Thursday, January 31, 2019

Ini Lho Selesai Destination 5 (2011)

"Death doesn't like to be cheated" yang dalam Bahasa Indonesia berarti "Kematian tidak suka dicurangi" yaitu sebuah tagline yang sangat lekat dari franchise film "Final Destination" yang tahun ini sudah hingga pada seri kelima semenjak pertama kali muncul pada tahun 2000. Sayangnya "kematian" bukan hanya tidak suka dicurangi oleh para korbannya di franchise film ini, tapi "kematian" justru suka mencurangi korban-korbannya. Hal itu sangat terasa di installemnt keempatnya dua tahun kemudian dimana berbagai penyebab kematian yang ditampilkan terasa amat sangat dipaksakan. Selain itu, imbas 3D yang untuk pertama kalinya dipakai di film keempat tersebut ternyata hasilnya biasa saja, bahkan banyak beberapa visualisasi yang terlihat terlalu murahan dan konyol. Apakah memang seri "Final Destination" sudah harus tidak boleh atau film kelimanya ini bisa memperpanjang nafasnya?

Seperti biasa dongeng akan bergulir pada serombongan anak muda yang tiba-tiba salah satu diantaranya menerima visualisasi kematian yang akan menimpa dirinya dan rekan-rekannya. Kali ini yang menerima penglihatan tersebut yaitu Sam (Nicholas D'Agosto). Sam dan rekan-rekan kerjanya dikala itu sedang berada didalam bus yang melintasi sebuah jembatan yang sedang dalam perbaikan disaat Sam menerima visi mengenai sebuah peristiwa yang terjadi di jembatan tersebut dan pada alhasil menewaskan dominan orang-orang didalam bus termasuk dirinya. Setelah sadar Sam pribadi mencoba menyelamatkan dirinya dan Molly (Emma Bell) mantan pacarnya. Hingga alhasil hanya ada 8 orang penumpang yang selamat dari kecelakaan maut tersebut. Tapi kematian masih belum berhenti mengintai dan siap menjemput mereka kapan saja.
Film ini dibuka dengan sebuah adegan runtuhnya jembatan yang merenggut banyak nyawa. Seperti biasa, adegan kecelakaan yang ditempatkan diawal film itu akan menjadi adegan paling megah dalam film "Final Destination". Pertanyaannya apakah adegan runtuhnya jembatan ini bisa seefektif adegan kecelakaan pesawat di film pertama atau sekosong dan sama membosankannya dengan adegan kecelakaan kendaraan beroda empat balap di film keempat? Ternyata adegan kecelakaan di film kelima ini bisa ditampilkan dengan imbas yang paling megah dibanding film-film sebelumnya. Balutan imbas 3dimensi yang ada juga cukup efektif, gory dan terlihat jauh lebih elok dibanding di film keempatnya. Keberhasilan dalam segi visual dalam adegan ini memang sangat penting mengingat dominan penonton yang sebelumnya sudah menyaksikan minimal salah satu prekuelnya niscaya sudah tahu jikalau adegan tersebut bukan kenyataan namun hanya penglihatan yang didapat oleh salah satu tokohnya. Overall adegan opening tersebut memang spektakuler dan sangat berhasil.

Tapi tidak hanya menampilkan visualisasi kematian yang cukup sadis dan imbas 3dimensi yang memuaskan, "Final Destination 5" juga berhasil mengembalikan ketegangan yang muncul disaat salah satu karakternya tengah menatap kematian. Efek ketegangan tersebut hakikatnya yaitu sajian utama yang penonton rasakan. Tapi akhir-akhir ini, "Final Destination" gagal menampilkan ketegangan, bahkan imbas sadis dan gory juga gagal muncul. Untungnya film kelima ini berhasil mengembalikan sisi tersebut dimana saya cukup mencicipi ketegangan khususnya pada adegan gym yang menciptakan saya menahan nafas walaupun saya sudah tahu akan ada adegan kematian disitu. Hingga dikala adegan kematian itu tiba saya tidak merasa adegan itu lewat begitu saja tapi meninggalkan sisi tragis yang menciptakan miris juga.

"Final Destination 5" bukanlah sebuah film horror tanpa celah. Kekurangan utamanya yaitu tidak adanya hal gres dalam plot film ini. Saya sudah sangat hafal dengan rule wacana kematian yang selalu diulang-ulang tiap film. Saya juga tahu rule itu akan tidak terlalu berkhasiat mengingat bagaimana nasib tokoh-tokohnya di ending sudah tertebak. Meskipun begitu, di film ini ada sedikit kejutan manis di ending (yang tidak semegah opening tapi tetap cukup bagus) bagi orang yang sudah menonton film pertama "Final Destination". Saya juga menyayangkan porsi tokoh yang dimainkan Tony "Candyman" Todd yang terasa hanya sambil kemudian dan memperingatkan mengenai hukum kematian dalam porsi yang tidak sepenting film pertama dan kedua. Pasti lebih menarik jikalau memperlihatkan orang yang satu ini porsi adegan dan tugas yang lebih besar.

Walau tidak ada hal yang gres dan tidak juga menyuguhkan akting kelas satu, hal itu tidak terlalu duduk kasus mengingat "Final Destination 5" berhasil kembali kepada hakikatnya sebagai sebuah film yang memvisualisasikan kematian yang bukan menjadi momen sambil kemudian saja, tapi sebagai momen menegangkan disaat kematian akan menjemput salah satu tokoh dengan cara yang boleh dibilang kreatif dan penuh dengan unsur kebetulan yang lebih bisa diterima nalar. 

RATING:

Artikel Terkait

Ini Lho Selesai Destination 5 (2011)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email