Thursday, December 6, 2018

Ini Lho Hacksaw Ridge (2016)

Anda tentu telah acapkali mendengar serangkaian cerita kepahlawanan berbalut keajaiban di medan perang tatkala seorang prajurit bisa menghabisi sekawanan musuh sendirian, sebut saja Audie Murphy, Alvin York, atau Simo "The White Death" Hayha. Nama-nama tersebut dianggap legenda, pahlawan, pembawa maut bagi tentara musuh. Tapi bagaimana jika sang pahlawanan bukan laksana Rambo sang "one man army", bahkan tak menembakkan satu peluru pun? Begitulah cerita Desmond Doss (Andrew Garfield), seorang paramedik Amerika Serikat pada Perang Dunia II yang alih-alih mencabut justru menyelamatkan ratusan nyawa.

Saat kecil, Desmond pernah terlibat perkelahian dengan sang abang dan memukul kepalanya menggunakan batu. Kakaknya selamat, namun insiden itu meninggalkan ketakutan dalam diri Desmond. Karena andai kakaknya tewas, Desmond telah melanggar perintah keenam Tuhan, adalah larangan membunuh. Ayahnya, Tom (Hugo Weaving) merupakan mantan prajurit Perang Dunia I yang mengalami PTSD jawaban ajal rekan-rekannya. Tom menjadi pemabuk dan sempat nyaris menembak istrinya, Bertha (Rachel Griffiths). Peristiwa itu jadi pendorong utama Desmond kukuh menolak membawa senapan kala bergabung di angkatan bersenjata walau hal itu terdengar udik dan bahaya pengadilan militer turut menanti Desmond jawaban dianggap membangkang.
Ditulis oleh Andrew Knight dan Robert Schenkkan, naskahnya terbagi ke dalam dua babak: sebelum dan ketika peperangan. Paruh pra-peperangan menggali alasan Desmod memegang teguh kepercayaannya, mengakibatkan huruf Desmond believable, bukan semata sosok "suci" melainkan insan biasa yang perbuatannya didorong oleh masa kemudian (cliche yet effective Freudian touch). Penggarapan Mel Gibson turut memunculkan pertentangan antara kedua babak. Babak pertama bernuansa ringan, diisi konflik keluarga emosional bahkan romansa Desmond dengan Dorothy (Teresa Palmer), suster yang ia temui di rumah sakit. Kemudian penonton diajak mengunjungi neraka dunia di tebing "Hacksaw Ridge", Okinawa.

Sebagaimana karya-karya sebelumnya, Mel Gibson enggan menahan diri dalam menghadirkan kekerasan. Pertama para prajurit  dan penonton  tiba di Okinawa, mereka eksklusif disambut tetesan darah segar, pembuka sebelum peperangan brutal di mana badan insan hancur berantakan, isi perut berhamburan, jenazah gosong bergelimpangan. Gibson tahu cara menggedor jantung penonton. Ledakan tak terdengar layaknya gemuruh hiburan blockbuster, namun kolam genderang perang pemantik kengerian. Berbalut sinematografi bernuansa warna kelam (muted colors) garapan Simon Duggan, "Hacksaw Ridge" mempunyai visualisasi horror medan perang paling realistis semenjak "Saving Private Ryan". Kontrakdiksi dua babak memudahkan filmnya hadirkan ketegangan di medan peperangan.
Tubuh kurus dan mata lembut Andrew Garfield cocok mewakili kebaikan Desmond Doss, menciptakan sosoknya likeable. Bersama Teresa Palmer yang adorable, keduanya menyuntikkan kehangatan lain dalam kehidupan Desmond meski romansa Desmond-Dorothy agak dikesampingkan di paruh kedua. Hugo Weaving menjaga kompleksitas huruf Tom yang sikapnya didasari trauma masa kemudian sembari sesekali memancarkan ketersiratan rasa sayang pada keluarganya (ekspresi terkejut mendapati Hal terluka, tatapannya pada Desmond di ruang sidang). Vince Vaughn berusaha mereplikasi performa R. Lee Ermey di "Full Metal Jacket", which isn't as strong or fresh but still entertaining

"Hacksaw Ridge" sejatinya menuturkan setumpuk pesan agama, tapi Gibson tak hanya berceramah belaka. Bersama ungkapan verbal, ia turut pamerkan bukti faktual melalui visual dengan medan perang sebagai panggungnya, memancing pergolakan dalam fatwa penontonnya. Seperti para atasannya, awalnya sulit mendapatkan keengganan Desmond mengangkat senjata, namun begitu diperlihatkan bagaimana agresi saling bunuh di peperangan, sulit untuk tidak berandai-andai, "bila banyak orang berpikiran layaknya Desmond, akankah kedamaian dunia tercipta?". Sebagai suguhan kental unsur agama, "Hacksaw Ridge" bisa memunculkan dialektika sekaligus menyulut fatwa kritis tanpa menciptakan penonton merasa digurui.

Artikel Terkait

Ini Lho Hacksaw Ridge (2016)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email