Thursday, January 31, 2019

Ini Lho Quickie Express (2007)

Joko Anwar selalu punya visi yang cerdas sekaligus unik dalam menciptakan film. Lihatlah film-film yang menempatkan dirinya sebagai penulis naskah mulai dari "Arisan", "Jakarta Undercover", "Fiksi" hingga tiga film yang juga ia sutradarai (Kala, Janji Joni, dan Pintu Terlarang) semuanya punya jalinan dongeng yang unik, entah karakternya yang unik, plot, atau setting lokasi yang terkadang mengambil lokasi negeri antah berantah. "Quickie Express" yang disutradarai Dimas Djay ini juga naskahnya ditulis oleh Joko Anwar. Tanpa mengesampingkan tugas Dimas Djay selaku sutradara (yang cukup berhasil mendirect film ini) kelebihan utama dari "Quickie Express" yaitu pada naskahnya.

Jojo (Tora Sudiro) sedang mengalami kesulitan ekonomi disaat dirinya selalu gagal dalam setiap pekerjaan yang ia jalani mulai dari cleaning service hingga kini menjadi tukang tambal ban yang tampaknya juga bukan bidangnya. Sampai Jojo ditawari oleh seorang laki-laki yang ia temui di kawasan tambal ban sebuah pekerjaan yang menjanjikan penghasilan yang melimpah. Walaupun awalnya menolak, Jojo tergiur juga oleh penawaran yang dilakukan laki-laki tersebut yang kemudian membawanya ke rumah makan pizza berjulukan "Quickie Express". Ternyata dibalik kedoknya sebagai rumah makan, kawasan tersebut juga menyediakan jasa gigolo, dan laki-laki tersebut yang berjulukan Om Mudakir (Tino Saroenggallo) yaitu pemilik kawasan tersebut.

Sempat menolak menjadi gigolo, tapi ternyata penawaran yang menggiurkan dan bujuk rayu dari Mudakir menciptakan Jojo termakan juga untuk menjadi gigolo. Perjalanan Jojo menjadi gigolo tidak gampang dan harus melewati beberapa tahap yang dimulai dari sebuah pelatihan yang mempertemukannya dengan dua gigolo gres yang seangkatan dengannya, Marley (Amink) dan Piktor (Lukman Sardi). Walaupun awalnya mereka bertiga kesulitan, tapi sesudah beberapa bulan berjalan mereka menjadi terbiasa dan mulai menikmati hasil kerjanya. Jojo sendiri mulai bersahabat dengan seorang gadis yang tidak sengaja ia temui, Lila (Sandra Dewi). Tanpa ia sadari kedekatannya dengan Lila membawa permasalahan gres yang jauh lebih pelik lagi.
Apa yang disuguhkan oleh "Quickie Express" yaitu sebuah komedi cukup umur yang benar-benar cukup umur dan dirangkum dalam sebuah naskah yang cerdas dan kalau boleh dibilang mempunyai elemen kejut yang menyenangkan. Tidak menyerupai film komedi lokal lain yang komedinya lebih sering gagal dan jatuhnya garing, film ini berhasil menyuguhkan momen-momen lucu yang dibungkus dalam komedi cukup umur yang hebatnya meskipun agak vulgar tapi tidak terkesan murahan dan norak. Film ini juga tidak lupa menampilkan begitu banyak sindiran yang diselipkan dalam momen komedinya. Simak baris obrolan ini yang sukses menciptakan saya tertawa ngakak ini:

       Om Mudakir  : Kalo ente bener-bener nggak sreg jadi gigolo, ane masih ada 
                                anjuran kerjaan lain
      Jojo                : Apaan???
      Om Mudakir  : Multi Level Marketing
      Jojo               : Ogah! Mendingan gue jadi gigolo

Masih banyak juga obrolan sindiran lain yang menyebabkan naskah "Quickie Express" ini memang spesial. Satu hal lagi yang makin menciptakan naskah yang ditulis Joko Anwar ini memukau sekaligus menghibur saya yaitu diselipkannya kejutan-kejutan yang tidak terduga, nyeleneh, lucu tapi sekali lagi tidak norak. Sayang, memasuki pertengahan durasi, film ini agak kehilangan sentuhan komedinya dan lebih mengarah pada konflik yang menimpa Jojo yang disajikan agak terlalu serius. Tidak duduk kasus bekerjsama menjadi serius, tapi momen serius film ini agak kepanjangan.

Berbicara soal akting para pemainnya, trio Tora Sudiro, Lukman Sardi dan Amink cukup berhasil menjadi trio pengocok perut dengan ciri khas masing-masing. Tora yang menerima porsi lebih banyak cukup manis ketika harus konyol atau sok cool, tapi memang itulah batasan yang ia tampilkan. Disaat harus berakting lebih dari itu ia agak kedodoran. Sandra Dewi membuka jalannya didunia hiburan melalui film ini dan sukses menciptakan para lelaku gemas dengan satu kalimat "sedih deeeh". Pemeran pendukung lain macam Rudi Wowor, Ira Maya Sopha, hingga Tio Pakusadewo terang tak perlu diragukan lagi. Yang saya sayangkan yaitu kemunculan Imelda Therinne yang hanya menjadi cameo. Padahal sosoknya yang super sensual akan terasa pas dengan film jenis ini. Pada hasilnya "Quickie Express" menjadi sebuah komedi yang punya naskah yang sangat kuat, ditambah sanksi yang baik dan menghasilkan salah satu komedi lokal paling menghibur yang pernah saya tonton.

RATING:

Artikel Terkait

Ini Lho Quickie Express (2007)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email