Florian Henckel von Donnersmarck sempat "mengkhianati" impian saya tahun lalu. Harapan untuk melihat salah satu pemain drama favorit saya, Johnny Depp bermain dalam film yang punya kualitas manis disaat beliau tidak sedang memerankan huruf aneh. Ya, "The Tourist" garapannya memang cukup mengecewakan padahal selain ada Johnny Depp disana juga ada Angelina Jolie. Saya sendiri menggantungkan impian tinggi pada film tersebut sesudah melihat fakta bahwa sang sutradara sebelum menggarap remake "Anthony Zimmer" tersebut telah sukses menggarap sebuah film yang memenangkan Oscar untuk kategori "Best Foreign Language Film". "The Lives of Others" yang punya judul orisinil (Jerman) "Das Leben der Adneren" ini memang menuai kesuksesan besar dan melambungkan nama sang sutradara.
Jika biasanya film asal Jerman bercerita perihal Nazi dan Hitler, Florian Henckel von Donnersmarck lebih menentukan menciptakan film yang menyoroti perihal Jerman Timur pada 4-5 tahun sebelum tembok Berlin runtuh. Saat itu disana Stalin yang merupakan kepolisian belakang layar di Jerman Timur boleh dibilang sedang menancapkan rezimnya. Saat itu juga yang namanya sadap menyadap jamak dilakukan oleh stalin pada orang-orang yang dianggap dan dicurigai sebagai pemberontak. Gerd Wiesler (Ulrich Muhe) ialah salah satu anggota stalin yang dianggap paling jago dalam urusan menginterogasi dan misi mata-mata. Dia benar-benar menguasai segala teknik dalam hal-hal itu. Suatu hari beliau menerima misi untuk memata-matai Georg Dreyman (Sebastian Koch) yang merupakan seorang penulis naskah drama teater. Misi yang memiliki instruksi "Lazlo" itu dijalankan dengan cara memasang aneka macam alat penyadap didalam rumah Georg.
Wiesler alhasil mulai "memasuki" kehidupan dan keseharian Georg yang tinggal bersama kekasihnya sekaligus aktris yang bermain dalam naskah yang beliau tulis, Christa-Maria Sieland (Martina Gedeck). Wiesler pada alhasil makin dalam memasuki kehidupan Georg bersama Christa dan ikut mengetahui aneka macam permasalahan dan interaksi sekaligus perasaan cinta kasih keduanya. Hal itulah yang perlahan merubah Wiesler dari Stalin yang hirau taacuh namun kesepian menjadi insan yang peduli terhadap orang lain walaupun itu harus menyalahi misi yang tengah beliau jalani. Pada dasarnya film ini menyatakan bahwa "manusia ibarat apapun sanggup berubah". Sebuah pesan yang didalam film ini sendiri disanggah oleh salah seorang tokohnya bahwa supaya bagaimanapun insan tidak akan pernah sanggup berubah, dan nyatanya justru Wiesler yang hirau taacuh tapi kesepian itu pada alhasil sanggup tersentuh perasaannya.
Florian Henckel von Donnersmarck sukses menggabungkan nuansa thriller sekaligus drama psikologis dalam diri Wiesler di film debutnya ini. Untuk thriller-nya film ini memang tidak mengakibatkan hal tersebut sebagai suguhan utamanya. Karena aneka macam thriller dan twist yang ada memang bahwasanya sudah sanggup diprediksi beberapa walaupun ada juga yang tidak sanggup diprediksi, tapi kemasan terhadap thriller tersebut sangatlah efektif sehingga penonton tidak akan bosan dijejali drama melulu. Berbagai teknik spionase dan sadap menyadap jadi jualan utama untuk thriller-nya. Sangat menarik melihat bagaimana teknik itu dilakukan termasuk dikala interogasi. Dengan kata lain kandungan thriller yang ada kental dan efektif tapi tidak hingga menutupi sisi drama yang bahwasanya jadi hal utama yang ingin disampaikan dalam "The Lives of Others" ini.
Dari segi drama sangat menarik melihat 2 tema saling bersinggungan. Yang pertama terang mengenai seorang Gerd Wiesler yang hirau taacuh dan kesepian. Diawal kisah kita memang diperlihatkan sosoknya yang begitu hirau taacuh dan tepat dalam menjalankan aneka macam misinya. Tapi usang kelamaan sesudah "mendengar" kehidupan Georg, Wiesler mulai menyadari bahwa beliau hanyalah laki-laki kesepian yang melaksanakan hal buruk. Ada beberapa adegan yang sangat saya sukai berkaitan dengan psikologis seorang Wiesler. Adegan disaat beliau mendengarkan Georg memainkan musik dalam buku "Sonata for a Good Men" dimana disebutkan bahwa orang buruk/jahat akan lebih "mengena" dikala benar-benar mendengarkan musik tersebut kemudian disusul adegan air amta Wiesler mengalir dan beliau hanya duduk melongo ialah salah satu adegan keren itu. Ada juga adegan yang buat saya cukup lucu yang terjadi sesudah Wiesler mendengar Georg dan Christa sedang bekerjasama seks. Yang terakhir tentu saja ending film ini.
"The Lives of Others" ialah film yang lengkap dan seimbang baik itu thriller atapun drama-nya. Film yang sangat pantas berjaya dalam Oscar. Ada 2 hal yang patut disayangkan terjadi sesudah film ini rilis. Pertama ialah sekitar setahun sesudah film ini rilis, Ulrich Muhe meninggal dunia alasannya ialah kanker perut. Padahal melihat aktingnya sebagai Wiesler beliau berpotensi menerima tugas yang sanggup membuatnya menerima nominasi Oscar di masa depan. Sungguh sebuah kehilangan. Yang kedua adalah, 4 tahun sesudah film ini dibentuk sang sutradara yang digadang-gadang punya masa depan cerah ini menciptakan film mengecewakan yang konyolnya menerima nominasi Golden Globe. Apalagi bila bukan "The Tourist"
RATING:
Jika biasanya film asal Jerman bercerita perihal Nazi dan Hitler, Florian Henckel von Donnersmarck lebih menentukan menciptakan film yang menyoroti perihal Jerman Timur pada 4-5 tahun sebelum tembok Berlin runtuh. Saat itu disana Stalin yang merupakan kepolisian belakang layar di Jerman Timur boleh dibilang sedang menancapkan rezimnya. Saat itu juga yang namanya sadap menyadap jamak dilakukan oleh stalin pada orang-orang yang dianggap dan dicurigai sebagai pemberontak. Gerd Wiesler (Ulrich Muhe) ialah salah satu anggota stalin yang dianggap paling jago dalam urusan menginterogasi dan misi mata-mata. Dia benar-benar menguasai segala teknik dalam hal-hal itu. Suatu hari beliau menerima misi untuk memata-matai Georg Dreyman (Sebastian Koch) yang merupakan seorang penulis naskah drama teater. Misi yang memiliki instruksi "Lazlo" itu dijalankan dengan cara memasang aneka macam alat penyadap didalam rumah Georg.
Wiesler alhasil mulai "memasuki" kehidupan dan keseharian Georg yang tinggal bersama kekasihnya sekaligus aktris yang bermain dalam naskah yang beliau tulis, Christa-Maria Sieland (Martina Gedeck). Wiesler pada alhasil makin dalam memasuki kehidupan Georg bersama Christa dan ikut mengetahui aneka macam permasalahan dan interaksi sekaligus perasaan cinta kasih keduanya. Hal itulah yang perlahan merubah Wiesler dari Stalin yang hirau taacuh namun kesepian menjadi insan yang peduli terhadap orang lain walaupun itu harus menyalahi misi yang tengah beliau jalani. Pada dasarnya film ini menyatakan bahwa "manusia ibarat apapun sanggup berubah". Sebuah pesan yang didalam film ini sendiri disanggah oleh salah seorang tokohnya bahwa supaya bagaimanapun insan tidak akan pernah sanggup berubah, dan nyatanya justru Wiesler yang hirau taacuh tapi kesepian itu pada alhasil sanggup tersentuh perasaannya.
Florian Henckel von Donnersmarck sukses menggabungkan nuansa thriller sekaligus drama psikologis dalam diri Wiesler di film debutnya ini. Untuk thriller-nya film ini memang tidak mengakibatkan hal tersebut sebagai suguhan utamanya. Karena aneka macam thriller dan twist yang ada memang bahwasanya sudah sanggup diprediksi beberapa walaupun ada juga yang tidak sanggup diprediksi, tapi kemasan terhadap thriller tersebut sangatlah efektif sehingga penonton tidak akan bosan dijejali drama melulu. Berbagai teknik spionase dan sadap menyadap jadi jualan utama untuk thriller-nya. Sangat menarik melihat bagaimana teknik itu dilakukan termasuk dikala interogasi. Dengan kata lain kandungan thriller yang ada kental dan efektif tapi tidak hingga menutupi sisi drama yang bahwasanya jadi hal utama yang ingin disampaikan dalam "The Lives of Others" ini.
Dari segi drama sangat menarik melihat 2 tema saling bersinggungan. Yang pertama terang mengenai seorang Gerd Wiesler yang hirau taacuh dan kesepian. Diawal kisah kita memang diperlihatkan sosoknya yang begitu hirau taacuh dan tepat dalam menjalankan aneka macam misinya. Tapi usang kelamaan sesudah "mendengar" kehidupan Georg, Wiesler mulai menyadari bahwa beliau hanyalah laki-laki kesepian yang melaksanakan hal buruk. Ada beberapa adegan yang sangat saya sukai berkaitan dengan psikologis seorang Wiesler. Adegan disaat beliau mendengarkan Georg memainkan musik dalam buku "Sonata for a Good Men" dimana disebutkan bahwa orang buruk/jahat akan lebih "mengena" dikala benar-benar mendengarkan musik tersebut kemudian disusul adegan air amta Wiesler mengalir dan beliau hanya duduk melongo ialah salah satu adegan keren itu. Ada juga adegan yang buat saya cukup lucu yang terjadi sesudah Wiesler mendengar Georg dan Christa sedang bekerjasama seks. Yang terakhir tentu saja ending film ini.
"The Lives of Others" ialah film yang lengkap dan seimbang baik itu thriller atapun drama-nya. Film yang sangat pantas berjaya dalam Oscar. Ada 2 hal yang patut disayangkan terjadi sesudah film ini rilis. Pertama ialah sekitar setahun sesudah film ini rilis, Ulrich Muhe meninggal dunia alasannya ialah kanker perut. Padahal melihat aktingnya sebagai Wiesler beliau berpotensi menerima tugas yang sanggup membuatnya menerima nominasi Oscar di masa depan. Sungguh sebuah kehilangan. Yang kedua adalah, 4 tahun sesudah film ini dibentuk sang sutradara yang digadang-gadang punya masa depan cerah ini menciptakan film mengecewakan yang konyolnya menerima nominasi Golden Globe. Apalagi bila bukan "The Tourist"
RATING:
Ini Lho The Lives Of Others (2006)
4/
5
Oleh
news flash