Thursday, December 6, 2018

Ini Lho Rudy Habibie (2016)

Suatu ketika saya mendengar celetukan seorang teman. Dia berujar, "kapan ya film Indonesia bisa bikin blockbuster?", mengakibatkan tanya mengenai makna blockbuster itu sendiri. Dalam perfilman, istilah tersebut umum diartikan sebagai film dengan bujet besar yang sukses meraup laba besar pula. Tanpa melupakan banyak blockbuster punya kualitas penceritaan mumpuni, tujuan utamanya terperinci mengatakan hiburan bagi penonton. Mari sambut Rudy Habibie, film dengan DNA blockbuster kental mengalir di dalamnya. Mengapa Rudy Habibie layak masuk kategori tersebut? Mari kupas beberapa unsur yang ia miliki.

Pertama, ini merupakan sekuel untuk Habibie & Ainun yang pada 2012 kemudian diserbu lebih dari 4,5 juta penonton, menjadikannya film Indonesia terlaris kedua sepanjang masa di bawah Laskar Pelangi. Jika liburan ekspresi dominan panas jadi momen terbaik mengeruk pendapatan di Hollywood, lebaran serta tamat tahun (November-Desember) ialah momentum bagi industri tanah air, dan mirip kita tahu Rudy Habibie dirilis menjelang lebaran (Habibie & Ainun pada tamat tahun). Keberadaan Reza Rahadian dan Chelsea Islan  bankable actor and actress  di jajaran cast turut memberi sokongan. Last but not least, Hanung Bramantyo berperan selaku sutradara. Tahukah anda bahwa selama medio 2007-2015, total ada sembilan karya Hanung bertengger di 10 besar film terlaris selama setahun?

Bertindak sebagai prekuel Habibie & Ainun, Rudy Habibie bertutur mengenai kehidupan sang titular character (Reza Rahadian) kala tinggal di Jerman guna berkuliah di RWTH Aachen. Sesekali pula kita diajak menengok masa Rudy kecil, ketika obsesinya akan pesawat terbang bermula termasuk bagaimana sang ayah, Alwi Abdul Jalil Habibie (Donny Damara) setia memupuk impiannya. Filmnya sendiri membuka narasi ketika Rudy sekeluarga harus kabur dari serangan pesawat pembom milik Jepang. Opening sequence itu saja cukup menggambarkan pendekatan yang diinginkan Hanung terhadap karyanya ini. Deretan bom menghujam, kehancuran penuh ledakan, terperinci Hanung berniat membuat suguhan dramatis bertempo tinggi.
Tatkala setting berpindah ke Jerman, menyoroti liku persahabatan Rudy bersama mahasiswa asal Indonesia lain sesama anggota PPI (Perhimpunan Pelajar Indonesia) hingga kisah cinta beda agamanya dengan Illona (Chelsea Islan), Hanung setia mempertahankan pendekatan penuh agresi di atas, dalam arti selalu rutin menghadirkan insiden signifikan bernuansa dramatis  kadang  nyaris berlebihan  dibalut pace cepat tanpa berlama-lama tinggal di satu titik tertentu. Scoring gubahan Tya Subiakto dan Krisna Purna senantiasa terhampar entah berupa orkestra mendayu megah mengiringi insiden dramatis atau dentuman ritmik intens sewaktu karakternya terancam. Alhasil momen pengeroyokan terhadap Rudy dan kawan-kawannya kolam berasal dari film action/thriller, sedangkan deretan kesulitan batin Rudy menyerupai setumpuk titik puncak yang memuncak berulang kali. Tapi Hanung bukan sutradara murahan, membuat Rudy Habibie urung jatuh menjadi suguhan overly dramatic norak.

Naskah goresan pena Hanung bersama Gina S. Noer meliputi begitu banyak persoalan, membentang dari konflik politis, agama, persahabatan, hingga percintaan. Those are still a little bit too much even with its 142 minutes running time. Eratnya persahabatan Rudy dan mahasiswa Indonesia lain sering terdistraksi oleh perseteruan internal dalam kubu PPI beserta intrik-intrik politik lain yang ketika itu tengah bergejolak di Indonesia. Walau beberapa penampil khususnya Ernest Prakasa punya cukup pesona sebagai sidekick Rudy,  tipikal sahabat baik yang kita ingin miliki  mereka semua nampak sebatas rekan organisasi belaka daripada sekumpulan sahabat sebangsa yang mesti struggle bersama di tanah asing. Itulah sebabnya ketika satu konflik membawa pengkhianatan, pengaruh emosional tak seberapa terasa.
Untungnya setumpuk plot point tersebut bukan terpisah acak melainkan saling bertalian, hingga bermuara pada dua hal, yakni menyentuh informasi persatuan sekaligus membentuk kepribadian seorang Bacharuddin Jusuf Habibie. Cinta, agama dan politik. Ketiganya menyerupai segitiga tiada putus menghipnotis satu sama lain. Persoalan agama tidaklah seberapa kontroversial, namun punya pengaruh terhadap percintaan Rudy dan Illona, pula bersinggungan dengan perpecahan PPI yang sempat menyinggung perbedaan status paspor (sama-sama perbedaan penghalang persatuan). Hanung pun masih sempat menyelipkan momen religi berkesan  cenderung berani  sewaktu Rudy solat di Gereja. 

Percintaan Rudy-Illona belum dan memang tidak diniati sekuat romantika abadi Habibie-Ainun. Penonton dengan harapan ingin mengharu biru lagi pasca membaca sub-judul Habibie & Ainun 2 bisa saja kecewa. Tapi mirip Ainun, kehadiran Illona kuat pada banyak sekali tindakan Rudy, mencipta keselarasan tema pada perjalanan hidup Rudy Habibie, mengenai keberadaan sosok perempuan kuat di balik seorang laki-laki hebat. Akting Chelsea Islan sebagai Illona (lagi-lagi) kerap menyentuh batasan tipis antara kesuksesan menghidupkan perempuan energetic dan overactingShould I mention how good Reza Rahadian is? Boleh saja banyak pihak melontarkan komentar miring berbunyi "Reza lagi Reza lagi", namun saya tidak keberatan andai sang pemain film konsisten menghadirkan huruf variatif, mumpuni melakoni adegan komedik maupun dramatik, bisa menarik atensi penonton setiap menit.

Seusai pemutaran, saya mencuri dengar pembicaraan sepasang kekasih. Sang laki-laki berkata "lumayan oke, tapi kurang greget nggak sih? Berapa jam ya ngomong-ngomong?" Si perempuan menjawab sambil memperlihatkan jam tangannya "dua setengah jam kayaknya", yang direspon dengan keterkejutan oleh pacarnya, "Hah? Serius? Kok nggak berasa selama itu ya?" Begitulah Rudy Habibie. Mungkin tak hingga mengaduk-aduk emosi penonton layaknya film pertama, konklusi beberapa permasalahan pun terburu-buru tanpa memperlihatkan eksposisi memadahi, namun di ketika durasi sekitar 142 menit terasa berlalu sejenak saja, itulah tanda keberhasilan suatu hiburan, blockbuster sejati menghanyutkan penontonnya. 



Ticket Sponsored by: Bookmyshow ID

Artikel Terkait

Ini Lho Rudy Habibie (2016)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email