Wednesday, December 5, 2018

Ini Lho John Wick: Chapter 2 (2017)

Sekilas, "John Wick"  yang di luar dugaan menuai sukses secara komersial maupun critical  adalah sajian agresi sekali jalan macam "Taken". Apabila sekuel film yang dibintangi Liam Neeson mencuatkan pertanyaan sarkas "siapa lagi yang diculik?", maka "John Wick", bermodalkan premis seorang pembunuh bayaran kembali dari masa pensiun sehabis anjing kesayangannya dibunuh telah membuat publik bergurau "anjingnya dibunuh lagi?" menanggapi perilisan chapter keduanya. Namun sejatinya film karya Chad Stahelski dan David Leitch tersebut menyimpan bahan kaya berupa pembangunan dunia dan mitologi, memfasilitasi pengembangan kisah secara lebih jauh. 

Spoiler alert: tidak ada anjing dibunuh kali ini. Pasca mengambil kembali mobilnya dalam 15 menit kebisingan adegan pembuka yang menegaskan kebrutalan film pertamanya tak diturunkan bahkan ditingkatkan, John Wick (Keanu Reeves) berharap sanggup kembali menikmati masa pensiun tenang di rumah bersama anjing barunya. Tapi cita-cita itu segera pudar tatkala cecunguk berjulukan Santino D'Antonio (Riccardo Scamarcio) menagih hutang budi John, memintanya membunuh sang adik, Gianna (Claudia Gerini). Sisanya ialah rutinitas biasa. John berburu, menghabisi setiap lawan termasuk sederet pembunuh bayaran yang mengincarnya. 
Kembali, ditinjau selintas, "John Wick: Chapter 2" hanyalah full throttle action movie nihil landasan dongeng solid, alasannya Derek Kolstad sukses melanjutkan pekerjaanya di film pertama yaitu membangun detail dunia lewat jalan sederhana tetapi efektif. Tanpa perlu berbelit dan mencuri fokus (berfungsi sebagai latar, bukan sentra cerita), Kolstad menambah pemahaman bagaimana setting, tata aturan, pula modus operandi para pembunuh. Setelah Hotel Continental selaku kawasan bernaung, cleaner, dan koin khusus untuk alat transaksi, kita diperkenalkan pada metode "sayembara". Dunia di mana filmnya bertempat bagai pembiasaan buku komik yang imajinatif, kreatif, dan terancang sedemikian mapan. Interaksi antar-tokoh dikemas menurut code of honor, menjelaskan ada hukum dan nilai bagi para pembunuh tersebut, melengkapi bangunan latar di atas. 

Pintar pula cara Kolstad memanfaatkan bundar setan dunia kriminal yang tak mengenal kata "istirahat" agar sang titular character selalu punya alasan kembali, dengan kata lain bahan bagi sekuel. Selalu ada sisi gres untuk digali yang tak terasa dipaksakan alasannya dunia "bawah tanah" memang penuh diam-diam serta misteri yang gres sekali waktu mencuat ke permukaan. Selaku penambah daya tarik ialah sederet huruf pendukung (baca: pembunuh) unik mulai gelandangan, pengamen bersenjatakan biola, sampai laki-laki bertubuh besar dengan dandanan kolam pesumo. 
Stahelski selaku sutradara tunggal (Leitch berposisi produser) meningkatkan takaran kebrutalan. Masih mengandalkan gun-fu, sequence aksinya menampilkan kelincahan John melepaskan tembakan jarak bersahabat mematikan tanpa quick cut atau shaky cam memusingkan. Kreativitas Stahelski menambah kesan badass sang protagonis dikala John tak hanya menembak, juga menabrakkan kendaraan beroda empat ke badan lawan, menghempaskannya ke dinding dan menghabisi dua pembunuh dengan sebatang pensil. Dipadukan sound mixing mumpuni, deru mesin kendaraan beroda empat dan letusan peluru terdengar bombastis, membuat mimpi indah bagi penikmat kegilaan action. Dan Laustsen mempertahankan sinematografi artistik film pendahulunya, menempatkan warna-warna berbeda di tiap sudut ruangan, menyalakan gemerlap neon yang bakal membuat Nicolas Winding Refn sekalipun tersenyum bahagia menyaksikannya.

Melakoni banyak adegan tanpa stuntman, Keanu Reeves terbukti masih bintang film laga reliable, piawai menghadapi rangkaian koreografi, memainkan pistol kolam sosok "boogeyman" yang berpengalaman, andal menangani senjata. Sedangkan Laurence Fishburne dalam penampilan singkatnya terjebak pada akting "heeheehaahaa" klise seorang villain, menghadirkan tanya soal pemilihannya selain reuni "The Matrix" dengan Reeves. "John Wick: Chapter 2" diakhiri lewat tease akan film ketiga yang lebih besar, menempatkan John di posisi tersulit. Sepanjang tetap konsisten menjalin agresi tingkat tinggi over-the-top sekaligus kreatif dan eksplorasi atas universe miliknya, berapa chapter pun saya tak keberatan. 

Artikel Terkait

Ini Lho John Wick: Chapter 2 (2017)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email