Thursday, December 6, 2018

Ini Lho Deepwater Horizon (2016)

Blockbuster dan ledakan bombastis tidak bisa dipisahkan. Bermodalkan bujet ratusan juta dollar plus kemewahan CGI, Hollywood telah meledakkan banyak sekali hal termasuk yang berskala besar menyerupai sebuah planet. Semua dihadirkan demi atraksi, hiburan selaku escapism bagi penonton membuang penat pasca kesibukan sehari-hari. Namun sulit dipungkiri bahwa dominan pertunjukan itu terasa kosong. Walau melihat dunia porak poranda bahkan mungkin banyak nyawa melayang, penonton takkan merasa ikut terancam. Karena senyata apapun visualisasinya, invasi alien atau musibah hiperbolis terasa asing, berjarak dengan kita.

Peter Berg pun meski pernah membuat spectacle serupa lewat "Battleship". Tapi ia juga sukses merangkai "Lone Survivor" yang meski didominasi desing peluru tetap mempunyai bobot emosional serta ketegangan hasil pementingan pada gritty realism. Dalam karya terbarunya yang diangkat dari cerita kasatmata meledaknya pengeboran lepas pantai Deepwater Horizon pada tahun 2010 ini, Berg mengulangi pencapaiannya tersebut, menghadirkan teror berupa visualisasi hadirnya neraka di muka Bumi. 
Sebagaimana disaster movie kebanyakan, "Deepwater Horizon" tidak eksklusif menghantamkan gemuruh bencana melainkan dibuka oleh perkenalan karakter. Mike Williams (Mark Wahlberg) ialah teknisi Deepwater Horizon yang hendak pergi bertugas, meninggalkan keluarganya selama 21 hari. Setibanya di lokasi, Mike dan sang atasan, Jimmy (Kurt Russell) mendapati pihak BP (British Petroleum) yang diwakili Donald Vidrine (John Malkovich) membatalkan pengecekan rutin demi mempercepat pengeboran yang sudah terlambat 43 hari. Intro ini bukan hanya berfokus pada karakter, melainkan berisi rangkaian foreshadowing  contohnya adegan semburan coke  sebagai hint atas teror yang telah menanti.

Naskah karya Matthew Michael Carnahan dan Matthew Sand sejatinya kurang mempunyai kekuatan guna mengikat penonton dengan karakter. Porsi foreshadowing-nya sendiri terlampau banyak sekaligus kurang kreatif (terlalu gamblang). Kita dipertontonkan rutinitas penuh istilah-istilah serta acara pengeboran yang terasa abnormal bagi orang awam. Untungnya kejenuhan urung hadir berkat performa para aktor. Bersama Kate Hudson dan Stella Allen (sebaga istri dan puteri Mike), Mark Wahlberg bisa memberi chemistry solid, membuat interaksi keluarga kecil yang likeable. Menghibur pula menyaksikan Kurt Russell melontarkan cemoohan kepada para korporat BP. Alhasil walau bertempo lambat dan sulit dicerna di beberapa bagian, filmnya bisa menjaga minat penonton sebelum pertunjukkan utama.
"Sulit dicerna" menjadi kelemahan besar "Deepwater Horizon", tak hanya di paparan obrolan melainkan visual. Enrique Chediak selaku sinematografer kerap melaksanakan zoom in terhadap banyak sekali environment seperti akses pembuangan lumpur, alat bor di dasar bahari dan lain sebagainya. Jangankan mengerti situasinya, penonton awam bakal kesulitan memahami benda apa yang tengah mereka lihat. Padahal visualisasi tersebut berkhasiat membangun antisipasi penonton sebelum karakternya menyadari ancaman tengah mengintip. Editing cepat cenderung bergairah dari Colby Parker Jr. dan Gabriel Fleming semakin menyulitkan terciptanya pemahaman itu.

"Deepwater Horizon" is not a good movie by any means, until all hell breaks loose. Peter Berg bukan hanya berfokus memunculkan agresi bombastis, tapi merangkumnya serealistis mungkin termasuk membangun rig berskala 85% ukuran orisinil sebagai setting. Tanpa memberi banyak ruang bernafas bagi penonton, ledakan demi ledakan dimunculkan, mencuatkan ketegangan sekaligus pemandangan mengerikan, seolah tengah menyaksikan bencana horror sempurna di depan mata. Mengerikan, sebab yang kita saksikan bukan alien, bencana global, maupun dunia antah berantah, simply suatu kawasan biasa yang terlalap api ganas akhir kealpaan manusia. Definitely hell on earth. Ditambah lagi tata bunyi garapan Wylie Stateman sukses menggetarkan seisi bioskop, membuat saya membisu terpaku.

Artikel Terkait

Ini Lho Deepwater Horizon (2016)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email