Friday, December 28, 2018

Ini Lho Mcfarland Usa (2015)

Bagaimana menciptakan formula "Disney inspirational sport drama" yang sudah klise menjadi lebih klise? Tentu saja dengan menambahkan Kevin Costner yang kehadirannya dalam film drama olahraga sudah bisa disamakan dengan kemunculan DiCaprio dalam karya Martin Scorsese. McFarland USA memang tidak pernah sekalipun diniati untuk menjadi sajian yang berbeda. Teguh memakai formula standar secara menyeluruh, detail film ini bahkan sudah bisa diraba semenjak menit pertama filmnya bergulir ketika Jim White (Kevin Costner) tengah memarahi tim American Football asuhannya ketika jeda pertandingan. Jim dipecat sesudah melempar salah seorang pemain dengan sepatu. Karena reputas jelek itulah mau tidak mau ia mendapatkan kenyataan pindah ke McFarland, California bersama istri dan dua puterinya. McFarland sendiri merupakan salah satu kota termiskin di Amerika yang lebih banyak didominasi penduduknya diisi orang-orang Meksiko dengan kebanyakan bekerja sebagai pemetik buah dan sayuran.

Menjatuhkan kehidupan abjad utama yakni permulaan yang "wajib" dilakukan. Setelah itu ia akan menemukan sekelompok anak yang menjalani kehidupan berat dan hampir tidak punya keinginan merangkai masa depan cerah. Hingga jadinya sang abjad utama menemukan talenta terpendam mereka, mengatakan kesempatan pada belum dewasa yang dianggap remeh tersebut untuk mengambarkan kehebatan mereka. Tentu saja hal itu butuh latihan dan usaha berat sehingga butuh montage untuk menunjukkan proses latihan yang harus dikemas sesingkat dan seinspiratif mungkin. Pada jadinya usaha itu mulai menemukan hasil. Tapi jangan lupa, sang abjad utama memiliki keluarga, sehingga lagi-lagi "wajib" hukumnya menyelipkan konflik keluarga. Konflik yang paling terkenal yakni ketika sang tokoh terlalu berfokus pada pekerjaan sampai lupa memberi perhatian khususnya pada sang anak. Tapi alasannya yakni diawal kisah tokoh utama kita tidak serta merta "ikhlas" mendapatkan kondisi berat itu, maka datangkanlah konflik yang membuatnya harus menentukan antara penghidupan lebih baik atau kesetiaan. 
Apa yang saya tuliskan di atas bukanlah alur dari McFarland USA, melainkan formula yang selalu dipakai oleh film drama olahraga produksi Disney. Jika pada jadinya segala deskripsi tersebut juga dimiliki oleh film ini, hal itu alasannya yakni McFarland USA seperti yang saya bilang masih mengikuti pakem usang dari film-film serupa. Tidak ada yang gres disini, semuanya klise. Tapi darimana sebuah hl "klise" tercipta? Sebuah formula pastilah pada awalnya tidak pribadi menjadi klise. Bisa ibarat itu alasannya yakni pada awal kemunculannya dianggap sukses, sehingga banyak pembuat film berduyun-duyun menggandakan pakem yang digunakan. Makara intinya menciptakan sebuah film klise bukanlah keputusan jelek berdasarkan sudut pandang saya. Klise identik dengan sederhana, yang berarti oleh penonton masa sekarang dianggap sebagai hal dasar untuk dilakukan. Menjadi kurang menarik disaat hal dasar tidak dikemas maksimal, tapi sebaliknya suatu hal dasar punya potensi untuk menjadi begitu kuat. Untuk formula drama inspirasional ibarat ini, keberhasilan diukur dengan sejauh mana penonton bisa digiring biar tersentuh perasaannya oleh kisah menggugah yang coba dihadirkan.

Naskah film ini juga dengan setia mengikuti formula klise tersebut tahap demi tahap. Tidak hanya beberapa, tapi semua aspek dari formula yang saya jabarkan diatas berusaha dimasukkan. Hasilnya yakni sebuah film yang penuh sesak dengan nuansa predictable dengan adegan demi adegan sudah bisa penonton tebak sebelum terjadi. Sutradara Niki Caro sendiri nampak mengalami dilema dalam mengemas filmnya. Untuk mengemas kisah sebanyak itu jadinya proses pendalaman ia korbankan. Berbagai konflik dicampur aduk sampai bertumpuk menjadi satu. Bahkan dalam beberapa kali terjadi, dalam satu sequence film ini mengatakan sebuah resolusi sebelum tiba-tiba bersambung menuju kemunculan konflik berikutnya. Contoh tepat yakni apa yang terjadi ketika program quinceanera yang diadakan Jim untuk memperingati ulang tahun puteri sulungnya, Julie (Morgan Saylor) yang ke-15. Belum sempat penonton merasa terikat oleh permasalahan yang ada, penyelesaian sudah ditawarkan begitu cepat. Belum sempat pula kita memaknai konklusinya, konflik berikut sudah hadir. Dinamika emosi pun kurang bergejolak.
Naskahnya ditulis bagai mengikuti aturan baku, dan Niki Caro menyutradari filmnya ibarat mengikuti naskah apa adanya. Terlihat terang dari perpindahan momentum yang kurang mengalir. Seolah sudah disiapkan babak A, B, C dan seterusnya. Penonton dibawa ke babak A, dan sesudah selesai pribadi dipindah ke B tanpa ada jembatan yang menghubungkan keduanya. Alurnya yang sederhana memang menciptakan kita tidak kesulitan mengikuti jalan cerita, tapi satu kesatuan utuh sebagai pembangun kepedulian terhadap abjad dan pemupuk emosi jadinya begitu minim. Untung film ini punya Kevin Costner dan para bintang film yang cukup baik memerankan ketujuh muridnya. Hubungan antara mereka tersaji cukup hangat berkat chemistry kuat dan akting natural. Costner tampak begitu gampang melakoni kiprahnya disini, seperti sudah menjadi keseharian sang aktor. Sedangkan para atlit khususnya Carlos Pratts yang memerankan Thomas berhasil mengundang simpati. Mungkin film ini tidak cukup menggali keseluruhan abjad itu, tapi momen kecil berhasil mereka maksimalkan untuk mencuri perhatian.

Klimaks yang seharusnya emosional pun tidak begitu kuat. Momen kemenangan sesudah usaha panjang nan berat khususnya dalam olahraga haruslah menghadirkan luapan emosi yang tinggi. Klimaks film ini sedikit menghadirkan getaran, tapi hanya dalam skala ringan. Tapi apakah keseluruhan film ini buruk? Nyatanya tidak. Niki Caro memang kurang berhasil mengemas McFarland USA sebagai tontonan emosional, tapi tidak pula menyuguhkan sesuatu yang berantakan. Memang pakem standar sungguh ia ikuti satu demi satu, tapi cukup solid, setidaknya per-momen alasannya yakni lagi-lagi film ini bagaikan babak demi babak yang mengalir kurang menyatu. Seperti yang saya sebut sebelumnya, klise berarti dasar. Jika satu hal dasar disajikan dengan "cukup" saja, maka penonton setidaknya bisa mendapatkan itu sebagai sebuah tontonan yang juga biasa. Tidak luar biasa, namun juga tidak buruk. 

Verdict: Cliche and formulatic, but "McFarland USA" still ended up as a nice heartwarming tale, even it wasn't really inspirational. Forgettable, but the strong chemistry between the actors made this well-made movie worth-watching.

Artikel Terkait

Ini Lho Mcfarland Usa (2015)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email