Diangkat dari sebuah kisah konkret yang terjadi pada 1996, sutradara Xavier Beauvois lebih menentukan melaksanakan pendekatan secara religius daripada menyinggung unusr politis atau aroma konspirasi yang bahu-membahu cukup terasa dalam insiden 15 tahun kemudian tersebut. "Of Gods and Men" berkisah mengenai kehidupan para biarawan yang tinggal di Tibhirine, Aljazair berdampingan dengan masyarakat sekitar yang dominan beragama Islam. Beauvois juga berhasil mengemas perbedaan kepercayaan yang terjadi dalam film ini dengan indah. Kehidupan mereka diawal film diceritakan sangat tentram dan harmonis. Masyarakat sekitar hampir tiap hari berobat ke klinik yang dikelola oleh salah satu biarawan, kemudian disisi lain mereka juga tidak segan untuk mengajak para biarawan tiba ke sebuah program khitanan yang diadakan.
Bahkan ketua biarawan yang berjulukan Christian dalam kesehariannya cukup sering membaca Al Alquran dan mengetahui aneka macam macam isi serta amalan didalamnya. Bahkan kalimat "Insya Allah" sering terucap dari bibir Christian. Keharmonisan itu rusak disaat kelompok fundamentalis Islam bahkan kalangan pemerintah korup masuk kedalam kehidupan mereka semua dan mulai menekan dan merusak keharmonisan tersebut, Hingga risikonya konflik tersebut akan berujung pada sebuah peristiwa pada kemudian hari.
Saya menulis review film ini dengan perkiraan kalian yang membaca sudah mengetahui nasib para biarawan yang sesungguhnya, bila belum dapat membaca di link ini. Xavier Beauvois menyerupai yang sudah saya singgung diatas lebih menentukan pendekatan religius dalam film ini dimana beliau lebih menekankan pada perjuangan dan gejolak batin para biarawan disaat kondisi lingkungan mereka sedang bergejolak bahkan mereka bahu-membahu juga terancam terbunuh. Walaupun mereka biarawan yang kesehariannya diisi dengan beribadah dan berdoa, tapi disini sisi kemanusiaan mereka juga diperlihatkan disaat nyawa mereka terancam, mereka juga mempunyai rasa takut dan beberapa ada yang berpikiran untuk meninggalkan daerah tersebut dengan alasan percuma saja mengabdi apabila itu hanya menciptakan mereka terbunuh.
Beauvois juga bahu-membahu sedikit menyertakan gosip politik dan konspirasi yang terkandung dalam insiden tersebut dimana tersiar kabar bahwa pihak yang membunuh 7 biarawan itu bahu-membahu yaitu pihak militer. Hal itu terlihat dalam film ini dimana pihak biarawan khususnya Christian terlihat kurang akur dan selalu berselisih paham dengan pihak militer dan pemerintah. Tapi sekali lagi Beauvois konsisten pada sisi penceritaannya sehingga aspek tersebut tetap dibentuk misterius dan tidak eksklusif menunjuka pada pihak militer sebagai pihak yang bertanggung jawab atas peristiwa tersebut. Film yang memenangkan penghargaan "Gran Prix" di pekan raya film Cannes ini juga dapat lebih terasa menyedihkan dan kental unsur tragedinya, tapi Beauvois lebih menekankan unusr "harapan yang tidak pernah padam" dibanding berusaha menciptakan penontonnya banjir air mata.
Tapi toh bahu-membahu selesai dongeng film yang punya judul orisinil "Des hommes et des dieux" ini tetap menyentuh. Melihat kesembilan biarawan itu tersenyum dalam kebahagiaan dan keharmonisan menjelang selesai film dalam sebuah makan malam yang dibentuk seolah menyerupai "perjamuan terakhir" tetap sebuah adegan yang mengharukan. Secara keseluruhan "Of Gods and Men" memang sebuah film yang dibentuk untuk memperlihatkan perasaan tenang yang tercipta bila kita semua sebagai insan hidup saling berdampingan dan toleransi walaupun Tuhan kita "berbeda". Sebuah film yang anggun meskipun dengan alur yang lambat dapat menyebabkan timbul 2 hal yang berlawanan yakni rasa tenang dan rasa bosan. Alur lambat itu juga yang menciptakan saya tidak hingga memperlihatkan empat bintang pada film ini.
RATING:
Bahkan ketua biarawan yang berjulukan Christian dalam kesehariannya cukup sering membaca Al Alquran dan mengetahui aneka macam macam isi serta amalan didalamnya. Bahkan kalimat "Insya Allah" sering terucap dari bibir Christian. Keharmonisan itu rusak disaat kelompok fundamentalis Islam bahkan kalangan pemerintah korup masuk kedalam kehidupan mereka semua dan mulai menekan dan merusak keharmonisan tersebut, Hingga risikonya konflik tersebut akan berujung pada sebuah peristiwa pada kemudian hari.
Saya menulis review film ini dengan perkiraan kalian yang membaca sudah mengetahui nasib para biarawan yang sesungguhnya, bila belum dapat membaca di link ini. Xavier Beauvois menyerupai yang sudah saya singgung diatas lebih menentukan pendekatan religius dalam film ini dimana beliau lebih menekankan pada perjuangan dan gejolak batin para biarawan disaat kondisi lingkungan mereka sedang bergejolak bahkan mereka bahu-membahu juga terancam terbunuh. Walaupun mereka biarawan yang kesehariannya diisi dengan beribadah dan berdoa, tapi disini sisi kemanusiaan mereka juga diperlihatkan disaat nyawa mereka terancam, mereka juga mempunyai rasa takut dan beberapa ada yang berpikiran untuk meninggalkan daerah tersebut dengan alasan percuma saja mengabdi apabila itu hanya menciptakan mereka terbunuh.
Beauvois juga bahu-membahu sedikit menyertakan gosip politik dan konspirasi yang terkandung dalam insiden tersebut dimana tersiar kabar bahwa pihak yang membunuh 7 biarawan itu bahu-membahu yaitu pihak militer. Hal itu terlihat dalam film ini dimana pihak biarawan khususnya Christian terlihat kurang akur dan selalu berselisih paham dengan pihak militer dan pemerintah. Tapi sekali lagi Beauvois konsisten pada sisi penceritaannya sehingga aspek tersebut tetap dibentuk misterius dan tidak eksklusif menunjuka pada pihak militer sebagai pihak yang bertanggung jawab atas peristiwa tersebut. Film yang memenangkan penghargaan "Gran Prix" di pekan raya film Cannes ini juga dapat lebih terasa menyedihkan dan kental unsur tragedinya, tapi Beauvois lebih menekankan unusr "harapan yang tidak pernah padam" dibanding berusaha menciptakan penontonnya banjir air mata.
Tapi toh bahu-membahu selesai dongeng film yang punya judul orisinil "Des hommes et des dieux" ini tetap menyentuh. Melihat kesembilan biarawan itu tersenyum dalam kebahagiaan dan keharmonisan menjelang selesai film dalam sebuah makan malam yang dibentuk seolah menyerupai "perjamuan terakhir" tetap sebuah adegan yang mengharukan. Secara keseluruhan "Of Gods and Men" memang sebuah film yang dibentuk untuk memperlihatkan perasaan tenang yang tercipta bila kita semua sebagai insan hidup saling berdampingan dan toleransi walaupun Tuhan kita "berbeda". Sebuah film yang anggun meskipun dengan alur yang lambat dapat menyebabkan timbul 2 hal yang berlawanan yakni rasa tenang dan rasa bosan. Alur lambat itu juga yang menciptakan saya tidak hingga memperlihatkan empat bintang pada film ini.
RATING:
Ini Lho Of Gods And Men (2011)
4/
5
Oleh
news flash