Friday, November 30, 2018

Ini Lho Road To Infinity War: Mcu Movies Ranked From Worst To Best

Menyambut perilisan Avengers: Infinity War yang tinggal hitungan hari, saya akan melaksanakan sesuatu yang (sulit dipercaya) belum sempat saya lakukan. Membuat peringkat film rilisan Marvel Cinematic Universe (MCU). Beberapa film, khususnya Phase One serta beberapa Phase Two saya tonton ulang demi menyegarkan ingatan. Peringat ini disusun menurut urutan terbawah (terburuk) hingga teratas (terbaik).

18. The Incredible Hulk
Klimaks tatkala Hulk dan Abomination bertarung sambil menghancurkan kota tersaji menyenangkan, tapi tidak dengan paruh sebelumnya yang berusaha terlalu keras tampil serius. Satu hal yang kurang pas mengingat protagonisnya yaitu monster hijau berotot yang gemar mengamuk. Bahkan semenjak kredit pembuka, bisa dilihat kebingungan Marvel Studios membungkus filmnya dikala mereka sendiri belum menemukan pijakan pasti.

17. Iron Man 2
Film yang dilukai oleh keberhasilan pendahulunya. Tidak buruk, melainkan film generik dengan alur generik ditambah penjahat generik dalam wujud Ivan Vanko yang menyia-nyiakan motivasi personal aksara dan kapasitas akting Mickey Rourke. Sama menyerupai penampilan Robert Downey Jr., klimaksnya masih menyenangkan disimak, begitu pula kerennya agresi perdana Black Widow.

16. Thor: The Dark World
Beberapa lubang menganga di alur, Malekith sebagai musuh medioker, tapi sulit dipungkiri deretan humornya cukup mengundang tawa, ditambah pertarungan puncak yang melibatkan portal antar dimensi dengan sedikit bumbu slapstick jauh lebih menghibur serta kreatif dibanding sekedar serbuan sepasukan monster tanpa kepribadian.

15. Avengers: Age of Ultron
Diawali agresi keren serta perkenalan menjanjikan trio aksara baru: Ultron, Scarlet Witch, Quicksilver, kejatuhan Age of Ultron disebabkan dua perjuangan berlebih. Marvel terlalu kasar menyertakan tease bagi film-film berikutnya, sedangkan Joss Whedon berusaha keras menjadi...well, Joss Whedon. Acap kali humornya dipaksakan, pun Ultron amat gampang dikalahkan. Menghibur? Jelas. Tapi penantian sekian usang gagal terbayar lunas.

14. Spider-Man: Homecoming
Bagaimana bila John Hughes (The Breakfast Club, Ferris Bueller’s Day Off) menciptakan film pahlawan super? Homecoming yaitu jawabannya. Membawa problem menumpas kejahatan ke setting kehidupan SMA, urusan drama-komedi dewasa film ini tampil apik. Walau sayangnya elemen agresi gagal menyaingi. Setidaknya kita menerima Vulture, salah satu penjahat terbaik MCU dengan teror terbesar justru hadir lewat “interogasi” seorang ayah terhadap kekasih puterinya yang dibumbui akting intimidatif Michael Keaton.

13. Thor
Kenneth Branagh membawa elemen Shakesperian soal perebutan tahta kerajaan, pengkhianatan, dan percintaan dalam lingkup dunia para tuhan dan monster. Asgard, menyerupai seharusnya, kolam kerajaan negeri dongeng. Pilihan pemainnya luar biasa, dengan Tom Hiddleston tentu saja menjadi bintang pertunjukan. Pertarungan antara Thor, yang gres saja memperoleh Mjolnir miliknya lagi melawan Destroyer dikemas bombastis.

12. Captain America: The Winter Soldier
Menempatkan The Winter Soldier di posisi ini terperinci bertentangan dengan opini populer. Di sinilah Steve mulai menjauh dari sosok prajurit taat aturan. Nuansa serius pembungkus gaya spionase ditambah thriller politik, meski memberi warna berbeda bagi MCU pun digarap solid, sejatinya tak sepenuhnya gres di ranah blockbuster. Belum lagi Winter Soldier yang penokohannya kurang digali.

11. Thor: Ragnarok
Salah satu film pahlawan super paling eksperimental. Waititi memberi sentuhannya pada MCU, mendobrak segala formula dengan mengubah film Thor jadi komedi seutuhnya, sesuatu yang bahkan tergolong berani untuk MCU. Hasilnya yaitu tawa tanpa henti pemberi nafas gres bagi franchise terlemah Marvel. Apabila The Dark Knight berada di ujung kiri genre pahlawan super lewat gaya realistis plus nuansa kelam, maka Thor: Ragnarok ada di ujung kanan, menyelam ke dalam totalitas komedi serta dunia fantasi berisi dewa, monster penjaga neraka, juga naga.

10. Iron Man
Film yang mengatakan kalau menjadi pahlawan super, dengan semua tanggung jawab menyelamatkan dunia beserta umat manusia, bukan berarti tak bisa terlihat keren sambil bersenang-senang. Tontonan rock ‘n roll yang menata ulang karir Robert Downey Jr. plus memberi pondasi bagi ambisi Marvel Studios, dipandu naskah yang cukup solid mengarahkan transformasi seorang Tony Stark.

9. Iron Man 3
Satu lagi opini kurang populer, bahwa Iron Man 3 yaitu film Iron Man terbaik. Premis soal Tony Stark yang jarang mengenakan kostum sepanjang film terdengar menyerupai wangsit jelek tapi Shane Black bisa menjadikannya perpaduan menghibur antara buddy movie dengan sedikit spionase sambil mengobservasi sisi kemanusiaan Tony yang mengalami gangguan kecemasan. Kejutan perihal Mandarin, walau mencoreng identitas tokohnya, yaitu twist yang baik dipandang dari sisi penceritaan. Sajian yang berani nan radikal.

8. Captain America: The First Avenger
Film yang semakin lama—semakin kita mengenal Steve Rogers alias Captain America—semakin baik. Melihat pahlawan bangsa, bahkan dunia, yang segera berhadapan satu lawan satu dengan si Titan Gila, memulai perjalanan dari seorang bocah ceking Brooklyn yang bermimpi bisa ikut berperang demi kedamaian dunia menjadikan kesan sentimentil tersendiri. Mengapa Capt. layak jadi pemimpin Avengers? Film ini menjawabnya. Mengapa ia sebegitu ngotot membela Bucky di Civil War? Film ini menjawabnya (he lost his best friend twice!). Pun ini sajian MCU paling romantis, lengkap dengan konklusi mengharukan soal akad dansa yang tertunda.

7. Doctor Strange
Tatkala lebih banyak didominasi film blockbuster (termasuk beberapa judul MCU sendiri) terjebak keklisean titik puncak berupa pertarungan bombastis yang melibatkan sorotan cahaya pembelah langit, Doctor Strange menghadirkan kreativitas. Alih-alih memanfaatkan ilmu sihir demi menunjang otot, Strange mengandalkan otak, kemudian menentukan jalan “damai” berupa perundingan. Kreatif. Sama kreatifnya dengan banyak sekali sekuen yang melibatkan lompatan antar dimensi, khususnya dikala kali pertama Strange mengalami proyeksi astral, yang menjawab alasan pemilihan Scott Derrickson si sutradara horor untuk menangani film ini.

6. The Avengers
Inilah dikala Marvel mengalahkan kemustahilan, mewujudkan cita-cita para penggemar berkat kejelian Joss Whedon yang bisa membagi porsi tiap aksara sama rata (kecuali Hawkeye tentunya). Dialog-dialog humor pintarnya menghasilkan interaksi menarik antar aksara sekaligus mematenkan gaya komedik film-film MCU ke depan hingga kini. Pertarungan puncak di New York digarap luar biasa dengan bermacam-macam momen ikonik dari shot seluruh anggota Avengers di satu layar, tracking shot menyoroti agresi tiap-tiap karakter, hingga kalimat “I’m always angry” dari Bruce Banner.

5. Guardians of the Galaxy
Saya beranggapan bahwa naskah baik tak harus mempunyai plot rumit atau penelusuran latar belakang aksara yang jauh mundur ke belakang. Hasil goresan pena James Gunn ini contohnya. Mengandalkan komedi berbentuk kalimat-kalimat kocak nan cerdas, ia bisa mengenalkan masing-masing anggota Guardians secara terperinci lengkap dengan kepribadian mereka yang beragam. Pun dalam sekejap, sosok-sosok antah berantah ini jadi idola gres dunia. Belum lagi ditambah warna-warni sinematografi plus pilihan musik asyik, yang mempengaruhi gaya rilisan-rilisan MCU berikutnya.

4. Ant-Man
Isu ayah-anak beberapa kali muncul di MCU, tapi Ant-Man yaitu yang paling hangat dan menyentuh. Tengok adegan dikala Hope dan Hank hasilnya berbaikan. Superhero mana lagi yang mengenakan kostum, bertarung, bukan demi menyelamatkan dunia tapi untuk sang puteri? Menyajikan setting pertempuran unik Ant-Man menjawab permasalahan yang mencuat di banyak kisah superhero berkat titik puncak yang tak perlu menghancurkan seisi kota dan memakan banyak korban sipil.

3. Black Panther
Film MCU dengan subteks terdalam sekaligus mengandung relevansi tinggi, yang mampu mematahkan anggapan suguhan dengan bintang kulit gelap sulit meraup kesuksesan. Black Panther bukan sekedar film, tapi event global. Ragam kultur Afrika tumpah ruah, membentuk budaya gres Wakanda yang terpapar indah. Belum lagi keberadaan Erik Killmonger selaku salah satu villain terbaik MCU. Satu lagi perjudian Marvel Studios terbayar lunas.

2. Guardians of the Galaxy Vol. 2
Dari suguhan terlucu MCU di film pertama, James Gunn memberi sekuel yang meski tak kalah lucu, justru menjadi persembahan paling mengharukan dari Marvel Studios. Semakin menggila di komedi, para Guardians pun makin lekat di hati, sehingga kepedualian terhadap mereka sungguh memuncak tatkala klimaks. Pun final hidup hingga pemakaman Yondu yang dihiasi letusan kembang api di angkasa menjadi konklusi bittersweet. Oh, and Baby Groot!!!

1. Captain America: Civil War
Ini ia film terbaik Marvel Cinematic Universe! Benturan ideologi Captain America-Iron Man berhasil dituturkan berimbang, perkenalan memikat bagi tokoh-tokoh gres menyerupai Black Panther dan Spider-Man, hingga Baron Zemo yang bukan saja layak disejajarkan dengan Loki sebagai villain terbaik, pula unggul di beberapa aspek. Tanpa pasukan, tanpa kekuatan super, dan hanya lewat satu film, ia mencapai apa yang seluruh penjahat MCU gagal capai: memecah belah Avengers. Civil War berakhir dengan tercapainya tujuan Zemo. Jangan lupakan pertarungan di bandara. Perhatikan pilihan sudut kamera dan timing Russo Bersaudara. Simak pula bagaimana keduanya tepat menghidupkan panel komik ke realita. Mereka yang mencela adegan itu lantaran dianggap “kebanyakan ngelawak”, mungkin perlu berguru lagi soal sekuen aksi.

Artikel Terkait

Ini Lho Road To Infinity War: Mcu Movies Ranked From Worst To Best
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email