Friday, January 18, 2019

Ini Lho Midnight In Paris (2011)

Kita semua tahu bahwa Woody Allen yakni sutradara yang sangat produktif menghasilkan film. Tercatat semenjak tahun 1992 Woody selalu menciptakan film tiap tahunnya. Totalnya dalam 20 tahun terakhir ia telah menciptakan 22 film yang cukup sukses secara kualitas dan komersial. Tapi 2 filmnya yang terakhir, "You Will Meet a Tall Dark Stranger" dan "Whatever Works" dinilai sebagai penurunan kualitas dari seorang Woody Allen. Saya sendiri tidak dapat menyatakan oke atau tidak sebab dari formasi panjang filmography sutradara berambut putih tersebut aku gres menyaksikan 1 filmnya yakni "Vicky Cristina Barcelona".

"Midnight in Paris" yang dianggap sebagai perjuangan Woody Allen mengembalikan kebesarannya berkisah mengenai sepasang kekasih yang lebih tepatnya sudah bertunangan yaitu Gil (Owen Wilson) dan Inez (Rachel McAdams) yang beberapa ketika tinggal di Paris sebab orang bau tanah Inez sedang ada urusan bisnis disana. Gil yang merupakan penulis novel bergotong-royong mempunyai kepribadian yang sangat bertolak belakang dengan tunangannya tersebut. Gil jatuh cinta dengan nuansa Paris yang mempunyai romantisme tersendiri dan ingin pindah kesana sedangkan Inez tidak sama sekali.
Perasaan jatuh cinta akan Paris itulah yang membawa Gil kedalam pengalaman absurd disaat Paris memasuki tengah malam dimana ia akan dibawa masuk kedalam sebuah kendaraan beroda empat yang akan membawanya kembali ke tahun 20an dan bertemu dengan para seniman macam Hemingway (Corey Stoll), Scott Fitzgerald (Tom Hiddlestone) Salvador Dali (Adrien Brody), hingga Pablo Picasso (Marcial Di Fonzo Bo). Bahkan Gil juga bertemu dengan seorang gadis berjulukan Adriana (Marion Cotillard). Kita tidak hanya diajak menonton pengalaman magis yang dialami Gil tapi juga diajak ikut mencicipi perasaan tersebut. Perasaan kagum akan keindahan dan romantisme Paris serta pertemuan dengan seniman-seniman ternama. Yang terperinci semuanya terangkum dalam satu kata apalagi jika bukan "Cinta".
Saya tidak memikirkan klarifikasi kecerdikan bagaimana Gil dapat hingga masuk ke masa silam hanya dengan menaiki sebuah kendaraan beroda empat kuno, sebab yang jadi sorotan utama bukanlah perjalanan menembus ruang dan waktu, tapi bagaimana Gil dapat jatuh cinta pada aneka macam hal entah itu Prancis, seni menulis, hingga wanita-wanita dalam hidupnya. Semua itu juga akan menular pada kita sebagai penonton yang akan jatuh cinta dengan Paris dengan alunan musiknya yang indah serta nuansanya yang  begitu romantis. Gil jatuh cinta dengan Adriana kita pun demikian. Penampilan seorang Marion Cotilard yang manis dan anggun menciptakan penonton tidak akan kesulitan jatuh cinta padanya. Sementara itu disisi lain abjad Rachel McAdams begitu menyebalkan sehingga kita akan benar-benar mencicipi perasaan seorang Gil yang galau. Penambahan aneka macam macam abjad seniman populer dari masa kemudian juga menambah daya tarik film ini dengan catatan kita tahu siapa senima yang dimaksud.

Dengan durasi yang tidak terlalu lama, hanya 90 menit mudah "Midnight in Paris" tampil dengan dongeng yang padat. Sebuah keputusan sempurna sebab penambahan durasi meskipun hanya 15 menit akan berpotensi menciptakan film ini membosankan di beberapa bagian. Tapi dengan pengemasan menyerupai ini, film ke-41 buatan Woody Allen ini benar-benar jadi komedi romantis yang paling tomantis tahun ini. Layaknya segelas anggur yang seringkali diteguk oleh tokoh-tokohnya, film ini juga yakni film yang memabukkan dalam artian postifi dan menciptakan penontonnya ketagihan mengikuti perjalanan Gil menembus masa kemudian sambil tetap membawa cinta dan romantisme.

RATING:

Artikel Terkait

Ini Lho Midnight In Paris (2011)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email