Wednesday, December 5, 2018

Ini Lho The Accountant (2016)

Ben Affleck mengikuti jejak sahabatnya, Matt Damon berperan sebagai super soldier dalam "The Accountant" garapan sutradara Gavin O'Connor. Bedanya, huruf Christian Wolff  satu dari sekian banyak nama samaran miliknya  yang Affleck perankan bukan jasus hasil uji coba pemerintah, melainkan akuntan pengidap autis. Kondisi tersebut menciptakan Chris sulit menjalin komunikasi sosial, juga terganggu oleh banyak sekali hal semisal bunyi keras dan cahaya terang. Ddi sisi lain Chris yakni sosok jenius, yang berdasarkan seorang psikolog lebih menyerupai Einstein atau Mozart ketimbang orang pada umumnya. Saat dewasa, Chris berprofesi sebagai akuntan dan meraup laba sebagai forensic accountant bagi para kriminal besar seluruh dunia.

Chris bukan hanya unggul secara kognitif  mampu menganalisis catatan keuangan perusahaan selama 15 tahun dalam waktu semalam  juga fisik. Dia andal memakai senjata sekaligus menguasai pencak silat. Gaya akting deadpan milik Affleck dimaksimalkan guna menggambarkan sifat tertutup Chris. Affleck sendiri punya charm kuat sehingga (nyaris) tiadanya perubahan mulut tidak berujung akting datar. Sang pemain drama kerap memainkan gestur maupun mulut mikro namun substansial menyerupai kedipan mata cepat jawaban gugup kala berinteraksi dengan Dana Cummings (Anna Kendrick dalam pembawaan lovable menyuntikkan kehangatan di tengah film yang dingin) atau gerak meniup kedua tangan dikala hendak melaksanakan suatu pekerjaan. 
Gavin O'Connor menghargai sekaligus memahami betul subjek yang diangkat, tampak dari beberapa implementasi autisme bagi estetika film. Penghormatan terbesar O'Connor pada autisme diberikan dikala Chris diperlihatkan bukan sebagai freak killing machine melainkan seorang yang diberkati kemampuan spesial mengarah ke insan super. Sedangkan ranah artistik dihiasi Tone warna lembut plus score garapan Mark Isham yang konstan mengiringi tanpa pernah mencuri spotlight tak hanya menguatkan sisi elegan "The Accountant", pula selaras dengan ketidakmampuan sang protagonis menghadapi cahaya dan bunyi berlebih. Seamus McGarvey (sinematografer) dan John Collins (art director) pun kerap mengisi layar dengan gambar dan penyusunan properti simetris, mewakili sisi obsesif Chris.
Sayangnya keunikan artistik di atas hanya bertahan di 40 menit pertama, setelahnya O'Connor bagai enggan berusaha lebih sehingga secara sinematik, "The Accountant" nyaris tanpa perbedaan dengan slow-burning action-thriller kebanyakan meski jikalau bicara soal tempo, O'Connor cermat mengatur pace, sabar tidak terlalu lambat. Beruntung daya tarik masih terjaga berkat pengemasan adegan agresi yang sesekali menerjang masuk di tengah kesunyian alur. Koreografinya solid, walau belum pada tingkatan "The Raid", Affleck cukup mumpuni melakoni beberapa stunt. Pengemasannya juga brutal, di mana Chris tak ragu menembak musuhnya di wajah atau menghantam kepala mereka dengan banyak sekali benda. Chris melakukannya tanpa ekspresi, menguatkan kesan badass yang menciptakan saya bersorak mendukung sang protagonis.

The biggest flaw is the script written by Bill Dubuque. Naskahnya kurang cakap menangani setumpuk poin alur yang sebenarnya sanggup dipersempit ruang lingkupnya. "The Accountant" berkisah perihal huruf dengan autisme, intrik dunia bisnis, konflik keluarga, romansa, bahkan terdapat sentuhan espionage. Semuanya saling tumpang tindih dan seluruhnya berakhir setengah matang, termasuk eksposisi mengenai Raymond King (J.K. Simmons) dan Medina (Cynthia Addai-Robinson) yang tak memberi efek signifikan bagi plot utama, walau di dikala bersamaan turut mengatakan niat baik Dubuque memperkaya naskah. Kesan bertumpuk makin memburuk kala mencapai finale akibat twist (predictable) yang membenturkan aspek thriller-nya dengan drama keluarga. It's a dull and anticlimax resolution for an ellegant and carefully-paced thriller


Ticket Sponsored by Bookmyshow ID

Artikel Terkait

Ini Lho The Accountant (2016)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email