Thursday, December 6, 2018

Ini Lho The Secret Life Of Pets (2016)

Setelah mengisi slot film mereka dengan franchise "Despicable Me" termasuk spin-off malas berjudul "Minions", Illumination Entertainment kesannya kembali merilis film original yang bahwasanya not-so-original mengingat kemiripannya dengan "Toy Story". Ya, intinya "The Secret Life of Pets" serupa karya Pixar tersebut, hanya saja protagonis mainan diganti binatang peliharaan lucu. Materi trailer-nya menarik, mengetengahkan acara para binatang tatkala pemiliknya meninggalkan mereka di rumah. This could be Illumination's best movie since "Despicable Me", unfortunately that's not the case especially when the fast-paced action antics took place all over again, dominating the whole movie like their previous efforts. 

Pasca berkenalan dengan sang protagonis, anjing terrier bernama Max, kita diajak mengamati para binatang peliharaan bertingkah mirip manusia. Sequence menarik ini jadi melelahkan akhir telah dieksploitasi bahan promosi, kesalahan sama yang dilakukan juga oleh Illumination lewat "Minions". Max amat mencintai pemiliknya, Katie, dan merasa cemburu dikala ia membawa pulang anjing berjulukan Duke. Persaingan Max dan Duke segera terjadi, mengingatkan pada perseteruan Woody dengan Buzz di awal perkenalan. Setelahnya, Max dan Duke terlibat petualangan, sempat tertangkap Animal Control, bertemu Snowball, kelinci pemimpin "The Flushed Pets" yang membenci insan dan merencanakan revolusi.
Banyak hal dialami keduanya, sebanyak film ini memperkenalkan abjad gres beserta konflik masing-masing. Ada Gidget, anjing pomerania yang rahasia menyukai Max, Tiberius, elang yang ingin berhenti menjadi karnivora, hingga anjing basset cacat berjulukan Pops. Belum lagi menghitung hewan-hewan peliharaan tetangga Max. Naskah karya Brian Lynch, Cinco Paul dan Ken Daurio berambisi sebanyak mungkin menelusuri isi hati hewan. Terlalu banyak malah, sehingga alurnya overstuffed, berujung kedangkalan eksplorasi akhir kemunculan yang sambil lalu. Mudah beberapa menit sehabis diperkenalkan, setumpuk tokoh gres tersebut patut dipertanyakan signifikansinya bagi cerita. 
Setelah hidangan rutinitas binatang di awal, sejatinya "The Secret Life of Pets" tinggal membuatkan itu. Sayang, sebagaimana film-film Illumination sebelum ini, sisa durasi digunakan menghadirkan petualangan berisi gelaran absurditas agresi tempo tinggi. Sesekali masih menyenangkan, tapi semakin lama, melihat Max dan teman-temannya terus berlari, terbang, melompat, semakin terasa repetitif. Beberapa balutan komedi sempat memancing tawa, tapi terperinci bukan banyolan cerdas hasil pemanfaatan konsep mengenai the secret life of pets. Karnivora yang ingin berhenti makan daging, binatang pembenci manusia, dan lain sebagainya, berhenti di tataran konsep belaka, menjadikannya serupa dengan film lain bertema talking animals.

"The Secret Life of Pets" memang menyerupai dua sisi koin pembuatnya. Bagai ada kontradiksi antara idealisme menyusun kisah kompleks arif balig cukup akal dengan menjaga status sebagai hiburan semua umur. Satu lagi teladan tatkala di sela-sela petualangan ringan kegemaran anak-anak, terselip konten cukup kelam mirip kematian  surprisingly ini bukan film di mana tertimpa reruntuhan tak berdampak vital bagi karakter  pula kekerasan. Di satu sisi dapat dipandang sebagai bentuk kegamangan memilih tujuan, namun cukup menambah bobot penceritaan meski emotional payoff di selesai tak sekuat yang seharusnya. 

Artikel Terkait

Ini Lho The Secret Life Of Pets (2016)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email