Film Indonesia, khususnya melodrama, patut mencontoh pendekatan sineas-sineas Bollywood belakangan, dalam usaha menguras air mata penonton. Kecenderungan film lokal (ingat, “kecenderungan”, bukan “semua”) bakal menempatkan tokoh utama di titik terendah maupun penyakit terparah. Dia menangis, meratap, terus berjuang, tapi sungguh usaha yang teramat berat. Penonton mesti dibentuk merasa betapa menderita usaha tersebut. Produk Bollywood, punya kecenderungan sebaliknya, di mana tokoh utama menentukan tersenyum, mencari sisi positif sembari mencari jalan keluar yang seringkali unik. Bukan kesedihan abjad yang menyentuh, tapi bagaimana ia enggan berkubang di kesedihan meski dihantam bermacam-macam problematika.
102 Not Out yang diangkat dari pertunjukan panggung buatan Saumya Joshi (juga merangkap penulis naskah filmnya) menampilkan tokoh utama seorang kakek berusia 102 tahun yang berjiwa muda. Dattatraya Vakharia (Amitabh Bachchan) namanya. Kakek ini sedikit “gila”, tapi bukan tipikal tokoh laki-laki bau tanah mesum macam yang diperankan Robert DeNiro dalam Dirty Grandpa (2016) misalnya. Dattatraya gemar bersenang-senang, tapi lebih dari itu, ia ingin sang putera, yang juga telah menginjak usia senja, mencicipi kesenangan serupa. Berbanding terbalik dengan sang ayah, Babulal “Babu” Vakharia (Rishi Kapoor) yang “baru” 75 tahun, hidup dengan kekakuan rutinitas membosankan.
Pengecekan medis rutin walau tak menderita sakit, sajian masakan sehat, bahkan usang waktu di bawah shower pun dibatasi tak boleh mencapai 15 menit dengan cara memasang alarm, alasannya lebih dari itu, ia yakin penyakit bakal menyerang. Sudahkah saya menyebut Babu tidur menggunakan selimut yang sama selama 60 tahun? Maka tersentaklah ia begitu sang ayah mengacaukan segala rutinitas itu kala mengumumkan niat memecahkan rekor dunia sebagai insan tertua. 118 tahun, alias 16 tahun lagi jadi target. Di sini kekonyolan mulai mengisi. Meyakini bahwa tinggal bersama kekakuan Babu bakal membuatnya cepat mati, Dattatraya melaksanakan hal mengejutkan: mengirim puteranya sendiri ke panti jompo!
Sutradara Umesh Shukla (All Is Well, Oh My God) membuka 102 Not Out dengan sekuen animasi ditemani lagu jazz Kuch Anokhe Rules yang dibawakan Armaan Malik. Kombinasi tersebut menghasilkan suasana ceria yang menegaskan tone film secara menyeluruh, meski membahas wacana serius soal masa bau tanah dan relasi ayah-anak. Seperti judul lagu di atas yang berarti “beberapa hukum unik”, Dattatraya memberi aneka macam persyaratan tak biasa yang harus dijalankan Babu agar ia diperbolehkan tetap tinggal di rumah. Syarat-syarat asing yang menciptakan bukan cuma Babu, tapi penonton pun garuk-garuk kepala, pula berfungsi memancing tawa di awal. Namun begitu intensi tiap persyaratan itu diungkap, 102 Not Out mulai memancing bentuk emosi lain: haru.
Tentu ada dramatisasi di situ, namun air mata yang mengalir di pipi saya (serta banyak penonton lain bahkan sesudah lampu teater dinyalakan) disebabkan hal-hal murni yang gampang menciptakan penonton terikat lantaran amat mungkin terjadi di kehidupan nyata. Sebuah napak tilas masa-masa indah yang telah kemudian tatkala senyum senang masih menghiasi bibir karakternya. Rishi Kapoor menangani masing-masing napak tilas itu dengan sensitivitas tinggi. Melihatnya, saya ikut terlempar menuju memori atas kenangan-kenangan serupa. Sedangkan Amitabh Bachchan menyimbangkan absurditas laki-laki 102 tahun penuh energi dengan paparan kasih sayang seorang ayah. Menjalani reuni sesudah terakhir berkolaborasi di Ajooba pada 1991 (ini kali keenam mereka berduet), keduanya menjalin chemistry ayah-anak solid meski selisih usia mereka cuma 10 tahun dan belum usang ini terlibat konflik akhir tudingan Rishi Kapoor dalam otobiografinya bahwa Amitabh tak mengharai para co-star.
Sepanjang 102 menit (kesamaan judul dan durasi yang entah disengaja atau tidak), intensitas bisa terjaga konsisten berkat permainan tempo efektif Umesh Shukla yang memaparkan tiap titik seperlunya tanpa perlu berlarut-larut. Tangis haru kemungkinan besar bakal hadir, tetapi anda takkan berujar “this is so sad, I want to cry”, melainkan “what a beautiful relationship, what a beatiful life”. Keindahan itu yang akan menyajikan haru. Pun twist yang menanti di ujung bukan dipandang selaku eksploitasi penderitaan, namun satu lagi alasan mengapa hidup wajib dijalani dan dirayakan.
Ini Lho 102 Not Out (2018)
4/
5
Oleh
news flash