Friday, December 28, 2018

Ini Lho Les Diaboliques (1955)

Nicole (Simon Signoret) berencana membunuh kekasihnya, Michel (Paul Meurisse) yang juga seorang pemilik sebuah boarding school. Tapi ia tidak sendiri, alasannya yaitu istri Michel, Christina (Vera Clouzot) juga turut terlibat dalam planning tersebut meski awalnya merasa ragu. Keduanya sama-sama tidak tahan lagi akan perilaku Michel yang semena-mena. Michel bahkan tampak senang-senang saja meski perselingkuhannya tersebut diketahui publik termasuk karyawan sekolah lainnya. Pembunuhan pun dilakukan ketika liburan sekolah. Semuanya nampak berjalan mulus dan jenazah Michel pun disembunyikan di kolam sekolah, dengan impian sesudah beberapa hari jenazah akan mengambang dan dianggap sebagai kecelakaan. Tapi planning yang awalnya terlihat tepat itu perlahan awut-awutan ketika hal misterius terjadi. Nicole dan Christina pun semakin disudutkan oleh rasa takut dan bersalah yang bercampur aduk.

Diangkat dari novel Celle qui n'etait plus karya Boileau-Narcejac, film ini bakal mengingatkan kita pada aneka macam aspek yang hadir dalam film Alfred Hitchcock. A perfect crime/murder goes wrong, ketegangan yang dibangun lewat sosok tak nampak, hingga twist ending jadi beberapa ciri Hitchcock yang dimiliki film karya Henri-Georges Clouzot ini. Fakta yang tidak terlalu mengejutkan, mengingat film ini turut menjadi salah satu wangsit Hitchcock ketika menciptakan Psycho. Bahkan konon katanya sang master of suspense sempat memiliki hak atas pembuatan film ini sebelum "direbut" oleh Clouzot. Judulnya yang berarti "setan" dapat diartikan sebagai dua hal: setan secara literal atau perlambang sisi gelap dalam diri karakternya. Dua pemaknaan berbeda yang sesuai dengan konten Les Diaboliques yang menggabungkan unsur psychological thriller dengan supernatural horror. Bermodalkan dua sub-genre itulah Clouzot membangun intensitas film ini, menjadikannya ketegangan penuh misteri ketika hal kasat mata menebar teror.
Sebagai thriller psikologis, filmnya bermain-main dengan eksploitasi emosi dua tokoh utama wanitanya sebelum dan sesudah pembunuhan dilakukan. Lewat korelasi yang mengingatkan saya akan Rope-nya Hitchcock, kita disuguhi dua sosok berbeda kepribadian. Sebelum pembunuhan, Christina yang digambarkan begitu religius selalu diselimuti perasaan ragu. Penonton pun akan dengan gampang mencicipi kepuasan melihat sang istri membunuh suaminya sesudah berulang kali menyaksikan perlakuan seenaknya dari Michel. Sebaliknya sama sekali tidak nampak sedikit pun keraguan dalam sosok Nicole. Dengan damai ia membicarakan bagaimana pembunuhan akan dilakukan, mempersiapkan segalanya, bahkan terus meyakinkan Christina yang masih ragu. Begitu "kejutan" hadir, situasi berubah 180 derajat. Meski dikuasai rasa takut dan bersalah, Christina nampak pasrah bahkan beberapa kali berniat menyerahkan diri pada polisi. Sebaliknya kegugupan begitu nampak pada Nicole. Kita memahami eksplroasi terhadap keduanya disaat planning yang awalnya diperlukan dapat membawa kehidupan yang lebih baik justru menciptakan kehidupan mereka terancam hancur.
Tapi Les Diaboliques punya unsur horor yang lebih berpengaruh lagi. Ada ketakutan terhampar terang tanpa perlu menghadirkan hantu ataupun jump scare. Hanya lewat hal-hal ibarat jas Michel yang mendadak dikirimkan hingga sosok mengerikan yang muncul di sebuah foto jadi pola kesederhanaan yang sukses mengumbar kengerian. Sama ibarat Christina dan Nicole, penonton juga mencicipi ketakutan dari hal yang tidak diketahui secara niscaya kebenarannya. Clouzot bermain-main lewat sumber ketakutan fundamental manusia, dimana semakin kita tidak tahu akan suatu hal, maka semakin besar pula rasa takut kita. Daripada merasa takut akan hal yang sedang terjadi, kedua tokoh utamanya lebih didominasi oleh rasa takut ketika membayangkan apa yang bakal terjadi kedepannya. Perasaan itu justru terbukti lebih menyiksa, memperlihatkan ketidaknyamanan tak berujung. Itulah kenapa Christina terus memburu Nicole untuk segera mengeringkan kolam guna mencari tahu kondisi jenazah Michel. Ketidakpastian memang jadi hal yang amat gampang menciptakan manusia merasa tidak nyaman. Termasuk pada penonton.

Twist ending-nya memperlihatkan pola sebuah kejutan yang bagus. Tidak menipu dan kecil kemungkinan penonton sudah mengantisipasi kejutan tersebut. Bahkan tidak hanya ada satu twist pada ending-nya, melainkan dua yang berujung pada makin kokohnya film ini sebagai misteri penuh ambiguitas. Kunci keberhasilannya ada pada penggarapan Clouzot yang terus memindahkan filmnya dari thriller psikologis realis menuju horor supranatural. Kedua sisi tersebut selalu bergantian mengisi film bahkan hingga konklusi. Itulah yang disebut dengan konsistensi. Kenapa saya sebut tidak menipu? Karena twist itu turut menguhubungkan poin demi poin yang tersebar sepanjang film. Semua clue sudah disebar, dan menjadi "tugas" dari twist-nya untuk menyatukan semuanya. Makara siapa/apa bekerjsama sosok setan yang dimaksud oleh judul filmnya? Mungkin kedua definisi yang saya tuliskan diatas sama-sama benar.

Verdict: Scary and twisted mixed of psychological and supernatural aspect. Les Diaboliques sangat layak disandingkan bersama karya-karya terbaik dari Alfred Hitchcock.

Artikel Terkait

Ini Lho Les Diaboliques (1955)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email