Friday, January 18, 2019

Ini Lho Jaws (1975)

Steven Spielberg mungkin bukan sutradara favorit saya, tapi harus diakui bahwa beliau ialah sutradara paling revolusioner di Hollywood. Beberapa kali beliau menciptakan sebuah gebrakan dalam filmnya. Tapi 36 tahun sebelum beliau menciptakan film animasi performance capture lewat Tintin, 18 tahun sebelum beliau menghidupkan para dinosaurus di "Jurassic Park", 7 tahun sebelum E.T. tiba ke Bumi, dan 6 tahun sebelum Indiana Jones memulai petualangannya, Speilberg yang gres berusia 29 tahun sukses menciptakan gebrakan dengan menghidupkan great white shark dalam sebuah creature movie paling legendaris dan paling menegangkan sekaligus sebuah film yang mengawali tradisi film isu terkini panas atau summer movies di Hollywood.

Cerita dalam film ini jikalau ditengok kini bahwasanya biasa sebab sudah banyak digunakan dalam film wacana teror ikan ganas entah itu hiu atau piranha. Amity Island ialah sebuah pulau yang tenang dan damai. Tapi setiap isu terkini panas kawasan itu menjelma sentra berlibur bagi para wisatawan sebab mempunyai pantai sebagai resort pariwisata. Tapi isu terkini panas yang menguntungkan uang bagi kawasan itu kali ini terancam sehabis beberapa hari sebelum 4 Juli yang akan mendatangkan banyak wisatawan kawasan itu dikejutkan oleh ditemukannya mayit seorang perempuan yang diduga mati akhir serangan hiu.

Tentu saja hal itu menimbulkan kewaspadaan khususnya bagi Chief Martin Brody (Roy Scheider) yang gres bertugas disana beberapa bulan. Martin memutuskan untuk menutup pantai guna menjaga keselamatan warga hingga hiu itu behrasil dibunuh. Tapi walikota Larry (Murray Hamilton) menolak hal itu sebab menganggap penutupan pantai di masa liburan akan menghancurkan perekonomian Amity. Tapi serangan demi serangan terus terjadi hingga risikonya Martin dibantu oleh hebat Oceanografi, Matt Hooper (Richard Dreyfuss) dan pemburu hiu berjulukan Quint (Robert Shaw) memutuskan untuk memburu hiu raksasa tersebut.
Ada beberapa hal yang menciptakan "Jaws" jadi sebuah creature movie yang Istimewa walaupun kisahnya biasa saja. "Jaws" memang bukan film pertama yang menjadikan binatang buas sebagai tokoh antagonis, tetapi untuk film wacana teror hiu film ini bisa dibilang ialah pionirnya. Suatu hal yang "pertama" ialah spesial, begitu juga dengan "Jaws". Walaupun jikalau dilihat kini kisahnya biasa saja, tapi saya bisa membayangkan bagaimana teror yang dirasakan oleh penonton jaman dulu. Robot hiu yang dibentuk dalam film ini juga terlihat realisits dan bisa menebar teror dengan keganasannya. Teknik yang digunakan Spielberg juga menciptakan film ini spesial. Hiu yang jadi penyebar teror tidak muncul secara gamblang hingga satu jam pertama film. Hal itu tentunya akan menciptakan penontont khususnya dari masa itu yang notabene masih belum menerima citra niscaya bagaiaman sosok hiu ganas muncul di layar lebar tegang dan menanti secara was was sosok sang pembunuh. Hal ini mengingatkan saya pada film pertama "Halloween" dimana sosok Michael Myers belum dikenal dan gres diperlihatkan secara terperinci menjelang klimaks.
Tidak menyerupai film hiu jaman kini yang makin tidak pelit memperlihatkan sosok sang pemangsa sebab ingin pamer Istimewa imbas tapi jadinya malah menghilangkan teror dan ketegangan, "Jaws" tidak menyerupai itu. Awalnya kita hanya disuguhi sudut pandang orang pertama dalam hal ini sudut pandang hiu yang mengincar mangsanya dari bawah laut. Teknik ini kini sudah banyak disesuaikan tapi tentu saja makin tidak efektif. Lalu disaat film mencapai titik puncak barulah sanghiu muncul dengan segala keganasannya menciptakan kemunculannya efektif dan tidaklah hambar. Bandingkan dengan film-film jaman kini yang juga menampilkan hiu, apakah anda merasa diteror? Saya rasa tidak. Sedangkan "Jaws" mempunyai banyak momen yang menegangkan dan mengagetkan bahkan ada cukup banyak yang masih efektif untuk penonton jaman sekarang.

"Jaws" mungkin mempunyai beberapa hal yang menciptakan film ini mempunyai rasa B-Movie, tapi penanganan dari Spielberg menciptakan "Jaws" jadi bukan menjadi film kelas B. Teror yang ditebar sebab suasanan yang mencekam dibanding hanya mengandalkan serangan-serangan hiu yang kosong dan asal sadis ialah salah satu alasan hal tersebut. Selain itu, karakterisasi ketiga tokoh utamanya juga menarik dan menjalin chemistry yang baik terutama disaat mereka bertiga gotong royong berburu hiu ditengah lautan. Seorang polisi takut air, hebat oceanografi kaya yang yakin pada kemampuannya, hingga seorang pemburu hiu kasar. Ketiganya berinteraksi dengan menarik, menciptakan film ini punya momen yang tidak kalah mengasyikkan walaupun sang hiu tidak sedang menebar teror.

Tapi "Jaws" buat saya pribadi bukan film yang sempurna. Ternyata di film ini Spielberg sudah sangat terasa ciri khasnya, yaitu menciptakan filmnya mempunyai nuansa petualangan baik itu dibangun lewat adegannya ataupun komposisi musiknya. "Jaws" juga punya nuansa menyerupai itu yang walaupun eksekusinya elok tapi saya kurang suka. Saat memasuki momen titik puncak yang seharusnya murni ketegangan, Spielberg memasukkan unsur petualangan dalam adegan perburuan hiu tersebut. Bagus memang, tapi buat saya sendiri sangat disayangkan sebab tingkat keseraman jadi menurun. Begitu juga musik yang dibentuk oleh John Williams. Semuanya elok dalam membangun suasana, tapi musik beraroma petualangan di pecahan titik puncak menciptakan adegan itu terperinci makin berbau adventure daripada thriller. Padahal musik beraroma thriller juga ada dalam film ini dan itu sangat efektif membangun ketegangan. Satu hal lagi yang agak mengganggu ialah mengenai tokoh Chief Martin ayng diawal diceritakan takut air. Sebenarnya hal itu bisa jadi sebuah konflik psikologis yang menarik dikala beliau harus berhadapan eksklusif dengan hiu ditengah laut, tapi entah kenapa fobia itu terlihat hilang begitu saja.

"Jaws" risikonya jadi salah satu thriller terbaik yang pernah dibuat. Tidak hanya memperkenalkan pada dunia nama Steven Spielberg, tapi juga memperkenalkan tradisi pembuatan summer movies di Hollywood semenjak kesuksesan luar biasa film ini yang dirilis pada isu terkini panas. Sebuah film yang menjadi awal selalu spesial, dan "Jaws" ialah salah satunya dan sebuah film yang masuk kategori klasik yang amat disayangkan Spielberg menjual copyright untuk sekuelnya hingga risikonya muncul 3 sekuel dari film ini dimana hanya film kedua yang cukup sukses sedangkan film ketiga (3D) dan keempatnya hancur dicaci kritikus dan pendapatannya tidak sukses besar.

RATING:

Artikel Terkait

Ini Lho Jaws (1975)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email