Thursday, December 6, 2018

Ini Lho Hunt For The Wilderpeople (2016)

"Hunt for the Wilderpeople" bukan tipikal film yang menciptakan penonton terpingkal-pingkal sepanjang film menikmati komedinya, terkoyak emosi oleh jalinan dramanya, atau terpukau alasannya kecerdasan alurnya. Faktanya, dongeng buatan Taika Waititi pun tidak sepenuhnya orisinal, menggabungkan unsur kisah coming-of-age, survive-in-the-wilderness, dan fugitive-on-the-run. Sekilas filmnya berjalan biasa saja, hingga secara tidak sadar durasi sekitar 100 menit telah usai berkat kejelian Waititi mengatur dinamika alur, meletakkan kejutan berupa "wow moment" bermodal ketepatan timing, pula menciptakan penonton menyukai karakternya dengan keunikan tingkah masing-masing. 

Diangkat dari novel "Wild Pork and Watercress" karya Barry Crump, film ini berkisah mengenai Ricky (Julian Dennison), bocah berusia 12 tahun yang berada di bawah pengawasan Paula (Rachle House) dari child welfare akibat banyak sekali tindak kenakalan bahkan kriminalitas (stealing, spitting, running away, throwing rocks, kicking stuff, defacing stuff, burning stuff, loitering and graffiti). Paula membawa Ricky untuk diasuh oleh Bella (Rima Te Wiata) dan suaminya, Hec (Sam Neill). Awalnya Ricky merasa tidak betah kemudian mencoba kabur, tapi kebaikan Bella membuatnya bertahan. Kita pun gampang menyukai Bella berkat senyum lebarnya, ketenangan menyikapi perjuangan Ricky melarikan diri, hingga lagu ulang tahun gila (yet adorable) buatannya untuk Ricky.
Karenanya, bukan Ricky saja yang terkejut mendapati final hidup Bella, saya pun begitu. Kondisi tersebut menciptakan child welfare berniat mengambil Ricky yang mana tidak sang bocah inginkan meski selama ini tak pernah akur dengan Hec, vice versa. Sekali lagi Ricky kabur dari rumah sesudah meniru kematiannya  membakar boneka berpakaian dirinya dengan muka yang digambar di sebuah piring  lalu pergi ke tengah hutan. Demi menjemput Ricky, Hec menyusul ke tengah hutan, namun sebelum berhasil kembali, terjadi kecelakaan yang melukai kakinya, membuatnya dan Ricky harus tinggal sementara waktu di hutan. Dari sini, situasi berkembang ke arah tak terduga dikala pihak child welfare menganggap Hec mengalami gangguan psikis pasca final hidup Bella, menculik Ricky, kemudian melaksanakan pelecehan seksual.
Eskalasi situasi dua orang terjebak di hutan menjadi national manhunt memang konyol. Kekonyolan unpredictable itulah motor aktivis alurnya. Waititi rutin melontarkan kejadian mengejutkan yang akan menciptakan penonton terus betah menikmati cerita, menanti kejenakaan macam apa yang menanti. Kreativitas Waititi nampak tatkala ia menghadirkan komedi melalui banyak sekali media mulai sederet obrolan one-liner ("He's giving that pig a piggyback!" for an example) hingga visual gags  mayoritas berupa quick cuts yang kerap jadi andalan Edgar Wright. Penceritaannya pun diselipi satir terhadap child welfare yang selalu menggemborkan kepedulian terhadap anak. Paula kerap meneriakkan slogan "no child left behind". Ketimbang kepedulian, kalimat itu terdengar ibarat pemburu yang enggan melepaskan binatang buruan. Saat pengejaran, Paula sering bertingkah layaknya tokoh penting, memerintah polisi dan FBI, tapi jadinya ia kolam orang udik yang bukan siapa-siapa.

"Hunt for the Wilder People" isn't overly done yet very effective. Komedi hanya sesekali menyelinap namun sukses memancing tawa, begitu pula sentuhan drama lewat momen-momen kecil ibarat bed talk antara Ricky dan Hec. Perbincangan singkat itu cukup membangun hangatnya korelasi interpersonal mereka  Sam Neill dan Julian Dennison menjalin chemistry solid untuk hubungan love/hate lalu love/loveWaititi bahkan mampu merangkai car chase sequence seru sebagai klimaks. Menengok faktor-faktor itu, saya memahami alasan Marvel memilihnya menyutradarai "Thor: Ragnarok". Weird buddy movie with strong interaction between its lead characters, offbeat comedy and entertaining action. Sounds like a perfect Marvel movie. Diiringi score atmosferik yang didominasi pemakaian synth, turut terbangun suasana dreamy dalam petualangan likeable milik "Hunt for the Wilderpeople".

Artikel Terkait

Ini Lho Hunt For The Wilderpeople (2016)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email