Wednesday, January 30, 2019

Ini Lho Wall Street (1987)

Saya lebih dulu menyaksikan "Wall Street: Money Never Sleeps" yang merupakan sekuel film ini dan rilis tahun 2010 lalu. Alih-alih mendapat sajian drama yang padat dan memperlihatkan pengetahuan-pengetahuan kepada saya yang awam perihal dunia saham dan wall street, sekuel yang berjarak 23 tahun dari film pertamanya itu malah berasa menyerupai sebuah drama keluarga yang dibungkus dengan setting dunia ekonomi. Memang bukan sebuah film yang jelek tapi hanya meninggalkan kesan biasa saja. Film keduanya itu juga malah terasa hanya sebagai sebuah drama mengenai anak yang berharap mendapat kasih sayang dari sang ayah kemudian berakhir happy ending.

Kembali ke film pertamanya, "Wall Street" bercerita perihal seorang broker saham muda berjulukan Bud Fox (Charlie Sheen) yang berambisi untuk bisa mencapai keberhasilan dalam karirnya dan mendapat kekayaan. Untuk mencapai ambisinya tersebut, Bud Fox berusaha mendekati seorang pialang saham ternama yang juga menjadi idolanya, Gordon Gekko (Michael Douglas). Bud Fox berusaha mendapat kepercayaan Gekko semoga dirinya bisa bekerja sama dengannya. Usaha Bud Fox tidak sia-sia alasannya ialah usang kelamaan Gekko tertarik dengan kemampuannya dan mulai memperlihatkan kepercayaan pada Bud Fox dalam menangani bisnisnya. Bud Fox sendiri mulai merintis kesuksesan berkat sumbangan dari Gekko. Sampai balasannya beliau mulai menyadari bahwa Gekko ialah orang yang murni serakah dan tanpa perasaan menghancurkan perusahaan-perusahaan yang beliau mau.
"Wall Street" ialah sebuah film yang ahli dan makin menciptakan sekuelnya terasa sebagai film yang buruk. Disini saya benar-benar disuguhi citra suasana dalam bisnis saham setidaknya pada masa itu. Berbagai istilah abnormal mengenai saham dan dunia ekonomi saya temukan disini dan balasannya saya pahami maknanya. Sebenarnya keberadaan istilah abnormal dan konflik utama yang mengandung unsur ekonomi yang kental bisa menciptakan penonton gundah dan bosan, tapi penanganan dari seorang Oliver Stone justru menciptakan film ini begitu menarik, seru dan memperlihatkan pengetahuan gres bagi penonton awam menyerupai saya dan bukannya menambah bingung. Saya disuguhkan bagaimana rumitnya dan depresifnya kehidupan para broker dan orang-orang yang terlibat dalam bisnis saham. Sungguh sebuah dunia yang keras dan penuh tipu daya.
Sumber dari konflik yang begitu seru disini tidak lain ialah bermula dari kalimat populer dari Gordon Gekko, "Greed is good". Kerakusan yang dijunjung tinggi dan kepuasan tiada final pada uang yang dimiliki insan memang seringkali menjadi sumber permasalahan utama kehidupan mereka. Hal itulah yang benar-benar terasa disini dimana Bud Fox yang mulai terjerumus pada keserakahan malah terancam menghancurkan karir ayahnya sendiri.

Untuk urusan akting, terang Michael Douglas jadi yang terbaik sebagai Gordon Gekko. Sangat pantas "Best Actor" Oscar jatuh padanya. Charlie Sheen juga jadi pembeda antara film ini dengan sekuelnya. Berbeda dengan Shia LaBeouf yang meskipun bermain tidak jelek tapi sama sekali tidak terasa aura pekerja sahamnya, Sheen bisa memperlihatkan hal itu dengan baik mulai dari sisi depresif sampai keserakahan. Hal itu juga yang menciptakan relasi karakternya dengan Gekko jadi sangat menarik. Melihat mereka berdua di film ini, menciptakan cameo kemunculan Bud Fox di sekuelnya jadi menarik. Saya yang ketika melihat film keduanya belum menonton film pertamanya ini tidak tertarik dan tidak mengerti akan pembicaraan singkat mereka. Tapi sesudah menonton film ini dan melihat ulang kemunculan Charlie Sheen sebagai cameo di film keduanya, saya akui dialog singkat itu ialah adegan yang menarik dan menggelitik. Keberadaan Michael Sheen sebagai ayah Bud Fox juga menarik alasannya ialah jarang sekali melihat ayah-anak ini berperan sebagai ayah-anak juga dalam sebuah film.

Jika anda ingin menonton film yang mengupas dunia ekonomi sebaiknya lewatkan film keduanya dan tonton film ini. Benar-benar sebuah film yang tidak hanya memperlihatkan banyak penegtahuan gres tapi juga bisa menyajikan konflik dunai ekonomi dengan seru dan menarik. Is greed good???

RATING:

Artikel Terkait

Ini Lho Wall Street (1987)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email