Thursday, December 13, 2018

Ini Lho Magic Mike Xxl (2015)

Pada Magic Mike tiga tahun kemudian abjad Mike Lane (Channing Tatum) diceritakan mempunyai keinginan besar untuk menjalani bisnisnya sendiri. Tapi alasannya yaitu faktor ekonomi yang tidak memadahi ia pun terpaksa berprofesi sebagai penari striptease. Pada karenanya ia menentukan keluar dan memulai kehidupan gres bersama perempuan yang ia cintai. Lompat ke tahun 2015, sekuelnya yang berjudul Magic Mike XXL dirilis tanpa kehadiran sutradara Steven Soderbergh dan bintang film Matthew McConaughey yang layak diganjar nominasi Oscar lewat kiprahnya sebagai pemilik klub rakus nan licik berjulukan Dallas. Tentu saja mustahil menciptakan sekuel Magic Mike tanpa kehadiran sosok Mike sendiri. Makara bagaimana beliau bisa kembali terjun ke dunia striptease setelah menentukan mengejar keinginan dan perempuan pujaannya?

Kita berjumpa lagi dengan Mike sedari shot pertama yang menampilkan ia duduk membisu dengan tatapan kosong. Ada kesepian dan kekosongan nampak di matanya. Kini Mike telah mempunyai bisnisnya sendiri yang bergerak di bidang furnitur. Tapi usahanya itu belum menemui keberhasilan, dimana ia hanya mempunyai satu karyawan yang itu pun belum bisa ia bayar asuransinya. Hingga suatu hari ia menerima telepon dari rekannya di klub striptease dulu, Tarzan (Kevin Nash) yang mengabarkan bahwa Dallas telah "pergi". Berasumsi mantan bosnya itu sudah meninggal, Mike pun mendatangi hotel daerah rekan-rekannya menginap untuk mendapati fakta bahwa "pergi" yang dimaksud bukan meningal, tapi pergi menelantarkan para anak buahnya itu untuk mendapatkan ajuan pertunjukkan di luar negeri bersama Adam (Alex Pettyfer), protagonis dalam film pertama.

Baik McConaughey maupun Pettyfer sama sekali tidak muncul disini, bahkan tidak sebagai cameo. Nasib mereka hanya kita dengar lewat dongeng teman-teman Mike yang itu pun tidak memperlihatkan kepastian. Begitu pula dengan Cody Horn sebagai Brooke yang dikisahkan menolak lamaran Mike tanpa alasan pasti. Begitulah treatment yang dilakukan Reid Carolin dalam menulis naskah film ini (ia juga penulis naskah film pertama). Semua aspek dari film pertama yang tidak bisa diterapkan dalam Magic Mike XXL dibuang untuk dilupakan begitu saja. Tidak hanya keberadaan tiga abjad di atas, tapi juga semua perjalanan yang telah ditempuh oleh Mike. Siapa bekerjsama Mike Lane? Apa yang ia inginkan? Saya kembali dibentuk menanyakan dua hal yang sejatinya telah berhasil dijawab oleh Magic Mike. Sebuah faktor jelek untuk aspek pengembangan abjad tentunya.
Sepanjang film Mike terus mendorong teman-temannya biar menjadi diri mereka sendiri dan tidak mengalah mengejar impian. Karakternya berperan sebagai sosok pemersatu, bahkan tidak berlebihan jikalau disebut preacher karena memang berulang kali memperlihatkan "khotbah" pada teman-temannya, termasuk ketika Richie (Joe Manganiello) ingin menanggalkan konsep pemadam kebakaran yang sudah menempel padanya, tapi bukan hal yang ia sukai. Bagaimana dengan Mike sendiri? Sejak film pertama ia terus bicara ingin mengejar impiannya, dan ia pun melaksanakan itu. Kemudian disaat usahanya berada dalam kesulitan, beliau menyadari ada kerinduan terhadap dunia striptease. Magic Mike XXL punya dongeng perihal acceptance. Karakter-karakternya dihadapkan pada konflik batin untuk mendapatkan identitas diri meski harus menciptakan mereka meninggalkan zona nyaman. 

Begitu pula dengan Mike. Tanpa sadar, hatinya berkata bahwa kehidupan stripper adalah jati dirinya. Konflik itu tidak akan menjadi problem jikalau film ini bangkit sendiri, tapi faktanya ini yaitu sekuel, yang menciptakan film pertamanya seolah menjadi peruma. Tapi mungkinkah naskah Reid Carolin hanya ingin memperlihatkan kerinduan Mike akan masa lalunya? Mungkin saja, tapi apa yang dipaparkan sutradara Gregory Jacobs di layar terang memperlihatkan lebih dari sekedar kerinduan. Mike merasa hidupnya kosong tanpa striptease. Dan terang keseluruhan filmnya bertutur perihal keberanian menjadi diri sendiri. Apakah Carolin dan Jacobs masih boleh berharap saya mendapatkan bahwa Mike hanya rindu akan kawan-kawannya? Jelas tidak. 
Tapi satu hal yang menciptakan saya bisa memaafkan kesalahan tersebut yaitu alasannya yaitu Magic Mike XXL memang memposisikan dirinya murni sebagai drama-komedi ringan. Bukan lagi eksplorasi terhadap hal-hal sensitif macam film pertama, sekuel ini tidak ragu menghadirkan komedi yang lebih kental dan gamblang. Salah satu teladan terbaik yaitu ketika Richie diberikan tantangan menciptakan seorang kasir perempuan tersenyum melihat tariannya. Kita tidak akan melihat adegan konyol semacam itu pada film pertama. Tapi apakah lucu? Sangat. Atau lihat ketika Tobias (Gabrie Iglesias) ikut menutup mata "menyelaraskan energi" dengan teman-temannya ketika menyetir. Bodoh? Pasti. Tidak realistis? Sangat. Namun begitulah Magic Mike XXL yang bukan hanya meninggalakan progres dongeng film pertama, tapi juga subtle comedy serta drama realistis. Tapi berkat komedi yang lebih banyak hit daripada miss, saya pun masih terhibur.

Berfokus pada hiburan semata tanpa esensi mendalam, begitulah film ini. Selain komedi, adegan tarian striptease jelas menjadi daya jual utama. Tarian degan set serta koreografi sensual yang memukau ada banyak disini, terlalu banyak malah. Bukan kekeliruan memasukkan banyak tarian, alasannya yaitu tema film ini memang striptease. Tapi disaat momentum yang dipakai selalu serupa (datang-bertemu kerumunan-menari-pergi), kesan repetitif pun tercipta. Meninjau adegan klimaksnya pun, striptease yang ada tidak lagi sesegar film pertama. Demi memperlihatkan kesegaran, maka dibuatlah tiap karakternya menemukan jati diri mereka masing-masing dan merubah agresi panggung. Tapi lagi-lagi tidak esensial, alasannya yaitu toh pada ujungnya mereka hanya akan merobek baju kemudian memperlihatkan gerakan-gerakan menggoda. Lagipula selain milik Mike, agresi panggung semua abjad tidak semenarik sebelumnya. Tidak ada keterkejutan melihat Tarzan bergelantungan atau penis raksasa milik Richie. Hanya sekedar "aneh" dan "berbeda" tanpa ada efek lebih.

Tanpa McConaughey, beban Channing Tatum membawa film ini semakin besar. Dia sendiri tidak menerima banyak bantuan, alasannya yaitu abjad pendukung lain tidak diberi porsi yang cukup untuk melaksanakan itu. Bahkan Amber Heard sebagai Zoe hanya tersia-sia sebagai love interest yang tidak perlu meski karakternya berpotensi memperlihatkan daya tarik kuat. Untungnya Tatum berhasil. Channing Tatum kini memang bukan lagi ia yang lama, yang hanya bisa menari di Step-Up. Dia sudah bisa mengusung beban berat sebagai penyokong utama suatu film. Kemampuan menarinya masih memikat, dan itu pula yang dieksplorasi oleh Gregory Jacobs. Setiap tarian Tatum diberikan koreografi terbaik dan pengambilan gambarnya pun berusaha keras memberi kesan"betapa kerennya sang bintang film bisa melaksanakan semua tarian itu sendiri". Disaat harus melakoni adegan komedi pun ia punya timing sempurna, dan sehabis dua film Jump Street saya tidak lagi mewaspadai kapasitas sang bintang film untuk menangani sebuah lelucon. Jelas kini Channing Tatum telah berubah menjadi salah satu bintang film paling komplit di Hollywood. Sayangnya Magic Mike XXL tidak sekomplit itu.

Artikel Terkait

Ini Lho Magic Mike Xxl (2015)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email