Thursday, December 13, 2018

Ini Lho Kurt Cobain: Montage Of Heck (2015)

"Siapa Kurt Cobain?" Mayoritas orang akan mengenal namanya sebagai vokalis Nirvana. Tapi siapa sebetulnya Cobain? Selain sosoknya yang identik dengan sisi depresif tanggapan ketenaran yang tak diharapkan, kisah cinta liar bersama Courtney Love, hingga bunuh diri tragis ketika usianya gres menginjak 27 tahun, apa yang kita masyarakat umum tahu tentangnya? Begitu menonton Montage of Heck yang dibentuk oleh Brett Morgen selama kurang lebih tujuh tahun ini, seketika anda akan merasa bahwa publik telah sering salah menilai seorang Kurt Cobain, menempatkannya dalam ketidakadilan opini. Dokumenter ini tidak saja memperlihatkan aneka macam aspek mengenai sang subjek yang belum banyak diketahui khalayak luas, tapi juga bisa merubah persepsi saya akan dirinya. Kurt Cobain: Montage of Heck adalah film yang menyajikan sosok Kurt Cobain sebagai insan biasa daripada rock star atau voice of generation.

Seperti dokumenter lain yang mengisahkan sosok tertentu, film ini pun diawali dengan pengenalan masa kecil Kurt Cobain. Bahkan sejak bab awal ini filmnya telah menawarkan efek. Cobain melewati ulang tahun pertama, kedua dan ketiga di tengah kebahagiaan penuh tawa orang-orang terdekat, termasuk kedua orang tuanya. Ada perasaan sesak yang mencuat diantara momen senang ketika melihat Cobain kecil berkata dengan lantang "I'm Kurt Cobain!" Seketika di benak saya hadir aneka macam macam pemikiran, menyerupai "Siapa menyangka anak kecil ini akan menjadi salah satu laki-laki paling dipuja sepanjang masa?" hingga "Sungguh menyedihkan mengetahui anak kecil cantik yang senang ini kelak akan menerima kehidupan berat dan mengakhiri hidupnya dengan begitu tragis."
Montage of Heck menjadi Istimewa alasannya yaitu mempunyai banyak sumber langka yang belum pernah dipertontonkan pada publik, menyerupai video keluarga, catatan, hingga gambar-gambar milik Kurt Cobain. Brett Morgen seolah bisa menyebabkan barang-barang itu bertutur dengan sendirinya. Dia tidak berusaha terlalu banyak membangun narasi, namun membiarkan catatan dan artwork yang kebanyakan berisi curahan perasaan Kurt memaparkan segala kisahnya. Hal itu menciptakan ceritanya lebih intim dan jujur. Seolah Kurt Cobain sendiri yang tengah berbicara secara langsung. Sedangkan yang dilakukan Morgen yaitu menyelaraskan itu semua, dan membangun atmosfer sesuai dengan narasi yang tengah berlangsung. 

Brett Morgen pun bisa menyelaraskan atmosfer yang dibangun dengan sisi emosional seorang Kurt Cobain. He was emotionally unstable and sometimes destructive. Kesan itu pula yang dibangun lewat beberapa adegan berbalut animasi dari rentetan artwork buatan Kurt. Anarkis, hardcore, materi tidak jarang mengerikan. Visualisasinya bagaikan diambil dari film-film David Lynch yang penuh atmosfer disturbing khas mimpi buruk. Perpaduan tepat antara visual dan musik menjadi formula keberhasilan. Dalam adegan lain pun, Morgen dengan tepat menangkap sisi dualitas dalam kepribadian Cobain. Secara bergantian ia menampilkan gambar-gambar penuh kekerasan beserta goresan pena bernuansa vandalisme dan alunan musik distorsi (Cobain yang destruktif) dengan catatan berisikan retrospeksi hidup diiringi musik bertempo lebih lambat (Cobain yang penuh kasih sayang). 
Cobain memang bagai punya dua sisi kepribadian, dan itu yang coba ditunjukkan oleh Morgen. Selama ini hanya satu sisi saja yang dieksploitasi oleh media kepada publik. Film ini menawarkan keadilan yang sudah sepantasnya didapatkan sang musisi. Bahkan saya tidak pernah menerka akan bisa melihat seorang Kurt Cobain menghabiskan waktu-waktu penuh kemesraaan yang senang bersama Courtney Love. Keduanya ditasbihkan oleh media sebagai "The Next Sid & Nancy" alasannya yaitu tingkah liar dan adiksi mereka kepada heroin. Tapi disini kita akan melihat keduanya saling membuatkan momen mesra layaknya pasangan pada umumnya. Mereka tertawa, membicarakan hal-hal personal, hingga melaksanakan tingkah-tingkah absurd sebagai lelucon. Belum lagi ketika puteri mereka, Frances (sempat diduga lahir dalam kondisi ketagihan) hadir. Ada sisi lain dari Kurt Cobain, bukan seorang superstar, melainkan ayah pada umumnya yang begitu penyayang dan rela melaksanakan apapun demi sang buah hati. That was heartwarming.

Montage of Heck bukanlah dokumenter perihal Nirvana, alasannya yaitu itu meski beberapa lagu mereka termasuk hits macam Come As You Are dan Rape Me sempat dimainkan, kita tidak akan menemukan versi original Smells Like Teen Spirit (dua kali lagu ini berkumandang tapi dalam versi remix). Morgen tahu bahwa memutar lagu terbesar Nirvana bakal mendistraksi fokusnya dari personal Kurt Cobain kearah Nirvana. Ketiadaan Dave Grohl sebagai interviewee karena agenda wawancara yang seringkali bentrok dengan kesibukannya memang patut disayangkan, tapi disisi lain layak disyukuri pula alasannya yaitu Grohl bisa jadi bakal terlalu mencuri fokus. Jadilah Kurt Cobain: Montage of Heck sebagai film perihal Kurt Cobain seorang yang jujur menyikap tiap sisi baik-buruk dari spokesman for a generation secara begitu intim. Kaprikornus siapakah Kurt Cobain? Dia hanyalah insan biasa yang merindukan kebahagiaan dan cinta, sama menyerupai kita orang lain pada umumnya.

Artikel Terkait

Ini Lho Kurt Cobain: Montage Of Heck (2015)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email