Wednesday, December 5, 2018

Ini Lho Your Name (2016)

Cinta ialah misteri. Ketika semesta merestui maka takdir mempertemukan dua insan, meleburkan keduanya menjadi satu, menghilangkan identitas "aku" dan "kamu", berganti dengan "kita". Setidaknya itulah yang disuarakan Makoto Shinkai ("5 Centimeters Per Second", "The Garden of Words") dalam "Your Name" a.k.a. "Kimi no Na Wa" yang ia sutradarai dan tulis naskahnya selaku pembiasaan novel berjudul sama karyanya sendiri. Berhasil memuncaki Box Office Jepang selama 12 ahad (sembilan di antaranya diraih berturut-turut), "Your Name" merupakan suguhan langka tatkala otak dan hati penonton sama-sama dipacu.

Sebuah benda yang nantinya  lewat twist mengejutkan sekaligus meremukkan hati  diketahui sebagai komet yang melintas 1.200 tahun sekali jatuh menembus awan di adegan pembuka. Lalu bergantian kita diperkenalkan pada dua protagonis, Mitsuha dan Taki. Mitsuha tinggal di kota kecil nan sunyi berjulukan Itomori, hidup menjalankan tradisi setempat. Sedangkan Taki ialah dewasa Tokyo yang gemar nongkrong di cafe bersama sobat sekolahnya serta bekerja paruh waktu di sebuah restoran Italia. Secara misterius, keduanya kerap bertukar badan selepas bangkit tidur, terpaksa menjalani keseharian masing-masing, berkomunikasi melalui catatan di handphone, hingga timbul ketertarikan dan cita-cita untuk saling bertemu.
Konsep percintaan menembus ruang dan waktu sejatinya bukan hal baru, namun kepintaran Makoto Shinkai menjalin kisah jadi pembeda. Ketimbang fiksi ilmiah, "Your Name" condong ke arah fantasi, menciptakan klarifikasi menurut budi sains wacana fenomena pertukaran badan tersebut takkan kita temui. Tapi kepintaran Shinkai mengawinkan imajinasi dengan mitos (keajaiban komet, kemistisan senja) telah cukup sebagai pondasi, memberi tanggapan yang meski kurang masuk budi tetapi memuaskan (this is fantasy afterall). Cermat pula cara Shinkai menebar petunjuk di aneka macam sudut narasi yang strukturnya ia bolak-balik, memancing penonton memutar otak mengarungi acara memecahkan teka-teki.
Namun "Your Name" bukan hidangan high concept "dingin" yang berusaha sok pintar. Seperti insan yang dianugerahi budi dan perasaan, Makoto Shinkai turut menekankan penggalian rasa lewat balutan metafora mengenai pemaknaan cinta. Berbagai fenomena aneh di sekitar Mitsuha dan Taki punya kaitan mendalam akan dinamika drama romantika. Ada pencarian cinta, proses saling mengenal untuk kemudian mengisi, hingga sisi bawah sadar yang kerap mengundang tanya dalam batin tiap orang: "Siapa dia? Kenapa saya mencintainya?", dan lain-lain. Timbul kehangatan ketika bersamaan dengan tertukarnya badan Mitsuha dan Taki, mereka sama-sama menyokong, membantu kehidupan satu sama lain, membawa ke arah lebih baik. Ya, sebagaimana semestinya esensi dari verbal rasa cinta.

Seiring kedua protagonis makin mengenal, makin terikat kuat, saya pun terbuai, bersimpati, menyayangi mereka berdua. Alhasil begitu twist di pertengahan menghentak, hati rasanya ikut teriris-iris. Setelahnya, Shinkai tanpa henti mengaduk-aduk emosi berkat perpaduan sempurna antara drama dan komedi. Sewaktu dramanya mencuatkan keindahan mengharukan soal cinta, humor berbasis body swap-nya konsisten memancing tawa (that boobs-grabbing-joke is the best one). Alih-alih inkonsistensi tone, ketepatan timing Shinkai justru menghasilkan keseimbangan berujung kehangatan. Walau tidak sepuitis "The Garden of Words", animasinya tetap solid meramu romantisme senja atau keindahan magis hujan komet. Because love is indeed magical. 

Artikel Terkait

Ini Lho Your Name (2016)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email