Wednesday, December 5, 2018

Ini Lho Sausage Party (2016)

Jika menduga bahwa "The Interview", komedi wacana perjuangan pembunuhan terhadap Kim Jong-un merupakan kulminasi kegilaan Seth Rogen dan Evan Goldberg, anda keliru. Bagai anak kecil yang menerima mainan favorit baru, keduanya nampak kegirangan menemukan animasi sebagai lahan di mana batasan rating R sanggup didorong sejauh mungkin. "Sausage Party" yakni film mengenai ateisme berisikan sumpah serapah, pemakaian drugs, pemenggalan kepala, pembantaian massal makanan, paparan politically incorrect nan ofensif atas konflik Palestina-Israel, serta pesta orgy para makanan. Yes, this is not your ordinary kid-friendly animation.

Dibuka oleh musical sequence dengan tebaran kata "fuck" pada liriknya, "Sausage Party" membawa penonton mengarungi supermarket berjulukan "Shopwell" di mana kuliner sanggup berbicara, bergerak, mempunyai tangan dan kaki. Para kuliner ini menyebut insan sebagai Tuhan, pula percaya saat dibeli, mereka akan dibawa menuju Great Beyond untuk dirawat penuh kasih sayang sebagaimana tercetak di bungkus kardus sereal. Praktis ditebak Great Beyond merupakan alegori atas surga, dan sepanjang filmnya menyoroti perjuangan sebuah (atau seorang) sosis berjulukan Frank (Seth Rogen) menemukan fakta bila insan itu kejam dan Great Beyond tak lebih dari sekedar omong kosong. Ateisme.
Jangan berburuk sangka dulu, lantaran walaupun jorok dan kasar, "Sausage Party" tidak dibentuk menurut semangat kebencian. Rogen dan Goldberg  bersama Kyle Hunter dan Ariel Shaffir selaku penulis naskah  berusaha memancing anutan penonton sambil mengkritisi kepercayaan "buta" masyarakat terhadap religiuisitas tanpa berusaha mencari kebenaran yang hakiki. Serupa tokoh Frank, "Sausage Party" hanya mengajak berpikir kritis, bukan memaksa menanggalkan kepercayaan. Di luar dugaan film ini kaya akan subteks ibarat beberapa paparan gosip sosial yang mana baik konflik, visualisasi tokoh beserta karakterisasinya kental akan stereotip. Keberadaan subteks tersebut efektif memberi bobot lebih pada cerita, menjadikannya tidak berakhir sekedar tempelan.

Beberapa pertanyaan sempat mengganggu pikiran saya. Jika gerakan kuliner tak bisa dilihat oleh manusia, kenapa tidak demikian di beberapa bab (sosis menggelinding, dan tentunya klimaks)? Andai bisa, mengapa pula seringkali insan tidak menyadari gerakan tersebut? Lalu, benda apa saja yang (diam-diam) hidup? Tentu bukan sekedar kuliner mengingat ada tisu toilet, kondom, dan douche sang villain. Namun kenapa benda-benda ibarat tas belanjaan tidak? Pentingkah pertanyaan berkaitan inkonsistensi itu diutarakan mengingat absurditas "Sausage Party"? Tentu, lantaran di balik semua kebodohannya, film ini kerap berusaha tampil selaku kritik sosial.
Seperti telah saya singgung, Rogen dan Goldberg kolam menemukan jalan menyalurkan kegilaan, kemudian memasukkan sebanyak mungkin seks, umpatan, dan kekerasan. Mendengar kuliner mengucapkan "fuck" cepat menjadi repetitif dan kehilangan kelucuan, untungnya duo sutradara Conrad Vernon dan Greg Tiernan punya visi sejalan dengan Rogen-Goldberg dalam pengadeganan. Alhasil "Sausage Party" seolah tak pernah kehabisan momen mengejutkan yang pula terasa cerdas. Momen kala beberapa kuliner jatuh dari troli mencuatkan kengerian war movie, sedangkan adegan memasak dikemas brutal layaknya torture porn horror. Food orgy sequence-nya pun menunjukkan definisi gres kepada istilah "food porn movie". 

Jangan harapkan kualitas animasi sekelas Pixar atau DreamWorks, lantaran film ini hanya dibentuk dengan bujet $19 juta, tapi keterbatasannya bisa disulap menjadi parade visual mencengangkan nan kreatif yang memburamkan batasan jenius dan bodoh. Some wordplays are pretty hilarious, but "Sausage Party" is more shocking and thought-provoking than funny. Belum pernah sebelum ini saya membayangkan acara mengupas kentang dan mengiris sosis sanggup terasa sadis dan mengerikan. Oh, and how could a bum (voiced by Nasrani Wiig) be that seducing?

Artikel Terkait

Ini Lho Sausage Party (2016)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email