Wednesday, December 5, 2018

Ini Lho Jogja-Netpac Asian Film Bazar - Harmonium (2016)

Bersama tapi tidak bersatu, begitulah bentuk keluarga yang coba Koji Fukada perlihatkan di "Harmonium" karya terbarunya yang berhasil memenangkan Jury Prize dalam seksi Un Certain Regard, Cannes Film Festival. Film dibuka dengan acara makan malam Toshio (Kanji Furutachi) bersama sang istri, Akie (Mariko Tsutsui) dan putrinya, Hotaru (Momone Shinokawa). Makan bersama merupakan salah satu situasi di mana relasi keluarga sanggup diamati. Toshio sekeluarga memang berkumpul, namun Fukada menunjukkan ada "ketidakberesan". Ketika Aike dan Hotaru berdoa (penganut Protestan), sang ayah tak ikut serta, asyik menyantap makanan. Saat putrinya bercerita panjang lebar pun, nihil respon dari Toshio.

Suatu hari Toshio kedatangan Yasaka (Tadanobu Asano), mitra lamanya yang meminta diberi pekerjaan di machine shop miliknya dan daerah tinggal sementara. Toshio pribadi menyanggupi tanpa berunding dahulu dengan Akie. Bahkan ia tidak memberi tahu sang istri bila Yasaka gres keluar dari penjara akhir kasus pembunuhan, juga diam-diam kelam lain mengenai pertemanan keduanya dulu. Ketertutupan ini digunakan Fukada untuk menanam benih konflik, perlahan meruntuhkan keluarga tersebut. Yasaka cepat membangun impresi baik, bersedia membantu Hotaru berlatih memainkan harmonium sekaligus jadi lawan bicara menyenangkan bagi Akie, dua hal yang tidak pernah diperbuat Toshio.
Awalnya alur "Harmonium" terkesan predictable: kedatangan sosok abnormal yang merebut keluarga seorang pria. Namun Koji Fukada menolak mengikuti contoh paparan klise usaha suami mendapat kembali keluarganya, lantaran hingga final kita takkan melihat Toshio memperjuangkan itu. Justru sisi egois dan pengecutnya makin nampak, menggiring filmnya ke arah lebih kelam. Tapi "Harmonium" tak pernah menjadi depresif berkat pilihan Fukada sesekali menyelipkan humor efektif berbasis situasi awkward menggelitik. Keputusan itu meringankan suasan film, menciptakan drama "Harmonium" gampang dinikmati setiap penonton.
Kemunculan twist di pertengahan babak bukan saja mengejutkan, pula memberi arah baru, dinamika gres untuk diobservasi. Bicara soal kejutan, Fukada begitu hebat mempermainkan perkiraan lewat kesuksesan beberapa "alarm palsu" untuk memancing dugaan demi dugaan, mencuatkan ketegangan (keheningan sejenak Toshio di belakang Takashi hingga selimut jatuh dari atap gedung). Koji Fukada memang cerdik, tak hanya di pengadeganan, pula ihwal penulisan naskah. Berulang kali Yasaka berkata "kebiasaan lama" sebagai klarifikasi terhadap aneka macam sikap uniknya, menyerupai kecepatan makan atau keluar dari kamar mandi tanpa pakaian. Siapa sangka perkataan tersebut bertindak selaku tease bagi kejutan kelam nantinya.

Poin di atas ialah bentuk kepiawaian Fukada membangun karakterisasi, yang juga ia tunjukkan dalam membangun kejelasan motivasi. Keputusan Toshio menyimpan rapat sejumlah fakta serta fobia Akie terhadap basil sama-sama didorong oleh ketakutan dan perasaan bersalah masing-masing. Keberadaan paparan tersebut meskipun subtil makin menguatkan "Harmonium" dalam kiprahnya selaku observasi karakter. Serupa judulnya, Koji Fukada melibatkan alat musik harmonium pada observasi ini, sebagai (salah satu) faktor yang "menjembatani" runtuhnya relasi sebuah keluarga. 

Artikel Terkait

Ini Lho Jogja-Netpac Asian Film Bazar - Harmonium (2016)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email