Mari sambut Arwah Tumbal Nyai The Trilogy: Part Arwah selaku film Indonesia dengan judul paling membingungkan semenjak Laskar Pelangi Sekuel 2: Edensor (2013). Arwah sendiri merupakan pembuka sebelum Tumbal dan Nyai yang masing-masing dibintangi Dewi Perssik dan Ayu Ting Ting ikut menyusul rilis tahun ini. Saya merasa patut berterimakasih, alasannya yaitu tanpa film ini, saya takkan tahu kalau Zaskia Gotik telah menjadi brand ambassador Go-Jek kemudian mengubah namanya menjadi Zaskia Gotix. Jangan kaget jikalau di film kedua ia berganti nama lagi jadi Zaskia Go-Ride.
Digarap oleh sutradara seorang andal film ajaib, yaitu Arie Azis (Oops!! Ada Vampir, Tali Pocong Perawan, The Secret: Suster Ngesot Urban Legend), Arwah mengisahkan seorang gadis berjulukan Syurkiani (Zaskia Go-Car), yang untungnya tidak gemar beradegan syur, melainkan bermimpi ingin menari jaipong menyerupai mendiang ibunya. Tapi rentetan perkara hilangnya para penari jaipong secara misterius ditambah larangan sang nenek, Lela (Minati Atmanegara), membuat harapan Mbak Syur sukar terwujud.
Tapi Mbak Syur nekat, kemudian menentukan meminta diajari oleh Nyi Imas (Dewi Gita), yang tinggal di sebuah rumah tua. Di rumah Nyi Imas pula terdapat kendang terkutuk yang apabila dipukul tiga kali, bakal membangkitkan para hantu. Di sinilah naskah karya Aviv Elham (Tali Pocong Perawan, Alas Pati) mulai mengatakan kejeniusannya berlogika. Nyi Imas bersedia melatih Mbak Syur menari jaipong asal Mbak Syur mau memukul kendang itu 3 kali. Pertanyaan bagi anda: Mbak Syur ingin berguru jaipong, tapitak mau memanggil hantu. Jalan apa yang mesti ia ambil semoga 2 hal tersebut terpenuhi?
Apabila anda menjawab “pergi dari sana, cari guru jaipong di kota lain”, maka SELAMAT, anda cukup arif juga waras. Sayang, Mbak Syur (dan penulis naskahnya) tidak sepintar itu. Karena pantangannya yaitu “JANGAN PUKUL KENDANG 3 KALI”, ia pun MEMUKUL KENDANG 4 KALI! Begini Mbak Syur, sebagai orang yang peduli pada sesama, beri saya kesempatan untuk menjelaskan. Jika anda memukul kendang itu 4 kali, bukankah artinya anda sempat memukulnya sebanyak 3 kali yang artinya hantu-hantu sudah keluar?
Selanjutnya, kebodohan demi kebodohan elemen kisah menyusul bergantian. Tapi jangan khawatir. Bukan cuma itu kehebatan film ini. Sebagaimana Dewi Perssik sebut di sebuah wawancara, ia ingin trilogi ini menjadi kolam trilogi “GOD FATHER”. Peduli setan bahwa penulisan judul yang benar yaitu “The Godfather”. Mungkin maksud Dewi, keduanya sama-sama total. Apabila trilogi garapan Francis Ford Coppola itu memukau di seluruh elemen, maka Arwah Tumbal Nyai remuk di segala sisi.
Tata suaranya lebih awut-awutan daripada arus kemudian lintas Ibukota di jam pulang kantor. Karakternya bagai bicara dari balik bantal sehingga sulit mencerna apa yang dikatakan. Apalagi kalau kalimat itu diucapkan oleh Shakti Arora yang memerankan Shakti, kekasih Mbak Syur. Orang bicara sambil kumur-kumur masih lebih jernih di indera pendengaran ketimbang dialog film ini. Sedangkan musik gubahan Tya Subiakto termasuk salah satu scoring paling menyayat indera pendengaran yang pernah saya dengar. Baru kali ini saya benar-benar menutup indera pendengaran alasannya yaitu tidak kuat.
Tentu saja “musik” tersebut rutin menemani formasi jump scare “asal masuk” yang disusun Arie Azis. Jujur, Arwah sejatinya diawali dengan cukup meyakinkan. Hantu tidak buru-buru dimunculkan, dan waktu coba dimanfaatkan guna menuturkan kisahnya, walau apa tolong-menolong yang ingin dikisahkan tak pernah jelas. Sekitar 15-20 menit pertama plus beberapa titik-titik berikutnya, Arie Azis nampak ingin membuat slow burning horror.
Ya, bukan saja The Godfather, Arie pun berusaha membuat Hereditary versinya, yang mengalun pelan, luar biasa pelan hingga satu sekuen jump scare saja sempat makan waktu 5 menit. Dari Mbak Syur terbangun akhir barang di kamarnya jatuh, duduk di kasur, pelan-pelan berjalan ke arah barang itu, pelan-pelan mengeceknya, pelan-pelan membuka pintu, pelan-pelan menutup pintu, pelan-pelan menengok ke bawah kasur, dan banyak sekali “pelan-pelan” lain yang ditutup menggunakan payoff antiklimaks kala musik penyayat telinganya terdengar beberapa detik lebih cepat sebelum si setan menampakkan wajah.
Melakoni debut akting layar lebarnya, Zaskia Go-Pay masih luar biasa canggung. Sewaktu dituntut berakting kaget akhir gangguan setan, Zaskia Go-Massage malah bagai orang yang dikejutkan bunyi alarm. Satu-satunya hal yang terlihat natural hanya saat Zaskia Go-Food mencoba beberapa gerakan tari jaipong. Akting sang aktris kaku sekaligus monoton, sama monotonnya dengan gelaran alur yang berjalan menggunakan formula: Datang ke rumah Nyi Imas - Diusir - Menemukan misteri - Datang ke rumah Nyi Imas - Ulangi dari awal.
Semakin mencapai akhir, kekonyolan alurnya makin dahsyat, sayangnya, begitu pula histeria penonton kebanyakan, yang rupanya sangat terhibur menyaksikan Zaskia Go-Send terjebak dalam satu lagi “horor berisik”. Fakta mengenaskan: Jumlah penonton Arwah pada hari pertama penayangan mengalahkan Aruna & Lidahnya juga Something in Between, walau di antara ketiganya, film yang dibintangi Zaskia Go-Box ini diberi jatah layar paling sedikit. Bukan salah bioskop, bukan salah Rapi Amat, bukan salah Zaskia Go-Pulsa. Kita sebagai penonton yang perlu introspeksi.
Ini Lho Arwah Tumbal Nyai The Trilogy: Part Arwah (2018)
4/
5
Oleh
news flash