Jika The Isle memantapkan nama Kim Ki-duk di kancah perfilman dunia lewat keberhasilannya di banyak sekali festival, maka Birdcage Inn mungkin yaitu yang pertama kali memperkenalkan nama sang sutradara di level internasional. Meski Birdcage Inn berakhir menyerupai film Kim lainnya yang gagal secara komersil di Korea Selatan (hanya mengumpulkan kurang lebih 5.800 penonton) tapi prestasinya di pekan raya film Internasional cukup berhasil. Film ini menjadi pembuka di kategori Panorama Section pada ajang Berlin International Film Festival tahun 1999. Film yang memiliki judul Korea Paran daemun ini bercerita wacana kehidupan seroang perempuan yang setiap malam bekerja sebagai PSK di sebuah penginapan. Wanita yang terjebak dalam kehidupan yang berat nan menyakitkan serta kehidupan prostitusi yaitu tema yang kedepannya semakin sering diangkat oleh Kim Ki-duk menyerupai dalam The Isle maupun Bad Guy. Sosok yang menjadi tokoh sentral di film ini yaitu Jin-a (Lee Ji-eun), seorang perempuan berusia 22 tahun yang gres saja tiba di sebuah penginapan berjulukan Birdcage Inn untuk memulai bekerja disana. Tidak hanya bekerja, Jin-a juga diperbolehkan tinggal disana bersama satu keluarga pemilik penginapan tersebut yang terdiri dari empat orang.
Diawal saya menyebutkan bahwa ini yaitu kisah wacana perempuan yang berada dalam kehidupan berat dan menyakitkan. Apa yang dialami Jin-a memang sungguh berat. Ayah dari keluarga pemilik penginapan tersebut yang nampaknya baik dan penyayang memperkosanya, sang istri memang tidak bertindak kejam pada Jin-a tapi yang ia pikirkan hanya mendapat uang dari menjual badan Jin-a. Anak laki-lakinya yang hobi fotografi, Hyun-woo (Ahn Jae-mo) meminta Jin-a melaksanakan pose bugil sebelum hasilnya bekerjasama seks dengannya. Sedangkan si anak perempuan, Hye-mi (Lee Hae-eun) yaitu yang paling memperlihatkan kebenciannya pada Jin-a dengan selalu mencela pekerjaannya dan terus berusaha mengasingkan Jin-a. Permasalahan yang dialami Jin-a bukan hanya tiba dari keluarga tersebut, alasannya yaitu germo yang dulu mempekerjakan Jin-a gres saja bebas dari penjara dan sering mengunjunginya dan memaksanya bekerjasama seks bahkan tidak jarang melukai secara fisik. Namun yang paling menjadi sorotan dalam Birdcage Inn yaitu bagaimana korelasi antara Jin-a dan Hye-mi berkembang dimana Jin-a terus berusaha berteman dengan Hye-mi, tapi sebaliknya Hye-mi selalu menampik perjuangan tersebut dan terus membencinya.
Jin-a mungkin yaitu huruf yang bisa menjadikan kesan love her/hate her pada benak penonton. Disatu sisi penonton bisa dibentuk bersimpati dengan betapa tegarnya beliau menghadpi segala cobaan berat dan selalu berusaha tersenyum disaat ia mampu. Usahanya untuk mengambil hati Hye-mi juga sanggup menjadikan simpati alasannya yaitu ia tidak pernah lelah meski sudah seringkali mendapat perlakuan menyakitkan. Namun sebaliknya, penonton juga bisa membenci Jin-a dan menganggapnya sebagai perempuan murahan yang bisa dengan gampang diajak bekerjasama seks, bahkan meski itu bukan bab dari pekerjaannya. Ya, hampir semua tokoh laki-laki yang muncul di film ini memang mendapat "kesempatan" bekerjasama seks dengan Jin-a. Saya sendiri begitu bersimpati dengannya. Meski sering dilukai oleh hampir semua orang, Jin-a nampak tidak pernah membenci mereka. Dia selalu akan memaafkan mereka, bahkan peduli pada mereka. Jin-a juga digambarkan sebagai perempuan yang begitu nrimo membantu orang lain, meski itu mengharuskannya melaksanakan korelasi seksual. Mungkin badan Jin-a bukan lagi sesuatu yang mahal, namun didalam fisiknya terdapat kebaikan hati yang begitu luar biasa.
Menonton Birdcage Inn saya benar-benar teringat pada lagu "Kupu-Kupu Malam". Lirik lagu tersebut memang menggambarkan kehidupan seorang pekerja seks komersial, namun liriknya benar-benar menggambarkan secara tepat bagaimana Jin-a menjalani hidupnya. Ada bermacam orang di sekitar Jin-a. Meskipun banyak yang menyakitinya, namun bahwasanya dari beberapa orang tersebut ada juga yang benar-benar peduli pada Jin-a dan selalu bersedia bila sang perempuan membutuhkan bantuannya meski itu hanya sekedar menemani Jin-a menikmati pemandangan di pantai. Jin-a juga begitu sesuai digambarkan dengan bait "kadang beliau tersenyum dalam tangis, kadang beliau menangis di dalam senyuman". Dia selalu berusaha tersenyum meski kita tahu bahwa di dalam hatinya beliau terluka luar biasa. Jin-a memang terlihat menyerupai perempuan murahan yang bersedia bekerjasama seks dengan siapa saja, tapi itu semua akhir kondisinya yang memang tidak bisa berbuat apapun. Apakah beliau menikmati seks yang beliau lakukan Saya rasa tidak. Dia tidak tersenyum, beliau tidak bersuara, bahkan beliau masih sempat menjawab ketukan pintu dengan santai ketika melayani pelanggan, seperti sedang tidak melaksanakan apapun.
Birdcage Inn dengan begitu baik menggambarkan bagaimana hasrat seksual yang dimiliki oleh semua karakternya, siapapun itu. Meski tidak dijelaskan secara gamblang namun gampang untuk menyimpulkan bahwa sang ayah memang haus akan seks alasannya yaitu sudah usang tidak mendapat kepuasan tersebut dari sang istri. Sang anak laki-laki yaitu citra cukup umur yang tengah memendam ingin tau begitu tinggi pada hal seksual. Bahkan lelaki yang selalu menemani Jin-a di pantai pun tidak lepas dari hasrat tersebut meski bahwasanya ia mungkin nrimo menyayangi Jin-a. Yang paling menarik tentu saja bagaimana korelasi antara Hye-mi dengan pacarnya. Disaat sang pacar terus membujuk Hye-mi untuk bekerjasama seks, Hye-mi terus menolak alasannya yaitu baginya yaitu haram untuk bekerjasama seks sebelum menikah. Dari pandangannya itu jugalah mengapa Hye-mi begitu membenci Jin-a. Namun apakah Hye-mi lebih baik dari Jin-a? Apakah Hye-mi lebih suci dari Jin-a? Dari korelasi keduanya saya dibentuk untuk menelisik lebih dalam mengenai huruf mereka khususnya Jin-a. Akhirnya, saya tidak menganggap bahwa Jin-a yang menjual tubuhnya itu salah, dan saya pun tidak membenarkannya. Namun apapun yang terlihat dari sisi luar seseorang, alangkah baiknya kita mengetahui secara lebih mendalam mengenai orang tersebut sebelum memperlihatkan cap padanya.
Birdcage Inn juga menampilkan ironi menyakitkan perihal kehidupan Jin-a. Akibat pekerjaannya, segala permasalahan yang ada menciptakan Jin-a selalu menjadi yang dipersalahkan. Bahkan sekalinya Jin-a mencoba sedikit memberi pelajaran pada Hye-mi, sang ibu mengeluarkan kata-kata "how can you treat us like that", sebuah kalimat yang seharusnya justru keluar dari lisan Jin-a dan ditujukan kepada mereka semua termasuk Hye-mi. Bicara korelasi Jin-a dan Hye-mi mungkin terang terlihat bahwa Hye-mi begitu membenci Jin-a alasannya yaitu pekerjaannya namun juga iri alasannya yaitu kecantikannya menciptakan banyak lelaki gampang terpikat. Sedangkan Jin-a hanya ingin berteman/bersaudara dengan Hye-mi, dan ia iri pada Hye-mi yang bisa hidup normal dan memiliki keluarga, sobat bahkan pacar yang bisa diajak berbicara. Namun benarkah hanya sebatas itu? Ataukah bahwasanya ada perasaan cinta lebih yang melatar belakangi bagaimana keduanya memperlakukan satu sama lain? Pada hasilnya menyerupai apapun bahwasanya perasaan yang mereka simpan, Birdcage Inn bagi saya tetaplah sebuah potret yang indah mengenai seorang perempuan pekerja seks yang hidup dalam penderitaan, namun tetap mencari bahkan membuatkan kebahagiaan.
Ini Lho Birdcage Inn (1998)
4/
5
Oleh
news flash