Saturday, December 29, 2018

Ini Lho The Guest (2014)

Duet sutradara Adam Wingard dan penulis naskah Simon Barrett sebelumnya telah mengambarkan bahwa mereka ialah nama-nama yang patut diperhitungkan dalam genre horror/thriller lewat sebuah film home invasion keren berjudul You're Next (review). Wingard dan Barrett mengatakan bagaimana kepiawaian mereka dalam membangun ketegangan dan tensi secara begitu stabil sambil sesekali melemparkan kejutan tak terduga pada penonton. Maka disaat keduanya kembali berduet menciptakan sajian thriller yang tidak jauh-jauh dari tema home invasion dan lagi-lagi menerima respon amat nyata dari kritikus (suatu prestasi yang jarang didapat kompatriot mereka sesama horror/thriller maker) tidak ada alasan untuk melewatkannya. Walaupun membawa unsur home invasion di dalamnya, bukan berarti The Guest adalah pengulangan dari You're Next. Kali ini Wingard dan Berrett melucuti nuansa horror dan gore, menggantinya dengan sentuhan action serta pop style ala 80-an.

Keluarga Peterson masih dirundung sedih alasannya ialah meninggalnya putera sulung merek, Caleb ketika tengah bertugas sebagai tentara di Afghanistan. Tapi kejutan mendatangi rumah mereka ketika suatu hari tiba seorang laki-laki berjulukan David (Dan Stevens) yang mengaku sebagai sahabat Caleb di kemiliteran. Pada awalnya David hanya berniat mampir sejenak, tapi tidak butuh waktu usang baginya untuk menciptakan keluarga Peterson menyukai pribadinya. Sebagai ibu, Laura (Sheila Kelley) ialah yang paling merasa kehilangan Caleb, dan kedatangan David nampaknya sanggup mengobati sedih tersebut. Sang suami, Spencer (Leland Orser) juga tampak menikmati kehadiran laki-laki cukup umur yang sanggup diajaknya mengobrol santai sambi minum bir. Luke (Brendan Meyer) sang putera bungsu ialah yang paling menyukai David alasannya ialah bersedia membantu "mengurus" bawah umur yang mem-bully-nya. Sedangkan Anna (Maika Monroe) nampak mulai menyukai David. Singkat kata, David nampak sebagai cowok tepat yang disukai semua orang. Sampai suatu hari Anna menemukan suatu hal mencurigakan perihal identitas sang laki-laki penuh pesona tersebut.
Bicara soal gaya, Adam Wingard memang jagonya. Sentuhan sang sutradara tidak hanya menciptakan sebuah film horror/thriller terasa menegangkan tapi punya style keren yang akan menciptakan penonton bersorak dibuatnya. Hal itu kembali ia buktikan lewat film ini. The Guest adalah perjuangan maksimal Adam Wingard untuk sok keren (in a positive way) dalam tiap kesempatan. Untuk itu ia menentukan jalan yang penuh resiko, yakni mengemas filmnya dengan gaya 80-an. Era tersebut memang sebuah kurun yang memuja kata "keren", bahkan tidak jarang melakukannya secara berlebihan. Masalahnya cukup banyak aspek 80-an yang tidak lagi terasa keren tapi justru berlebihan dan menggelikan kini ini. Itulah kenapa langkah yang dipilih Wingard amat beresiko. Hebatnya ia berhasi melaksanakan itu. Mulai dari musik garapan Steve Moore, eksploitasi coolness factor Dan Stevens, hingga sebuah titik puncak dengan setting panggung pesta dansa lengkap dengan lampu warna-warni dan kabut buatan, semuanya 80-an, berpotensi cheesy, tapi berakhir jadi keren lewat aba-aba sang sutradara. 

Poinnya adalah, Wingard tidak pernah menganggap film ini terlalu serius. Saat menempatkan sebuah adegan yang sanggup kelewat lebay, beliau menentukan sekalian menjadikannya sebagai komedi (dalam takaran minim). Sebagai rujukan ialah adegan ketika Anna secara tidak sengaja bertatapan dengan David yang gres selesai mandi dalam kondisi topless, memamerkan ototnya. That's cheesy! Tapi alasannya ialah dari awal Adam Wingard sudah berhasil meyakinkan saya bahwa film ini bukanlah tontonan yang mengedepankan aspek serius, jadilah The Guest sebagai suguhan yang menyenangkan alasannya ialah itu. Ketegangan memang tidak banyak hadir, tapi semuanya digantikan tepat oleh kesan "keren" sehingga walaupun film ini dimulai dalam tempo yang bahwasanya lambat, tensinya tidak pernah menurun, tidak pernah membosankan. Tentu saja faktor utama pembuat film ini keren ialah Dan Stevens. Bermodal wajah tampan, tubuh berotot, minim kata-kata tapi sekalinya berbicara ia intonasikan dengan nada berat, hebat langgar dan senyuman yang jauh lebih mematikan dari senapan mesin menimbulkan David sebagai sosok badass super keren yang aksinya selalu menghibur.
Dan Stevens berhasil melaksanakan apa yang mungkin sebelum ini hanya sanggup dilakukan oleh Ryan Gosling. Kesan retro dan karakterisasi David memang menciptakan saya teringat pada Drive. Bedanya, The Guest lebih "berisik" dan David lebih sering tersenyum daripda sosok Driver. Toh hasil balasannya tetap sama, yaitu film keren dengan huruf utama yang keren pula. Tapi sayang, nuansa keren itu tidak sepenuhnya sanggup menyembunyikan fakta bahwa dongeng film ini biasa saja. Tidak buruk, hanya terlalu "straight". Setelah pembangunan misteri yang menarik wacana identitas David, saya dibentuk kecewa ketika pada balasannya penungkapan yang dilakukan oleh naskah Simon Barrett hanya "begitu saja". Tidak ada sesuatu yang mengesankan menyerupai twist gila atau showdown memukau di klimaks. Faktor kedua memang bukan kesalahan Barrett. Eksekusi titik puncak Wingard terasa biasa saja, tapi hal itu juga cukup dipengaruhi oleh konklusi yang sambil kemudian dari naskahnya. Saya terperinci tahu The Guest bukan film pintar, tapi pengungkapan fakta yang terjadi hanya beberapa menit lewat sebuah percakapan di dalam kendaraan beroda empat tanpa ada sentuhan Istimewa menimbulkan ceritanya mengecewakan. 

Saya benar-benar mengharapkan sebuah konklusi yang lebih "wah" sekaligus titik puncak yang lebih menegangkan disini, dan ketiadaan dua hal itu membuatnya cukup mengecewakan. Masih mengandung kekerasan, tapi terperinci lebih lembut dari dominan film Adam Wingard, apalagi jikalau dibandingkan kegilaan penuh darah milik You're Next. Mengganti gore dengan kesan stylish tingkat maksimal dan melucuti horror untuk diganti dengan action masih berhail menciptakan filmnya menyenangkan. Meski saya tetap lebih menyukai ketika Wingard dan Berrett menggila di horror, pilihan yang mereka lakukan di The Guest jelas sudah berhasil. Sebuah sajian kolot yang bergerak cepat dengan aura keren berada pada tingkatan tertinggi. Sangat menyenangkan, tapi saya berharap lebih dari dua orang jenius sinting ini. Setidaknya jangan khawatir disaat Ryan Gosling sedang menghilang sementara waktu sebelum film terbarunya rilis 2016 nanti, alasannya ialah ada Dan Stevens yang berhasil menghadirkan aura tidak jauh berbeda.

Artikel Terkait

Ini Lho The Guest (2014)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email