Wednesday, December 5, 2018

Ini Lho Live By Night (2016)

Keterlibatan Ben Affleck dalam "Batman v Superman: Dawn of Justice" plus proyek jangka panjang DC lain sempat memantik kekhawatiran saya. Benar tidaknya kesepakatan tersebut mengganggu proses kreatifnya di luar DCEU mungkin takkan menerima balasan pasti, tapi "Live by Night" terang film setengah matang yang menodai winning streak karir penyutradaraan Affleck. Untuk pertama kalinya Affleck menulis naskah tanpa partner dan begitu kentara betapa kerepotan ia mengadaptasi novel berjudul sama karya Dennis Lehane yang ceritanya kaya akan subteks mengiringi proses panjang seorang laki-laki menjadi gangster besar.

Ber-setting di tahun 1920-an sampai 1930-an, "Live by Night" berkisah ihwal seorang veteran Perang Dunia I bernama Joe Coughlin (Ben Affleck). Pengalaman sebagai prajurit menciptakan Joe jengah pada kekangan, berhasrat hidup dengan semangat kebebasan. Didasari itu, Joe menjalani hari ke hari dengan merampok bank walau sang ayah (Brendan Gleeson) yaitu petinggi kepolisian Boston. Di sisi lain, Joe rahasia terlibat romansa dengan Emma Gould (Sienna Miller), kekasih gangster tersohor, Albert White (Robert Glenister). Menuruti perasaannya, Joe berniat kabur bersama Emma, keputusan yang justru membenamkannya jauh ke dalam kehidupan gangster.
Tema kebebasan sejatinya sesuai diselipkan di tengah drama gangster. Para pelakunya diharuskan mematuhi perintah bos, mendahulukan kepentingannya meski harus berkorban nyawa. Joe melalui perjalanan panjang. Berpindah ke Tampa menjalankan bisnis milik cecunguk Italia, Maso Pescatore (Remo Girone), berurusan dengan banyak pihak mulai Ku Klux Klan sampai gadis mantan pecandu narkoba yang menjadi penceramah berjulukan Loretta (Elle Fanning with short yet captivating performance). Affleck tampak kerepotan memadatkan setumpuk konflik dan huruf itu ke dalam kisah berdurasi 129 menit. Pergerakan alurnya kasar, bagai terbagi atas segmen yang bangun sendiri-sendiri. Melompat, tidak mengalir.

This could be more than an ordinary gangster tale. Joe yaitu laki-laki abu-abu. Dia anak seorang polisi, seorang kriminal, tapi enggan menikmati pembunuhan demi laba pribadi. Tapi lain dongeng ketika berurusan dengan Ku Klux Klan yang menindas kaum minoritas. Memang ada dampak kepentingan bisnis dalam perlawanan Joe, namun terang hati kecilnya membenci kebiadaban tersebut. Terbukti ia menikahi Graciella (Zoe Saldana), seorang perempuan kulit hitam. "Live by Night" banyak berisi subteks soal diversity serta paling menarik kala menempatkan Joe melawan penindasan sembari membicarakan (baca: mempertanyakan) tentang religiusitas lewat story arc Loretta. 
"Live by Night" kekurangan momen glorifikasi gangster yang penuh intrik, perencanaan licik dengan bumbu berupa pertumpahan darah. Momen serupa hanya hadir pada titik puncak dan terbukti efektif meningkatkan intensitas. Sisanya, Affleck lebih banyak menyuguhkan situasi membosankan berupa obrolan dan bargaining yang diperparah oleh penulisan obrolan ala kadarnya. Sempat hadir car chase namun Affleck gagal menyuntikkan ketegangan, dikemas terburu-buru, berlalu begitu saja. Masalah berikutnya terletak pada akting Affleck. Dia yaitu pemain film "unik", punya pesona justru ketika datar berekspresi yang mana kembali ditampilkan di sini. Sayang, ia kurang piawai kala mengemban beban bertutur layaknya gangster karismatik yang kolam magnet, mencengkeram atensi penonton. 

Serupa proses sang protagonis mencari kebebasan, "Live by Night" terasa berantakan. Well-made but messy. Setidaknya penonton disuguhi konklusi memuaskan berupa agresi penuh intrik disertai baku tembak serta epilog bittersweet yang menegaskan bahwa tidak peduli sebaik apa seseorang, sekalinya ia terjebak di dunia hitam ada harga yang harus dibayar termasuk ketiadaan kebahagiaan penuh dalam hidup. "Live by Night" is not a bad movie, but definitely such a disappointment and Ben Affleck's weakest directorial effort. Ada baiknya ia berpikir ulang membahayakan karirnya lebih jauh dengan menyutradarai "The Batman". 

Artikel Terkait

Ini Lho Live By Night (2016)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email