa sajian science fiction "kecil" kebanyakan, film ini bakal sering menghabiskan waktu menyoroti drama aksara sembari menyibak lapisan-lapisan alur secara perlahan. Masih dibintangi Michael Shannon selaku bintang film langganan Nichols, Midnight Special dibuka oleh informasi hilangnya bocah delapan tahun berjulukan Alton (Jaeden Lieberher). Kabarnya Alton diculik oleh Roy Tomlin (Michael Shannon), namun dari bagaimana interaksi keduanya, kita sanggup berasumsi bahwa fakta sebetulnya berbeda. 

Sejurus lalu kasus penculikan tersebut semakin kompleks dan melebar ketika FBI melaksanakan pemeriksaan terhadap sebuah cult, menginterogasi anggotanya mengenai Alton. Dari situ terungkap bahwa kelompok itu memposisikan Alton sebagai messiah, lantaran sang bocah mempunyai kemampuan misterius, salah satunya menangkap sinyal satelit diam-diam pemerintah Amerika Serikat. Akhirnya terjadi kejar-kejaran antara pihak pemerintah  dibantu beberapa anggota cult  dengan Roy demi mendapatkan Alton sebelum hari Jumat tanggal 6 Maret yang oleh para cult dianggap sebagai hari penghakiman. 
Kesampingkan aneka macam extraterrestrial mumbo jumbo-nya, Midnight Special akan menjadi sajian drama mengenai keluarga khususnya ayah-anak sebelum Sarah (Kirsten Dunst)  ibu Alton  terlibat dalam konflik. Nichols berulang kali membawa filmnya melompat-lompat dari setting jalan di mana banyak hal terjadi menuju daerah peristirahatan (rumah, motel) ketika intensitas diturunkan dan interaksi aksara kerap mengambil fokus. Sayangnya naskah garapan Jeff Nichols tak punya cukup kekuatan guna menyuntikkan dinamika emosi semoga drama itu bisa mengikat atensi. Berniat mengolah emosi secara subtil  kinda arthouse version of Spielberg's movie  rangkaian obrolan dan momen kebersamaan aksara justru terasa cuek tanpa kekuatan, ditambah lagi berhiaskan tempo lambat. Alhasil tiap kali kisahnya "beristirahat" intensitas ikut menurun drastis.

Untung Midnight Special masih mempunyai amunisi berjulukan Michael Shannon. Sang bintang film sanggup menciptakan setiap kehadirannya di layar bermakna, bahkan sekedar duduk atau bangun diam, sosoknya memancarkan kekalutan batin yang tengah dialami. Hal ini merupakan bukti konsistensi serta penyatuan seorang bintang film dengan tugas miliknya. Saya justru sedikit terganggu akan pembawaan Adam Driver sebagai Paul Sevier yang kental aura komedik lewat lisan serta gestur canggung. Akibatnya kemunculan Paul acapkali menghadirkan inkonsistensi tone. Tapi ini bukan sepenuhnya kesalahan Adam, lantaran nampak terang bahwa karakterisasi tersebut memang intensi dari Jeff Nichols, seolah ia ingin memberi "penyegar" semoga Midnight Special lebih gampang dinikmati penonton. Kaprikornus kurang sinkron, alasannya bab lain film dikemas serius.
Walaupun unsur drama berakhir kurang memuaskan, pendekatan besar lengan berkuasa ke arah realis ternyata punya manfaat positif. Saya serasa ditempatkan dalam dunia faktual di mana rentetan insiden asing semisal hujan satelit terasa mencengangkan. Momen-momen unearthly itu pun sukses meninggalkan impact besar pada saya. Dalam hal ini penyutradaraan Nichols patut mendapatkan kebanggaan tinggi. Akhirnya meski berulang kali intensitas menurun tatkala protagonisnya menepi untuk beristirahat, alurnya kembali menarik ketika perjalanan dimulai lagi. But there's still one more flaw when we talk about the plot: the mystery. 

Sah-sah saja suatu film menyisakan pertanyaan tak terjawab, bahkan bagi saya suatu misteri akan semakin bermakna sewaktu tidak mengatakan keseluruhan tanggapan atau memaparkannya dengan tersirat. Midnight Special mengambil langkah serupa ketika penonton urung menerima pemahaman teruntuk banyak hal, terutama wacana Alton dan kekuatannya. Namun untuk menciptakan penonton terpikat oleh unresolved mystery, harus ada rangkaian kemungkinan semoga penonton yakin bahwa sejatinya ada tanggapan di luar sana, hanya saja sang pembuat film menolak menjabarkan. Tapi kondisi film ini berbeda, Jeff Nichols terkesan tidak menjawab lantaran ia sendiri tak tahu tanggapan sebetulnya sehingga menyisakan ambiguitas guna meminimalisir plot hole (cobalah berusaha menjawab beberapa misteri, besar kemungkinan anda menemui jalan buntu atau ketidaklogisan). Pilihan itu bukan kekeliruan, namun menguatkan kurang matangnya sanksi premis Midnight Special. This one's not bad at all, but definitely the weakest effort from Jeff Nichols.

Artikel Terkait

Ini Lho Midnight Special (2016)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email