Saturday, December 29, 2018

Ini Lho North By Northwest (1959)

Inilah Alfred Hitchcock sang master of suspense dalam karya terbesarnya. Bukan yang terbaik, bukan pula yang paling terkenal, tapi terbesar. Dengan bujet $4,3 juta (hanya di bawah Family Plot yang berbujet $4,5 juta tapi dirilis tahun 1976) North by Northwest membawa sang sutradara keluar dari thriller-misteri ber-setting minimalis menuju action-thriller dengan set-piece cukup megah untuk masanya. Beberapa chase scene termasuk adegan Cary Grant dikejar pesawat yang ikonik itu hingga titik puncak di Mount Rushmore ialah pola kemegahan film ini dibanding karya Hitchcock lainnya. Film dibuka layaknya film Hitchcock pada umumnya: nuansa perkotaan dan dialog santai lengkap dengan tone ringan menjurus komedik. Roger Thornhill (Cary Grant), seorang direktur periklanan menjadi sorotan utama. Pria paruh baya ganteng yang mapan dengan dandanan necis serta senyum memikat menyerupai ini memang jadi favorit Hitchcock selain tentunya perempuan pirang. Untuk tugas semacam ini, Cary Grant (dan James Stewart) memang kolaborator tepat bagi Alfred Hitchcock.

Penonton yang sudah familiar dengan karya sutradara satu ini niscaya paham bahwa suasana santai ini tidak lebih ketenangan sebelum angin kencang yang segera menghantam. Badai itu hadir ketika Roger tiba-tiba dibawa secara paksa oleh dua laki-laki misterius. Mereka membawa Roger ke rumah glamor milik Lester Towsend (James Mason) yang meyakini bahwa Roger ialah laki-laki lain berjulukan George Kaplan. Dari sinilah agresi kucing-kucingan antara Roger melawan semua pihak dimulai. Mengangkat tema mistaken identity, Hitchcock tahu benar caranya menciptakan penonton peduli pada sosok aksara utama. Menempatkan Roger dalam situasi yang salah, membuatnya dihantam kesialan demi kesialan yang hadir secara kebetulan memang menyebabkan sosoknya layak untuk didukung oleh penonton. Tokoh utama dalam posisi tersudut hingga ke tingkat ekstrim bukan hal gres bagi Hitchcock, tapi North by Northwest jauh lebih besar dari yang selama ini telah ia lakukan.
Ernest Lehman selaku penulis naskah film ini menyatakan bahwa ia ingin menulis "the Hitchcock picture to end all Hitchcock pictures". Sebuah ambisi yang risikonya diamini pula oleh sang sutradara. Pada awalnya film ini tidak begitu berbeda dengan karya Hitchcock lain. Berfokus pada misteri yang memacu rasa ingin tau penonton. Meski terang mengangkat tema mistaken identity, saya diajak untuk ikut mencurigai apakah benar Roger Thornhill dan George Kaplan ialah orang yang berbeda? Tapi semuanya berubah sehabis twist di pertengahan wacana identitas Kaplan terungkap. Filmnya berpindah dari thriller-misteri penuh teka-teki dan selipan pembunuhan menjadi sajian agresi berbalut thriller. Dari situlah saya merasa film ini merupakan perjuangan Hitchcock menciptakan blockbuster yang fun. Lebih mendetail lagi, North by Northwest adalah citra kurang lebih akan menyerupai apa kalau Hitchcock menciptakan film James Bond. Unsur spy yang kental, main hero tampan yang megalami romansa di tengah film dengan perempuan misterius, hingga banyak sekali set-piece yang ada sangat mencerminkan film 007. 
Tentu saja hal itu sama sekali bukan sesuatu yang buruk. Film agresi ala Hitchcock jauh dari kesan brainless. Adegan aksinya masih membawa intensitas cukup tinggi, semisal pengejaran dengan pesawat di ladang jagung. Tapi lagi-lagi patut dicatat bahwa fokus film ini ialah kesenangan. Membawa setting menjadi lebih luas memang menghilangkan unsur klaustrofobik dan ketegangan mencekik yang menciptakan sang sutradara menjadi master of suspense. Tidak ada pula simbolisme maupun kompleksitas tema yang biasanya jadi pewarna menyenangkan itu. It's all about entertainment. Menghibur tapi tidak mengikat. Mungkin hal ini juga yang menciptakan Alfred Hitchcock eksklusif merasa "lelah" dengan big budget movie dan eksklusif melaksanakan hal berlawanan dalam Psycho setahun kemudian. Namun justru itu yang menerangkan kehebatan Hitchcock, alasannya ialah disaat harus menciptakan film yang cukup keluar dari ranah serta kebiasaannya, ia masih mampu menghasilkan sajian yang begitu solid. 

Mungkin pada masanya, film ini amat groundbreaking, termasuk penggunaan kinetic typography dalam opening credit-nya. Tapi pada masa sekarang, khususnya bagi saya yang menengok kebelakang untuk menonton film Hitchcock yang identik dengan thriller-misteri "sederhana", North by Northwest jujur saja menyisakan sedikit kekecewaan. Untungnya adegan titik puncak di Mount Rushmore jadi "pengobatan" yang lebih dari cukup. Disinilah rasa Alfred Hitchcock kembali kental, sebagai sineas yang bisa menghadirkan ketegangan dengan cara mempermainkan banyak sekali rasa takut manusia. Rasa takut bagaikan taman bermain Hitchcock, mulai dari takut akan daerah sempit hingga ketinggian sering jadi senjata penghasil ketegangan. Apa yang terjadi pada titik puncak film ini ialah eksploitasi takut akan ketinggian. Menonton adegan itu, kaki saya terasa geli oleh rasa takut akan terjatuh. Alhasil ketegangan yang selama dua jam tidak keluar sepenuhnya serta merta meledak karenanya. Ketegangan alasannya ialah ketinggian yang mencekam, dan ketegangan alasannya ialah mengkhawatirkan Roger dan Eve (Eva Marie Saint). North by Northwest is the biggest movie from Alfred Hitchcock, but definitely far from being his best.....or is it just me?

Artikel Terkait

Ini Lho North By Northwest (1959)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email