Tuesday, December 4, 2018

Ini Lho A United Kingdom (2016)

Judul A United Kingdom menyimpan beberapa makna. Bisa merujuk pada Britania Raya, soal usaha penyatuan rakyat Bechuanaland (sekarang Bostwana) guna melawan sistem Apartheid, atau mengenai bagaimana cinta dua insan insan bersatu hingga sanggup meruntuhkan tradisi mengekang, rasisme, pula kepentingan politis. Karya terbaru sutradara Amma Asante (A Way of Life, Belle) ini tak lain satu lagi kisah dari masa kemudian yang tetap relevan bila diaplikasikan ke masa kini, menunjukan bahwa umat insan masih jalan di daerah perihal menyikapi perbedaan suku dan ras. 

Meski kandungan ceritanya penting, A United Kingdom jelas bukan spesies baru. Urusan ijab kabul antar-ras, Loving sudah tetapkan standar tinggi dengan sensibilitas tuturnya. Guy Hibbert (Eye in the Sky) yang mendasari naskahnya dari buku non-fiksi Colour Bar buatan Susan Williams menentukan jalur formulaik baik sebagai biopic maupun gelaran romantika. Pada tataran film biografi, A United Kingdom bergerak lurus dan kita tahu filmnya bakal diakhiri dengan foto-foto positif tokohnya ditemani goresan pena narasi perihal nasib mereka pasca kisah dalam film. Sementara sebagai romansa, film dibuka oleh pemandangan familiar kala Seretse Khama (David Oyelowo) dan Ruth Williams (Rosamund Pike) pertama bertemu. 
Keduanya bersua, sepintas bertatapan, sebelum kesudahannya memberanikan diri saling menyapa. Suatu cara tradisional untuk menggambarkan percikan cinta pandangan pertama. Penonton dipaksa percaya dua tokoh utama jatuh cinta begitu saja, berpegang pada pernyataan "cinta tak butuh alasan". Kemudian dengan cepat mereka menjadi sepasang kekasih, rutin bertemu dari satu pesta dansa ke pesta dansa lain. Prosesnya bergerak cepat, namun untungnya Hibbert efektif memanfaatkan waktu singkat tersebut guna menjabarkan bermacam poin yang berfungsi melatari konflik, menyerupai ketidaksukaan ayah Ruth terhadap kulit gelap hingga Seretse yang terbentur tradisi Bechuanaland. Pria ini rupanya bukan mahasiswa aneh biasa. Dia ialah pewaris tahta, calon Raja Bechuanaland.

Kita memang tidak diberi banyak waktu menyerap rasa cinta dua protagonis di paruh awal, tapi simpati tumbuh seiring kita menyaksikan ketidakadilan yang menimpa. Di sini, A United Kingdom menyampaikan hal yang jarang atau enggan diungkap banyak film bertemakan ras, yaitu bahwa tindak rasisme tidak "eksklusif" dilakukan satu pihak semata. Rakyat Bechuanaland memang korban perilaku adikara kaum kulit putih selaku pemegang kuasa, namun penolakan mereka akan kedatangan Ruth sebagai Ratu alasannya ialah berkulit putih menawarkan rasisme serupa. Sebagaimana Seretse dan Ruth, A United Kingdon menyuarakan usaha penting yang mengingatkan lagi soal makna kesetaraan.
Lambat laun konflik meningkat bukan lagi soal penolakan internal keluarga, mulai menyentuh gejolak kepentingan politik luar negeri dikala Kerajaan Inggris makin jauh turut campur sebisa mungkin menghalangi kebersamaan Seretse dan Ruth. Konflik ini dimanfaatkan untuk menggali relasi keduanya. Awalnya sang istri nampak lemah, menyatakan tak sanggup menghadapi semua seorang diri tatkala suaminya dengan mantap menyatakan keyakinan, berorasi di depan rakyatnya. Tapi kemudian Seretse mulai putus asa. Tangisnya pecah, dan kini giliran Ruth unjuk gigi, menyempurnakan citra seimbang suami-istri yang menyokong penceritaan filmnya soal kesetaraan. Dua pemain utama menyajikan performa apik. Pike menunjukkan cluelessness wanita di tanah serta kondisi aneh kemudian bertransformasi menjadi sekokoh batu, sedangkan Oyelowo punya kekuatan seorang Raja namun lembut kala membicarakan istrinya, bahkan meneteskan air mata. 

Asante bukan pencerita dengan kemampuan menggali psikis tokoh-tokohnya secara mendalam. Tidak pula mempunyai keunikan gaya atau sensitivitas tinggi membangun adegan. Contohnya dikala alunan musik tradisional Afrika yang begitu indah mulai terdengar, sang sutradara urung memaksimalkannya dan langsung beralih menuju scoring orkestra konvensional garapan Patrick Doyle. Tapi soal merangkai narasi, Asante terang piawai. Terbukti, sepanjang hampir dua jam durasi, A United Kingdom mengalir lancar, lezat diikuti walau sejatinya mempunyai kisah yang terbagi dalam babak-babak. 

Artikel Terkait

Ini Lho A United Kingdom (2016)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email