Tuesday, December 4, 2018

Ini Lho Musik Untuk Cinta (2017)

"Musik untuk Cinta" tergabung bersama judul-judul ibarat "Terjebak Nostalgia" dan "Multiverse: The 13th Step" sebagai film Indonesia yang perilisannya mundur tahun lalu. Tapi pencapaian film karya Enison Sianaro ("Long Road to Heaven") ini jauh lebih dahsyat. Telah menyelesaikan pengambilan gambar di tahun 2011 dan siap tayang pada 2012, alasannya yaitu "satu dan lain hal" (demikian ungkap Ian Kasela sang pemeran utama) mundur empat tahun menjadi 14 Januari 2016 sebelum kesannya benar-benar tayang di Maret 2017. Luar biasa! Jangka waktu penundaannya hampir setara album "Chinese Democracy" milik Guns N' Roses. Tapi sebagaimana kita tahu, album tersebut berakhir busuk. Demikian pula film ini. 

Sejatinya saya sempat optimis kala menyaksikan adegan pembuka berisi Kirab Budaya Cirebon digarap menarik khususnya dari tata visual. Departemen sinematografi yang dipegang Rudy Kurwet (kenapa nama-nama kru film macam ini selalu ajaib?) sejatinya lumayan. Beberapa sudut pengambilan gambar sepanjang film layak disebut menarik. Namun siapa sangka, gelaran dongeng filmnya jauh lebih menarik, unik, sekaligus mengherankan. Sambutlah abjad utama kita, Cecep (Ian Kasela), seorang perjaka dari keluarga miskin dengan keseharian menggarap sawah dan berjualan singkong. Cecep digambarkan sebagai sosok lugu, jujur, baik hati, pokoknya calon menantu idaman. Tapi ada lubang dalam hidup protagonis tercinta kita ini. Dia jomblo. 
Cecep pun memutuskan berkeliling Cirebon untuk mencari wanita. Sungguh. Saya tidak mengada-ada. Menunggangi delman, Cecep mulai mendatangi banyak sekali tempat, mencari perempuan yang bersedia ia goda. Sampai kesannya Cecep yang baik hati nan tampan rupawan ini hingga di sanggar latihan tari di mana ia bertemu Dewi (Arumi Bachsin), puteri keluarga Keraton Kasepuhan. Lalu apa yang Cecep lakukan sesudah terpukau oleh kecantikan sang puteri? Dari kejauhan ia memanggil, "neng, neng, neng". Ya, Cecep, protagonis tercinta kita beranggapan bahwa perempuan elok puteri Keraton bisa terpengaruhi oleh laki-laki asing tak sopan yang mendadak memanggilnya kolam preman pinggir jalan menarik hati orang lewat. 

Tapi anda tahu? Dewi tergoda! Dewi lebih menentukan Cecep ketimbang Surya (Ferry Ardiansyah) anak pengusaha besi bau tanah kaya raya dan AA Jimmy (Argo AA Jimmy) sang ulama yang jauh-jauh tiba dari Bandung untuk mengajarinya mengaji (baca: PDKT). "Musik untuk Cinta" memperlihatkan pada penonton bahwa merupakan kewajaran kalau seorang laki-laki ingin mendapat pacar, ia berkeliling kota mencari perempuan yang mau digoda, kemudian tanpa basa-basi memanggil "neng, neng, neng", kemudian voila! Puteri Keraton pun didapat. Dewi berkata ia menentukan Cecep alasannya yaitu kepribadiannya. Maaf, tapi kepribadian yang mana? 
Singkatnya, alasannya yaitu selalu diremehkan oleh orang bau tanah Dewi, Cecep merantau ke Jakarta. Tanpa uang, tanpa modal kemampuan, tanpa pendidikan. Koreksi kalau saya keliru, tapi bukankah ini salah satu penyebab duduk kasus kependudukan ibukota? Cecep pun harus berjuang keras, menjadi tukang parkir, pramusaji, hingga kesannya sukses sebagai production management sebuah perusahaan rekaman. WOW! Apakah Cecep ternyata punya kemampuan tersembunyi? Oh, ternyata pekerjaan itu ia sanggup dari mitra lamanya, Abun (Philip Jusuf). "Musik untuk Cinta" konon berpesan perihal kegigihan, tapi penggalan mana yang menyimbolkan kegigihan dari kenekatan merantau tanpa bekal kemudian berhasil alasannya yaitu donasi teman? Tidak hanya Cecep, seluruh tokoh luar biasa menyebalkan. Entah bodoh, sombong, pemaksa, dan lain sebagainya. 

(Spoiler alert) Cecep kesannya terlena oleh kesuksesan donasi sahabat itu, menjadi konsumtif, sombong, pemabuk kemudian dipecat dan kembali melarat. Anehnya, bukannya simpati saya justru puas melihatnya. Cecep dengan segala keluhannya layak mendapat itu. Sudah bisa ditebak, nasib kesannya kembali berpihak pada protagonis tercinta kita, tapi bagaimana caranya? Oh, ternyata Abun berbaik hati memaafkan si mitra lama, memperlihatkan lagi pekerjaannya. Baiklah. Secara keseluruhan "Musik untuk Cinta" punya tokoh utama yang sukses bukan alasannya yaitu perjuangan tetapi sepenuhnya belas kasih orang lain. Naskah garapan Kadjat Adra'i dan Iman Taufik terlalu menggampangkan resolusi konflik termasuk bagaimana Cecep menengahi permasalahan antara Abun dengan Titiek Puspa. Tunggu, ada Titiek Puspa? Ya, begitu pula Andra & the Backbone yang mendadak menampilkan "Musnah" di penghujung film.
"Musik untuk Cinta" tentu punya musical sequence. Tidak perlu bertanya apakah hasilnya bagus. Sound mixing-nya kacau. Suara bisa mendadak naik, turun, bahkan menghilang secara kasar. Pemilihan lagunya pun absurd. Ketika lagu film musikal umumnya mempunyai benang merah satu sama lain, bermodalkan semangat "semau gue" film ini asal memasang lagu. Ada tradisional, tembang kenangan, religi, dan pop soal cinta. Bahkan sekuen musikal hanya muncul dua kali yang semuanya menggelikan. Saya berkesimpulan, maksud kata "musik" pada judulnya bukan merujuk pada genre musikal atau eksplorasi budaya musik, melainkan diputarnya lagu sebanyak mungkin sepanjang durasi. Untuk apa pula Cecep diceritakan pandai menyanyi kalau ujung-ujungnya bekerja menjadi manajer produksi ketimbang talent?

Hiburan terbesar film ini yaitu menyaksikan Ian Kasela tanpa kacamata yang konsisten memasang tatapan nanar kolam memohon belas kasihan. Saya curiga poin utama "Musik untuk Cinta" yaitu perjalanan seorang Ian Kasela untuk menemukan kacamata hitam yang merupakan ciri khasnya. Terbukti, menjelang selesai mendadak ia menggunakan kacamata, memainkan lagu "Jujur" bersama Radja di tengah keramaian jalan raya yang dengan praktis mengalahkan surealisme opening "La La Land". Selain Ian tanpa kacamata, hiburan sanggup diperoleh pula lewat rentetan kalimat menggelikan, semisal "dikasih hati malah nginjek kepala" yang dilontarkan oleh aktornya secara serius. Demikianlah, kalau ingin menikmati suguhan romansa berbalut unsur musik memikat ada film Indonesia rilisan ahad ini yang bakal memuaskan anda. Judulnya "Galih & Ratna".


Ticket Sponsored by: Bookmyshow ID & Indonesian Film Critics

Artikel Terkait

Ini Lho Musik Untuk Cinta (2017)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email