Tuesday, December 4, 2018

Ini Lho Moon Cake Story (2017)

Perkampungan kumuh daerah rakyat kecil mati-matian menyambung hidup, bekerja seadanya, tinggal di hunian sempit sambil sesekali berkeluh kesah di warung kopi. Garin Nugroho menyerupai bernostalgia, kembali menuju masa kala ia membuat "Daun di Atas Bantal" dahulu. Bersama Winaldo Swastia (asistennya di "Setan Jawa" dan "Aach...Aku Jatuh Cinta") selaku duetnya menulis naskah, Garin turut menyertakan kisah mengenai penderita alzheimer, percintaan, hingga korelasi ibu dan anak, yang semuanya disatukan oleh tradisi membuat masakan ringan anggun bulan. Setidaknya ia bermaksud demikian. Sebab antara subplot satu dengan lainnya urung tercipta ikatan kuat, membuat "Moon Cake Story" jadi suatu kesemrawutan. 

Walau telah sukses berbisnis, David (Morgan Oey) tetap mengingat aliran mendiang ibunya (Ary Kirana) supaya selalu berbuat baik dan mengawali segala acara dengan doa. Maka saat beliau bertemu Asih (Bunga Citra Lestari), seorang janda beranak satu yang berprofesi sebagai joki 3-in-1, tergerak hati David mengulurkan pertolongan termasuk mewariskan resep masakan ringan anggun bulan sang ibu supaya Asih mempunyai pekerjaan lebih layak. Hubungan keduanya pun semakin dekat, hingga terungkap bahwa David menderita alzheimer dan sisa umurnya tak lagi lama. 
Di luar interaksi David dan Asih, kita diperlihatkan pula kehidupan warga kampung sekitar yang amat miskin tapi menolak mengalah menggapai cinta dan mimpi. Sebutlah harapan Markus (Abdurrahman Arif) menjadi komika, atau seorang badut berjulukan Jaka (Kang Saswi) yang setengah mati menyayangi Sekar (Melati Zein), adik Asih, walau cintanya bertepuk sebelah tangan. Sementara dari Babeh (Jaja Miharja) sesekali terlontar pesan adab seputar eksistensi. Sebaliknya, keluarga David yang notabene kaya raya kolam hanya memperhatikan bisnis serta bahan ketimbang kebahagiaan David. Singkatnya, si miskin ialah pejuang dan si kaya tanpa hati. 

Sang sutradara khususnya di awal karir memang gemar merangkai ukiran kasta sosial di atas, dan walau "Moon Cake Story" tampak familiar, klise, minim unsur pembeda, menarik mendapati Garin kembali ke tema serupa. Daripada fokus pada satu-dua abjad utama, narasi cenderung menyoroti masyarakat secara umum. Bukan kisah personal yang Garin tekankan, tapi lingkungan. Seperti biasa pula, pengadeganan kolam pertunjukan teater dan secuil momen musikal sempat diselipkan. Tapi terdapat satu duduk kasus besar, yaitu "Moon Cake Story" terasa kurang cocok dikemas menggunakan pendekatan itu. 
Gaya-gaya itu bagai berasal dari film berbeda, kurang selaras dengan dongeng utama. Bahkan porsinya mengalahkan, menutupi kisah David-Asih ketimbang melengkapi. "Moon Cake Story" sejatinya punya contoh sederhana. Dua sejoli bertemu tanpa sengaja kemudian dipersatukan oleh satu hal yang dalam konteks film ini ialah masakan ringan anggun bulan. Formula klasik drama romantika (atau drama insan mengingat David dan Asih tak pernah gamblang menyatakan cinta satu sama lain). Tapi kolam menolak keklisean, Garin kukuh menerapkan ciri khasnya yang justru berbalik merusak kekuatan film akhir ketidaksesuaian nuansa antar momen sekaligus terbelahnya fokus. 

Karena fokus terpecah, otomatis waktu eksplorasi bagi korelasi David dan Asih ikut berkurang. Bahkan menyerupai ada keping dongeng yang hilang tatkala alurnya bagai melompati beberapa fase terkait proses dan perjalanan karakternya. Alhasil, kedekatan penonton dengan para tokoh pun minim, melucuti potensi dari konklusi yang sejatinya berpotensi menggugah emosi. Padahal performa jajaran cast amat mendukung potensi tersebut. Deddy Sutomo sebagai Pak Tri (sopir David) terasa meneduhkan dalam tiap tutur katanya. Bunga Citra Lestari masih piawai mencurahkan gejolak rasa, sedangkan Morgan Oey berusaha semaksimal mungkin menghidupkan penderita alzheimer.
Bicara soal aspek alzheimer  tanpa menutupi fakta film ini ialah "pesanan" Tahir Foundation  ada niatan baik mengenalkan penyakit tersebut pada khalayak luas. Sayang, daripada menonjolkan sisi positif, "Moon Cake Story" justru mengedepankan penurunan kinerja otak penderita, menggambarkannya sebagai suatu kondisi mengerikan nan mematikan semata alih-alih mengedukasi penonton wacana penanganan atau setidaknya usaha penuh harap. Film ini sekedar mengeksploitasi penderitaan atas nama bencana layaknya disease porn pada umumnya. 

Tentu Garin masih piawai bermain simbol, entah pemaknaan mendalam wacana kebersamaan melalui sebuah meja, atau kritik "nakal" untuk pegawanegeri keamanan yang digambarkan lewat adegan Babeh mengenakan seragam polisi dan menarik pungutan liar. Garin masih tajam soal metafora dan sindir menyindir. Namun begitu film berakhir, sulit rasanya tidak mempertanyakan substansi sewaktu bermacam subplot kurang rapi dirangkai, gagal membuat ikatan berpengaruh dengan poin utama penceritaan. Seolah sang sutradara terlampau berambisi menuturkan kisah sebanyak mungkin. "Moon Cake Story" bukan film buruk, hanya saja meninggalkan kekecewaan mengingat dihasilkan oleh salah satu legenda hidup perfilman tanah air. 


Artikel Terkait

Ini Lho Moon Cake Story (2017)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email