Wednesday, January 16, 2019

Ini Lho Onibaba (1964)

Mendengar judulnya saya pribadi berasumsi bahwa ini ialah film horror hantu-hantuan, secara nama Onibaba itu setahu saya ialah nama untuk hantu perempuan berwajah mengerikan. Bagi yang mengikuti komik Samurai X niscaya tahu tokoh Hanya anggota Oniwabanshu milik Aoshi. Nah wajah dari hantu Onibaba kurang lebih sama ibarat topeng yang digunakan Hanya itu. Tentu saja hal itu membuat rasa ingin tau saya akan film yang termasuk kategori cult ini meninggi, alasannya berdasarkan saya penggambaran wajah dari hantu Onibaba yang saya tahu selama ini sangat mengerikan. Bagaimana tidak? Onibaba ialah hantu dengan tanduk di kepalanya, lisan yang terbuka lebar seolah selalu tertawa tapi mempunyai mata yang terlihat selalu sedih. Nama Onibaba sendiri bila diartikan dalam Bahasa Indonesia berarti Setan Pelawak/Badut yang mungkin diambil dari bentuk wajahnya yang memang ibarat badut dengan lisan menganga namun mengerikan luar biasa. Tapi diluar ekspektasi ternyata film ini bukanlah film yang bercerita perihal teror Onibaba.

Film ini ber-setting pada ketika perang sipil pecah di Jepang yaitu sekitar tahun 1300-an. Saat itu banyak sekali rakyat khususnya petani yang hidup sangat miskin alasannya tanggapan perang mereka tidak dapat bercocok tanam. Pada alhasil mereka harus melaksanakan cara lain untuk menyambung hidup. Hal itu juga yang menimpa seorang perempuan bau tanah (Nobuko Otowa) dan menantunya (Jitsuko Yoshimura). Mereka harus mencari makan dengan cara membunuh samurai atau prajurit perang yang kebetulan lewat atau tengah bersembunyi untuk kemudian menjual segala hal yang dimiliki prajurit tersebut mulai dari baju zirah hingga pedangnya. Putera dari perempuan bau tanah itu sendiri tengah pergi ke medan perang dan meninggalkan istri dan ibunya hidup berdua. Sang istri sendiri nampaknya mulai kesepian tanpa keberadaan sang suami yang berarti hasrat seksualnya tidak pernah terpenuhi. Sampai kemudian Hachi (Kei sato) yang pergi berperang bersama anak perempuan bau tanah itu kembali dari medan perang dan berkata bahwa si anak telah tewas. Sebagai ibu tentu saja beliau tidak pribadi percaya sebelum melihat pribadi jasad sang anak. Dia percaya Hachi hanya berbohonh bahkan mungkin Hachi yang membunuh anaknya alasannya perempuan bau tanah itu tahu bahwa Hachi ingin mendapat sang menantu. Meski awalnya tidak suka tapi alhasil sang menantu terpengaruhi juga untuk "berselingkuh" dengan Hachi. Sebuah kondisi yang pada alhasil akan melahirkan "setan onibaba"
Onibaba memang bukan kisah hantu-hantuan. Yang ada dalam film ini ialah sebuah kisah yang diambil dari sebuah kisah fatwa Buddha yang kemudian diadaptasi. Jika anda belum pernah mendengar dongeng yang menjadi dasar dari film ini saya sarankan tidak usah mencari tahu, alasannya makin sedikit yang anda tahu akan makin menyenangkan perjalanan anda selama menonton. Meskipun tetap ada hubungannya dengan setan atau hantu, yang ditekankan dalam film ini bukanlah hal tersebut. Onibaba ialah sebuah kisah kelam perihal sebuah kebusukan yang tercipta tanggapan kesulitan hidup. Dalam film ini terlihat bahwa insan dapat menjadi begitu kejam bila itu sudah menyangkut dilema hidup mereka, khususnya dilema perut. Manusia dapat menjadi begitu buas dan anyir bila itu sudah menyangkut bagaimana mereka makan. Dalam hal ini kemiskinan ialah faktor utama penyebab hal tersebut terjadi. Kemudian sehabis itu sumber konflik lain dalam film ini ialah berkaitan dengan hasrat seksual yang tak terlampiaskan. Pada dasarnya bila dirunut maka Onibaba bercerita perihal bagaimana upaya seseorang untuk memuaskan kebutuhan dan hasrat dasar mereka. Apapun caranya akan dilakukan untuk memenuhi hasrat tersebut.
Yang menarik dari film ini ialah dari ketiga tokoh utamaya yang terlibat dalam konflik bila ditelaah tidak ada satupun yang bantu-membantu dapat dipersalahkan. Sang perempuan bau tanah tidak salah alasannya masuk akal seorang ibu tidak akan begitu saja percaya perihal maut anaknya apalagi dari sumber yang tidak terlalu ia percayai. Kemudian ketika ia begitu menentang kekerabatan menantunya dengan Hachi tentu saja itu dapat dimaklumi mengingat ia masih belum yakin akan maut sang anak, apalagi melihat sosok Hachi yang seenaknya sendiri niscaya tidak semudah itu perempuan tersebut melepaskan menantunya yang juga begitu membantunya dalam berkehidupan sehari-hari. Tapi, sang menantu dan Hachi sendiri tidak salah juga, alasannya keduanya sudah usang tidak melampiaskan hasrat seksual mereka. Hachi yang terjebak di medan perang dan si menantu yang ditinggal sendiri oleh suaminya ke medan perang tentu sama-sama memendam hasrat yang besar. Dan ketika keduanya menjalin kekerabatan yang ada hanyalah sepasang insan yang ingin melampiaskan hasrat dan tidak ada perasaan mengkhianati siapapun. 

Tapi sayangnya kita tidak diberi kesempatan untuk melihat sisi masing-masing tokohnya yang merasa tidak terpenuhi hasratnya. Kita tidak diperlihatkan kegundahan seorang perempuan yang usang ditinggal suaminya ke medan perang. Tahu-tahu saja kita disuguhkan pada konflik tersebut. Sehingga ketika hubngan tersebut berjalan tidak ada perasaan lebih ibarat simpatik yang kita rasakan. Yang ada hanya perasaan masuk akal dalam memandang kekerabatan tersebut. Pada awalnya kita disuguhi ambiguitas moral tanggapan kelaparan dan kemiskinan dan secara tiba-tiba muncul konflik perihal perselingkuhan tersebut. Memang segala alur ceritanya dibalut dengan sangat rapih dan lezat untuk ditonton. Tapi tetap saja ada yang terasa kurang pada konflik tersebut, yakni rasa terbawa kedalamnya. Tapi sekali lagi hal itu dapat dimaafkan alasannya pengemasan kisahnya yang sangat baik. Penggunaan gambar hitam putih justru jadi kelebihan tersendri. Suasana kelam, claustrophobic dan nuansa yang lebih intens jadi sangat terasa dalam film ini. Saya juga suka dengan balutan musiknya yang sagat khas dengan banyak sekali ketukan perkusi yang membuat suasana mencekam dengan musik yang benar-benar rasa tradisional Jepang. Overall jangan berharap akan disuguhi hantu-hantuan alasannya Onibaba bukanlah horor tipe ibarat itu tapi sebuah horror perihal kehidupan dimana hasrat dasar insan tidak terpenuh dan pada alhasil berujung dengan simpulan yang cukup tragis namun dikemas dengan ironi yang indah. 

RATING:

Artikel Terkait

Ini Lho Onibaba (1964)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email