Friday, December 14, 2018

Ini Lho Assassination (2015)

Film menyerupai apa yang sama mengesalkannya dengan film jelek? Jawabannya ialah film dengan potensi menjadi luar biasa, bahkan salah satu yang terbaik, namun gagal memenuhi potensi tersebut. Film espionage garapan Choi Dong-hoon ini sama sekali tidak jelek, bahkan amat menghibur. Tapi Assassination punya kemampuan untuk tidak hanya berakhir sebagai hiburan sambil lalu. Film yang hingga kini merupakan film terlaris 2015 di Korea Selatan ini bisa saja layak dinobatkan sebagai yang terbaik, bahkan bukan mustahil kelak menjadi classic blockbuster. Sesungguhnya, duduk kasus tunggal sekaligus terbesar dalam Assassination terletak pada naskah goresan pena Choi Dong-hoon dan Lee Ki-cheol. Hampir segalanya mulai dari pengembangan karakter, plot, hingga perjuangan menghadirkan twist menyimpan permasalahan.

Masalah itu sudah terdeteksi semenjak paruh awal film. Setelah dibuka dengan adegan mengenai perjuangan pembunuhan terhadap pebisnis Korea yang pro terhadap penjajah Jepang berjulukan Kang in-gook (Lee Geung-young) oleh seorang prajurit perlawanan Korea, Yeom Seok-jin (Lee Jung-jae), filmnya mulai menggerakkan plot-nya secara maju-mundur untuk pengenalan terhadap aksara sekaligus plot. Anda tidak perlu merasa terbelakang jikalau kesulitan mencerna detail mengenai apa dan siapa pada pecahan itu. Perkenalan dilakukan lewat rangkaian obrolan panjang yang membutuhkan fokus lebih untuk bisa dimengerti. Tapi Choi Dong-hoon bagai tidak memberi kesempatan pada penonton untuk bisa mencerna informasi-informasi itu, tapi berharap semoga kita mengerti. Saya pun gres bisa (dan ingin) mengikuti alurnya ketika film berpindah ke tahun 1933, ketika Yeom mengumpulkan orang-orang untuk menjalankan misi pembunuhan terhadap Kang in-gook dan Kawaguchi Mamoru (Shim Cheol-jong), pimpinan Garnisun Jepang di Gyeongseong.
Tidak hanya mulai bisa diikuti, pergerakan film pun jadi lebih menyenangkan sedari titik di atas. Perkenalan dengan tiga orang yang direkrut untuk misi tersebut memberi impresi yang memuaskan. Deok-sam (Choi Deok-moon), ialah spesialis merakit peledak yang dari kepolosannya sering menghadirkan kelucuan. Deok-sam berada di penjara yang sama dengan Sang-ok (Cho Jin-woong), seorang lulusan sekolah kemerdekaan dengan kemampuan fisik dan otak tinggi, tapi juga sering menghadirkan kekonyolan lewat perilaku sok tahunya. Karakterisasi mereka amat mendukung terciptanya interaksi antar-karakter yang dinamis. Belum lagi ditambah oleh sniper perempuan berjulukan Ahn Ok-yun (Jun Ji-hyun) yang jauh lebih kalem dan keras. Potensi ketiganya pribadi terlihat pada ketika mereka pertama kali berkumpul. Obrolan yang terjadi diantara mereka saling mendukung eksplorasi aksara masing-masing. Momen komedi sederhana pun jadi efektif mengundang tawa karenanya. Lihat saja adegan foto bersama sebagai contoh. 

Kemudian dongeng yang terlalu berambisi memasukkan konflik sebanyak mungkin mulai mengambil alih. Tentu saja saya tidak berekspektasi misi pembunuhan yang direncanakan bakal berjalan mulus. Dibutuhkan konflik pelengkap demi meningkatkan intensitas, juga menambahkan emosi pada ceritanya. Pergolakan emosi itu penting, walaupun Assassination adalah sajian espionage action berbasis hiburan, demi menambah bobot diharapkan drama yang berpengaruh pula. Tapi naskahnya terlalu berlebihan secara kuantitas dalam menawarkan konflik. Setelah perjuangan pembunuhan yang merupakan titik terbaik film ini, pergerakan alurnya semakin liar sebab bercabang pada banyak hal. Ada kisah mengenai pengkhianatan dalam kelompok perlawanan, penggalian latar belakang salah seorang tokoh utama, hingga kehadiran pembunuh bayaran Hawaii Pistol (Ha Jung-woo) yang memburu tiga tokoh utama tapi disisi lain juga berperan sebagai love interest dari Ahn Ok-yun. 
Sesungguhnya tiap poin di atas bukan suatu hal yang tidak berguna. Masing-masing sanggup berfungsi menguatkan pondasi cerita. Tapi disaat semuanya ditumpahkan menjadi satu secara bersamaan, makin terpecahlah fokus film ini. Interaksi tiga aksara utama yang diawali begitu menarik pribadi menghilang, begitu pula misi pembunuhan yang harusnya menjadi sorotan utama pun mulai terpinggirkan. Memang benar, aksara Ahn Ok-yun punya potensi mempunyai lebih banyak layer, bukan sekedar femme fatale. Hawaii Pistol pun bisa berakhir sebagai aksara paling keren. Begitu pula intrik dilematis mengenai nasionalisme yang bisa saja hadir lewat konflik pengkhianatan. Tapi sekali lagi semuanya berakhir hanya sebatas potensi belaka, bukanlah hasil akhir. Ketiga kisah itu sudah menjadi bahan yang cukup jikalau Choi Dong-hoon ingin menciptakan sekuel film ini, dan akan lebih efektif daripada memaksakan diri menarik paksa filmnya menjadi berdurasi 140 menit. Tidak hingga taraf membosankan, tapi pesona dari dinamika aksara dan ketegangan seru hasil adegan agresi bombastis terasa memudar. Berniat menciptakan dongeng yang lebih "berbobot", aneka macam subplot (yang kurang berhasil) itu malah melemahkan keseluruhan cerita. Kelemahan itu hingga pada titik dimana tamat hidup beberapa aksara tidak menawarkan dampak emosi apapun (satu hal yang harusnya menjadi salah satu keunggulan film ini).

Tapi sekali lagi Assassination tidak layak disebut film yang buruk. Setiap adegan aksinya mengambil alih, Choi Dong-hoon selalu berhasil menawarkan dentuman penuh kesenangan yang bisa menciptakan saya terpaku sambil tersenyum girang. Assassination bagaikan kombinasi antara espionage thriller dengan spaghetti western dengan aneka macam aksara badass yang disatukan oleh baku tembak seru nan menegangkan. Disaat begitu banyak potensi khususnya pada aksara yang tersia-siakan, film ini masih bisa menjadi suguhan mempesona, itulah yang patut disayangkan. Bayangkan jikalau aneka macam potensi itu tidak "diganggu" oleh naskah yang overstuffed. Assassination adalah tipikal action eksplosif klasik yang tidak banyak dipenuhi teknologi tinggi (di depan dan belakang layar) tapi dipenuhi set agresi megah hasil pengemasan mumpuni sang sutradara. Suatu hal yang semakin jarang dihasilkan oleh kiblat action blockbuster bernama Hollywood.

Artikel Terkait

Ini Lho Assassination (2015)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email