Thursday, January 31, 2019

Ini Lho The Smurfs (2011)

Mendengar "The Smurfs" memori saya teringat kembali akan kenangan masa kecil sekitar lebih dari 10 tahun yang lalu. Saat itu entah hanya disekitar rumah saya atau memang disemua daerah sedang ngetren sebuah stiker yang bergambar karakter-karakter Smurfs. Saat itu semua anak dikampung saya berusaha mengoleksi sebanyak mungkin baik dari membeli ataupun mengadakan permainan yang mempertaruhkan stiker-stiker tersebut. Tapi kondisi yang ketika itu kami sebut sebagai "musim smurf" itu tidak bertahan hingga setahun alasannya sehabis itu stiker-stiker tersebut sudah "tidak ngetren" lagi. Karenanya disaat film mengenai tokoh-tokoh komik buatan Peyo ini dibentuk film layar lebarnya lebih dari 10 tahun kemudian, saya tidak terlalu antusias, hanya sedikit bernostalgia saja. Apalagi track record film-film yang mencampurkan animasi CG dengan live action kualitasnya jarang yang istimewa.

Disebuah desa tersembunyi, hidup makhluk-makhluk biru kecil yang disebut Smurf. Smurf-smurf tersebut dipimpin oleh Papa Smurf yang merupakan tetua desa dan menjadi ayah bagi para smurf yang berjumlah 99 laki-laki dan 1 perempuan yang berjulukan Smurfette. Tiap-tiap smurf memiliki nama yang unik sesuai dengan kepribadian masing-masing, mulai dari Brainy yang berilmu hingga Clumsy yang ceroboh. Walaupun hidup mereka terlihat damai, tapi bekerjsama mereka selalu dikejar-kejar oleh seorang penyihir jahat berjulukan Gargamel dan kucingnya, Azrael.

Sampai suatu hari akhir kecerobohan Clumsy yang menciptakan Gargamel berhasil memasuki kampung mereka, beberapa Smurf menjadi tersedot kedalam sebuah lubang yang membawa mereka kedunia insan dan membawa mereka bertemu dengan pasangan suami istri, Patrick dan Grace. Kini para smurf harus berusaha mencari jalan kembali kedunia mereka sembari menghindari kejaran Gargamel yang juga ikut masuk kedunia manusia.

"The Smurfs" tidak jauh beda dengan "Hop" dari semua sisinya. Karakter-karakter yang dibentuk dengan CG, plot yang sederhana dan sangat biasa, hingga dagelan yang kekanak-kanakan alasannya memang pangsa pasarnya yaitu anak-anak. Tapi apa yang disajikan oleh "The Smurfs" sayangnya masih sedikit dibawah "Hop". Lelucon dari kedua film tersebut memang sama-sama kekanak-kanakan, tapi untuk "The Smurfs" terasa jauh lebih standar dan lebih garing. Penokohan huruf yang ada juga standar, yaitu ada laki-laki yang waktunya tersita demi pekerjaan dan istrinya yang lebih bijak. Untungnya huruf Gargamel meskipun juga agak standar tapi tidak ditampilkan terlalu konyol sehingga masih dapat menghibur saya dengan kepolosan dan ketidaktahuannya terhadap dunia manusia.

Dari segi kisah seharusnya film ini dapat jauh jauh lebih elok dan kreatif lagi mengingat komiknya juga bukan berisi kisah super standar dan terlalu kekanakan menyerupai filmnya. Nilai lebih untuk film ini yang paling terasa ada pada penggmabaran huruf Smurf yang dengan CGI yang elok terlihat mereka menjadi huruf yang cukup lucu dan menggemaskan. Kredit lebih saya berikan pada huruf Smurfette. Isian bunyi dari Katy Perry yang nyaman didengar dan sedikit centil benar-benar menghidupkan huruf smurf perempuan ini menjadi imut dan menggemaskan sehingga menjadi scene stealer buat saya. Sebenarnya Smurfette punya bacground masa kemudian yang dapat digali namun sayang hal itu tidak dilakukan dan hanya muncul secara ekspresi lewat certia dari Smurfette sendiri.

Keseluruhan film ini agak mengecewakan mengingat banyaknya kekurangan disana sini. Mungkin andaikan film ini dibentuk murni animasi akhirnya akan jauh lebih baik. Ide menciptakan film ini menjadi trilogi sementara ini yaitu inspirasi yang jelek andaikan sekuelnya akan tetap dibentuk dengan pendekatan yang sama layaknya sekuel-sekuel "Alvin and the Chipmunks" yang makin membosankan saja.

RATING:

Artikel Terkait

Ini Lho The Smurfs (2011)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email