Thursday, December 6, 2018

Ini Lho Humor Baper (2016)

Wahai saudara-saudaraku penonton film Indonesia yang dirahmati Tuhan, pada kesempatan kali ini izinkan saya mengajak anda sekalian merenung. Kita selalu menyalahkan para sineas alasannya ialah membuat suguhan buruk yang mencoreng nama perfilman tanah air. Kita kerap mencemooh kualitas film Indonesia, menuding para pembuatnya tidak becus berkarya. Banyak dari kita enggan menonton film dalam negeri bersenjatakan alasan tersebut. Kita selalu berujar kenapa, kenapa dan kenapa. Tapi pernahkah suadara-saudaraku penonton film Indonesia berintrospeksi, bahwa kita turut berperan serta atas terciptanya komedi kelas rendah macam "Humor Baper" ini? 

Wahai saudara-saudaraku penonton film Indonesia yang dirahmati Tuhan, pada Jumat malam lalu, tepatnya tanggal 7 Oktober 2016, saya bersama belasan orang lain menonton debut penyutradaraan Ali Pare yang juga diproduseri oleh KK Dheeraj alias KKD yang sebagaimana kita semua kenal merupakan satu dari dua orang yang pantas menyandang gelar kebesaran "Baginda" selain Nayato Fio Nuala. Sekedar informasi, "Humor Baper" ini sebelumnya mengusung judul "Pokemon (Pokoke Move On)", dan sanggup ditebak pembuatannya beriringan dengan fenomena Pokemon GO. Seperti biasa, indera penciuman Baginda KKD memang tajam mengendus peluang bisnis. 
Wahai saudara-saudaraku penonton film Indonesia yang dirahmati Tuhan, sungguh saya terkejut sekaligus murung mendapati respon para penonton terhadap film ini. Mereka tertawa lepas. Bukan sekali dua kali, melainkan hampir di setiap dagelan yang filmnya tawarkan. Mereka menertawakan tingkah Rojali (Cermen), laki-laki annoying dengan signature dialogue "may laapliii", yang merupakan panggilan sayangnya kepada Laila (Damita Argoebie). Rojali dan Laila balasannya menikah, tapi di malam pertama, sehabis memasukkan obat tidur dalam susu milik Rojali dan kedua orang tuanya, Laila mencuri semua harta benda kemudian kabur. Ternyata, Laila beserta keluarganya bukanlah keluarga sungguhan, melainkan penipu dengan modus operandi menikahi laki-laki kaya guna mengeruk harta mereka pasca pesta pernikahan.

Wahai saudara-saudaraku penonton film Indonesia yang dirahmati Tuhan, sungguh saya bersedih hati. Bersedih mendengar gelak tawa penonton walau paparan komedinya bukan saja udik sekaligus tak lucu, namun dihantarkan secara menyebalkan oleh cast-nya. Imrpovisasi Joe P Project berpotensi jadi penawar andai disunting, tidak seluruhnya diikutkan dalam film. Selain Joe lainnya gagal. Cermen menyebalkan, begitu pula Botay BMX yang satu-satunya alasan di-cast hanya untuk pertunjukkan skill bersepeda tak substansial, sedangkan Opie Kumis menyerupai biasa lebih banyak marah-marah. 
Wahai saudara-saudaraku penonton film Indonesia yang dirahmati Tuhan, kesedihan saya tidak berakhir hingga di situ. Saya murung alasannya ialah para penonton lain amat terhibur, tanpa peduli naskah karya Ammara Jian enggan mempedulikan nalar sehat. Komedi memang tak harus logis, namun kisah seenaknya milik "Humor Baper" bukan bertujuan membuat kejenakaan situasi melainkan murni hasil ketidakpedulian pula perilaku menggampangkan sang penulis. Kisah con artist berbalut twist, mekanisme pemeriksaan kepolisian, bahkan unsur sederhana macam ijab kabul dipaparkan tidak masuk akal. Semudah itukah penipuan dilangsungkan? Apakah ada polisi menginterogasi tersangka di lokasi dan di depan mata korban? Pertanyaan lain masih banyak tersimpan, dan naasnya para penonton bagai tidak ambil pusing. 

Wahai saudara-saudaraku penonton film Indonesia yang dirahmati Tuhan, dapatkah anda bayangkan betapa tersiksanya saya mengetahui "Humor Baper" berlangsung selama 100 menit lebih? Banyak komedi buruk, tapi dominan berjalan tidak mencapai 90 menit, sadar akan kemiskinan inspirasi mereka. Namun film ini seenaknya memanjangkan alur, bahkan ketika beberapa kali film sudah sanggup (dan harus) diakhiri. Pada balasannya saya tak sanggup menghujat tawa penonton lain, alasannya ialah terbentur pendapat bahwa komedi sifatnya subjektif  film secara umum pun demikian. Namun memandang kalau "Humor Baper" terperinci buruk di tiap sisi, marilah saudara-saudaraku penonton film Indonesia tidak begitu saja menyalahkan para filmmaker jika selera masyarakat memang sebatas ini.


Ticket Sponsored by: Bookmyshow ID

Artikel Terkait

Ini Lho Humor Baper (2016)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email