Thursday, December 13, 2018

Ini Lho Bajrangi Bhaijaan (2015)

Masa dimana perfilman Bollywood identik dengan adegan musikal yang meriah sekaligus random memang masih jauh dari kata usai. Tapi sekarang ada satu "keahlian" terbaru mereka yang terbukti banyak menghadirkan box office hit dalam beberapa tahun terakhir. Sajian drama-komedi penuh kisah inspiratif cenderung tearjerker yang tidak pernah peduli meski dihadirkan secara berlebihan. Tapi masyarakat umum memang suka dengan tontonan semacam itu. Buktinya kalau ada sebuah link atau video yang beredar di sosial media dengan kandungan judul "kisah inspiratif mengharukan", hitungan pengunjungnya dapat mencapai jutaan. Entah pada hasilnya mereka sungguh terinspirasi untuk melaksanakan tindakan faktual atau hanya menikmati tetesan air mata itu dilema belakangan. Karena itulah film-film menyerupai 3 Idiots dan PK bisa menuai kesuksesan besar. 

Bajrangi Bhaijaan adalah satu lagi film serupa yang meraih sukses. Hingga dikala ini, film besutan sutradara Kabir Khan ini menjadi film berpenghasilan terbanyak kedua sepanjang masa di India ($95 juta), hanya kalah dari PK ($110 juta). Cara Bajrangi Bhaijaan (Brother Bajrangi jika diartikan dalam Bahasa Inggris) untuk menyajikan kisah inspiratif yaitu dengan memperlihatkan sekat pemisah yang harus ditembus oleh karakter-karakternya untuk dapat mencapai tujuan. Mereka yang harus mendobrak batasan-batasan itu yaitu Pawan a.k.a Bajrangi (Saman Khan) dan Shahida (Harshaali Malhotra). Kita lebih dulu berkenalan dengan Shahida, seorang gadis berusia tujuh tahun asal Pakistan yang masih belum dapat bicara. Shahida yaitu tipikal gadis kecil cantik yang mampu meraih cinta penonton hanya dengan senyumnya. Karena itu dikala ia terpisah dari sang ibu dan tertinggal di India, saya pun mengharapkan hal serupa dengan keluarganya: "semoga ia bertemu dengan orang baik".
Harapan itu terkabul, dikala Shahida bertemu dengan laki-laki India berjulukan Pawan. Dia yaitu laki-laki baik yang bahkan tidak berlebihan kalau disebut "terlalu sempurna". Berwajah tampan, berbadan kekar, seorang Brahmana (kasta tertinggi dalam Hindu), dan yang paling penting, ia selalu berbuat jujur. Kejujurannya terlihat dari hal terkecil sekalipun, menyerupai dikala ia ngotot mengembalikan uang kembalian berjumlah sedikit kepada Rasika (Kareena Kapoor). Gambaran kebaikan huruf yang berlebihan? Tentu saja, tapi sekali lagi hal itu memang unsur wajib dalam menyuguhkan kisah inspiratif yang diminati orang banyak. Usaha Pawan untuk mengantar Shahida pulang tentu saja pribadi terbentur halangan komunikasi, sebab sang gadis tak dapat bicara. Tapi bukan itu saja "tembok" yang harus dilewati. Ada dua negara yang terpisahkan perbatasan yang dijaga ketat, serta fakta bahwa Shahida beragama Islam, sedangkan Pawan yaitu Hindu dengan kasta Brahmana. Bagi pemeluk Hindu taat menyerupai Pawan, perbedaan kasta apalagi agama yaitu dilema besar yang menciptakan interaksi mereka dibatasi, menyerupai urusan makan dan daerah tinggal.

Paruh pertama Bajrangi Bhaijaan diisi oleh drama menarik perihal aneka macam perbedaan di atas. Saya selalu menyukai film yang berani menghadirkan fatwa kritis berkaitan dengan agama atau adat. Bukan berarti kisahnya harus menyalahkan semua itu, tapi mengajak penonton untuk berpikir lebih dalam tentangnya. Pawan dihadapkan pada konflik dilematis dikala ketaatannya pada agama justru menghalangi beliau untuk berbuat baik. Pada hasilnya kisah perbedaan agama tidak dihadirkan hingga pada tingkata kontroversial. Tidak pula hingga menciptakan saya ikut berada dalam situasi dilematis. Tapi saya berhasil dibentuk memahami kegundahan hati Pawan. Terasa ringan apalagi dengan komedi menggelitik selaku kritik yang telah menjadi senjata ampuh dalam aneka macam sajian Bollywood bertema serupa. Ringan, tapi bukan sekedar latar hampa, khususnya dikala bersinggungan dengan konflik antara India dengan Pakistan. Semua konflik itu memang ada disana, dan Bajrangi Bhaijaan seolah menjadi nyanyian impian perihal perdamaian dari para pembuatnya.
Memasuki paruh kedua tepatnya seusai intermission, barulah filmnya menjadi total fairy tale. Drama sederhana bermetamorfosis perjalanan "besar" kala Pawan nekat menyeberangi perbatasan untuk mengantar Shahida. Kejujuran yang ditampilkan Pawan semakin berlebihan. Karakternya semakin "putih" seiring dengan aneka macam insiden overly dramatic yang makin banyak terjadi. Bajrangi Bhaijaan tidak lagi berusaha menutup-nutupi identitasnya sebagai film pengusung aneka macam pesan moral, menyerupai pesan perdamaian dan kejujuran. Kesan too-good-to-be-true begitu kental, menciptakan dunia serta karakternya bagai berasal dari negeri dongeng. Beberapa kali ada paksaan supaya penonton percaya bahwa "kejujuran yaitu harga mati yang akan membawa kebaikan". Sesekali terasa menggurui, tapi berhasil ditutupi oleh keberhasilan Kabir Khan membangun film ini sebagai feel good movie yang manis, hangat sekaligus menyenangkan.

Karena kesan feel good yang berhasil dibawa itu pula, meski penuh pesan etika saya tidak pernah merasa muak. Saya dapat mencicipi ketulusan Samir Khan untuk memanjatkan harapannya akan perdamaian serta dunia yang lebih baik lewat filmnya. Alhasil daripada sebagai ceramah, Bajringi Bhaijaan lebih besar lengan berkuasa kearah selebrasi terhadap kebahagiaan persatuan. Rasa "menggurui" hanya sebab naskah yang memang klise dan mengambil jalan gampang untuk menghantarkan poin-poinnya. Tentu saja ini yaitu tontonan corny penuh momen uplifting, adegan musikal dengan musik catchy plus setting meriah, hingga beberapa belahan abstrak kala sosok Pawan bermetamorfosis badass action hero. Jujur saja semua ke-corny-an itu menjadi suntikkan hiburan takaran tinggi yang menciptakan Bajringi Bhaijaan jadi hiburan menyenangkan (I love all the songs in this movie!) Drama emosional pun tidak dilupakan, sebab meski saya merasa dramanya berlebihan, adegan tamat di perbatasan hingga pada ending sanggup memunculkan haru. 

Artikel Terkait

Ini Lho Bajrangi Bhaijaan (2015)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email