Sunday, December 30, 2018

Ini Lho 20,000 Days On Earth (2014)

Sebuah dokumenter bagi seorang yang ikonik dan punya ciri khas berpengaruh alangkah baiknya juga dikemas sesuai dengan sosok orang tersebut. Karena itu ketika Ian Forsyth dan Jane Pollard membuat dokumenter wacana Nick Cave sang musisi eksentrik asal Australia, ialah keputusan sempurna untuk merangkumnya dengan suasana sama dengan apa yang hadir dalam musik garapan Nick Cave bersama band-nya, The Bad Seeds. 20,000 Days on Earth memperlihatkan keseharian Nick Cave ketika ia mengunjungi rekan-rekannya, mengenang masa lalu, hingga melaksanakan proses rekaman untuk album terbaru The Bad Seeds yang berjudul Push the Sky Away (rilis tahun 2013). Disela-sela aktivitas itu Nick Cave yang bertindak juga sebagai narator bakal membacakan rangkaian kalimat yang menggambarkan caranya memandang aneka macam aspek dalam kehidupan. Tentu saja narasi itu akan dikemas ala lirik-lirik lagu Nick Cave yang penuh kalimat bersayap berkesan misterius, kelam tapi juga intim disaat bersamaan.

Jadi ibarat apa sebuah kemasan dokumenter yang punya aura sama dengan musik Nick Cave? Coba dengarkan beberapa lagunya bersama The Bad Seeds. Kebanyakan berkesan eksperimental, sekilas flat tapi penuh kegilaan tak terduga ketika mendengar bagaimana pilihan nada yang diambil Cave ketika bernyanyi, lebih mengutamakan feel daripada komposisi familiar sebuah lagu (verse-chorus-verse-dsb), misterius dan kelam tapi jikalau ditelaah lebih lanjut begitu dalam dan personal. Begitulah 20,000 Days on Earth dikemas. Eksperimental, alasannya ialah jikalau sebelum menonton anda tidak tahu siapa itu Nick Cave dan genre niscaya dari film ini, sanggup saja anda akan menerka ini ialah hidangan drama daripada dokumenter. Dalam sebuah interview dalam film ini, Nick bertutur wacana kesukaannya berpura-pura sebagai seorang yang lain (act). Karena itulah dokumenter ini terasa begitu mewakili sosok Nick dan pemikirannya dengan "rasa fiksi" yang digunakan. Karena dari situ, kita seolah melihat Nick tengah berakting dalam suatu drama. Sebagai siapa? Entahlah? Kaprikornus mana Nick Cave yang sesungguhnya? Saya tidak tahu. Misterius. Seperti film ini dan sosoknya.

Tapi sebagai sebuah drama sekalipun, film ini tidak mempunyai narasi, hanya (seolah) menunjukkan satu hari dalam kehidupan sang musisi tanpa ada arah maupun dramatisasi alur tapi lebih berfokus pada fatwa rasa sebagai bentuk katarsis seorang Nick Cave. Yah, begitulah kurang lebih musik yang ia buat. 20,000 Days on Earth terasa misterius dengan aneka macam "kunjungan misterius" rekan-rekan Nick yang tiba-tiba hadir dan menghilang begitu saja. Istilah ghostly mungkin begitu sempurna menggambarkan segala dialog yang terjadi disini. Berbagai dialog yang terjadi ialah kemasan cerdas dan bentuk modifikasi dari interview standar yang biasa dipakai untuk menggali opini dan latar belakang objek dalam suatu dokumenter. Tentu saja dengan status Nick Cave sebagai co-writer naskahnya, tidak heran kita akan mendapati dialog bersama teman, wawancara televisi, hingga kunjungan ke sebuah daerah yang menyimpan aneka macam memorabilia wacana Nick untuk mengeksplorasi wacana sosoknya. 
Menonton ini saya teringat akan Holy Motors-nya Leos Carax. Surealisme akan tugas manusia, rasa ghostly, kelam dan misterius yang terpancar dari setiap muncul dan menghilangnya para karakter, semua terasa mirip. Sebuah film dreamlike yang akan membingungkan para penonton tapi punya potensi untuk mengikat mereka dengan kecacatan yang tak henti bermunculan. Tapi bedanya, dokumenter sureal ini tidak akan begitu saja membebaskan penontonnya untuk mengambil interpretasi dari apa yang coba disampaikan. Selalu ada sebuah makna pasti, alasannya ialah ini ialah film yang bercerita wacana seorang tokoh nyata. Untuk menangkap makna kisah dan esensi dari aneka macam kalimat rumit Nick Cave, akan lebih baik bagi penonton untuk sudah mengenal cukup banyak hal wacana dirinya, mulai dari karya hingga kepribadian. Sayang sekali, alasannya ialah seharusnya sebuah dokumenter justru suatu medium yang memperkenalkan mereka yang asing pada sang objek untuk sanggup mengenalnya lebih jauh.

Saya hanya tahu siapa itu Nick Cave dan mendengarkan beberapa lagunya, tapi terperinci bukan seorang penggemar berat. Bagi penonton ibarat saya akan sulit untuk sanggup menyukai film yang "aneh" ini, apalagi bagi penonton yang benar-benar asing akan sosok sang musisi. Saya mengakui segala keunikannya menunjukkan kesejukan yang gres dalam menonton dokumenter, tapi intinya 20,000 Days on Earth adalah dokumenter yang mengulik kehidupan atau lebih tepatnya isi kepala dan perasaan Nick Cave. Sebuah dokumenter sanggup membuat penontonnya peduli bahkan menggemari objeknya lewat eksplorasi yang dilakukan. Tapi permasalahannya, film ini pun dikemas dengan aneh, dan karenanya membuat sebuah tembok bagi para non-fans untuk sanggup mengagumi sosok yang diangkat. Pada karenanya saya mengagumi begitu kreatifnya film ini dikemas, tapi tidak sanggup masuk lebih jauh untuk terikat secara emosional. Tapi memang tidak ada cara yang lebih sempurna lagi untuk mendokumentasikan seorang Nick Cave.

Artikel Terkait

Ini Lho 20,000 Days On Earth (2014)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email