Tuesday, December 4, 2018

Ini Lho Sweet 20 (2017)

Lebaran bukan melulu soal agama, juga momen berharga di mana bagi sebagian orang jadi kesempatan langka bertemu keluarga besar. Mereka bercengkerama, bertukar cerita, tertawa bahagia. Idulfitri ialah liburan. Liburan yang (semestinya) hangat dan menyenangkan. Sehingga "film lebaran" menjadi tepat apabila bisa menjadikan rasa-rasa tersebut sekaligus bisa ditonton bersama orang-orang tercinta. Sambutlah Sweet 20, satu dari lima remake (ada tiga lagi sedang dipersiapkan) drama-komedi asal Korea Selatan, Miss Granny, yang pasti bakal melambungkan Tatjana Saphira ke jajaran lead actress papan atas.

Adaptasi naskah oleh Upi tak sekedar melaksanakan alih bahasa, juga budaya termasuk menempatkan budpekerti sungkeman keluarga kala lebaran yang dilakukan tokoh Fatmawati (Niniek L. Karim) beserta anak tunggal kesayangannya yang sekarang sukses menjadi dosen, Aditya (Lukman Sardi), Salma (Cut Mini) si menantu yang gemar ia kritisi, juga kedua cucunya, Juna (Kevin Julio) dan Luna (Alexa Key). Kecerewetan Fatmawati rupanya acap menghadirkan kesulitan, yang risikonya menyulut perihal memasukkan sang nenek ke panti jompo.
First act mengenai ujian terhadap ikatan kasih keluarga kemudian berpindah menyinggung ranah fantasi (genre yang sulit dihukum baik dalam perfilman kita) pada second act ketika Fatmawati yang terpukul mendengar niat anak-cucunya tadi menemukan studio foto milik seorang laki-laki renta (Henky Solaiman). Harapan menerima foto anggun untuk pemakaman malah memberi keajaiban. Fatmawati kembali kolam gadis berusia 20 tahun (diperankan Tatjana Saphira). Mengadopsi nama aktris favoritnya (Mieke Wijaya), Fatmawati berharap menggapai mimpi masa mudanya yang dahulu urung tercapai tanggapan jerat kemiskinan.

Jujur saja, sebelum ini saya cenderung mencurigai kapasitas Tatjana tanggapan lisan maupun luapan emosi tanggung dalam berakting. Peran sebagai Fatmawati/Mieke membawanya naik kelas, dari aktris muda berparas ayu menuju pemain drama utama kompeten. Aksinya penuh semangat, hebat menangani momen komedik entah melalui raut wajah menggelitik hingga gaya bicara bagai perempuan renta sembari tetap solid melakoni porsi dramatik. Tatjana tidak terjebak untuk berlebihan tampil konyol agar nampak lucu. Sebaliknya, kelincahan berenergi miliknya menguatkan penokohan selaku tingkah masuk akal Fatmawati kala menerima lagi gelora dan tenaga yang telah usang hilang. Fatmawati is excited to chase her old dream and we can easily feel that excitement.
Bukan sang aktris saja, sutradara Ody C. Harahap (Me vs. Mami, Kapan Kawin?, Skakmat) dan Upi sebagai penulis naskah pun saling melengkapi, berujung pencapaian terbaik sepanjang karir masing-masing. Ramuan komedi Upi tepat divisualisasikan oleh Ody melalui pendekatan “makin kacau makin baik” semisal ketika Hamzah (Slamet Rahardjo), si kakek yang terpikat pada Fatmawati berteriak ketakutan setengah mati menaiki wahana Dunia Fantasi, hingga gemasnya Hamzah bersama Mieke menonton sinetron di televisi. Demikian pula paparan drama. Upi konsisten memberi latar (kenangan, kasih sayang keluarga, persahabatan tak terucapkan) dalam tiap kesedihan atau haru, bukan dramatisasi asal guna memaksa mengucurkan air mata penonton.

Di sinilah Ody melaksanakan hal yang sutradara kelas satu pun belum tentu sanggup: memuluskan perpindahan tone. Lompatannya tak tergesa-gesa berkat keberadaan transisi memadahi, pandai juga ia mengatur dinamika melalui kecermatan menaikturunkan intensitas rasa. Sang sutradara paham kapan pembangunan emosi dilakukan, kapan hook dilemparkan, kapan mesti menetap di satu momen, kapan waktunya berpindah ke momen lain. Alhasil baik tawa atau tangis tersaji total, urung terkikis kekuatannya.
Kembali ke naskah, Upi berhasil memaksimalkan abjad pendukung yang tidak sedikit. Secara natural semua diberi porsi mencuri perhatian berkat penempatan tepat di mana seorang tokoh menerima fokus lantaran memang sudah datang waktunya hadir mengisi sentral. Kelebihan ini mendukung fakta Sweet 20 diisi ensemble cast yang bermain apik. Slamet Rahardjo terlihat bersenang-senang menjadi kakek centil sambil mempertahankan bobot akting, Widyawati Sophiaan yang “menggila” dan tidak kalah centil, Lukman Sardi yang menyentuh hati dalam titik puncak emosi film, hingga sejumlah memorable cameo sebutlah Joe P Project dan Karina Nadila. Bakal terlampau panjang membahas kualitas para penampil lantaran nama-nama ibarat Cut Mini, Morgan Oey, Kevin Julio, hingga Tika Panggabean tak kalah memikat.

Sisi artistik Sweet 20 juga ikut melengkapi, memuaskan mata dan pendengaran melalui nuansa retro yang cakap ditunjukkan lewat kostum serta tata rias yang dikenakan Tatjana, pemilihan warna-warni indoor setting, juga penggunaan lagu-lagu klasik macam Payung Fantasi dan Bing. Memikat luar-dalam di segala aspek, Sweet 20 akan mengobrak-abrik tembok perasaan anda, jadi apabila sepanjang liburan lebaran hanya satu film sempat ditonton, pastikan pilihan jatuh pada film ini. The best Indonesian movie of the year by far

Artikel Terkait

Ini Lho Sweet 20 (2017)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email