Thursday, December 6, 2018

Ini Lho Sang Sekretaris (2016)

Setelah sepanjang karirnya menjalin keakraban dengan produser Shankar RS, rupanya Nayato Fio Nuala punya sahabat baru. Beliau yaitu Sys NS. Tahun ini keduanya telah berkolaborasi sebanyak tiga kali. Pada "Triangle: The Dark Side", Sys NS menjadi produser, sedangkan Nayato menjabat produser eksekutif. Ketika Sys NS menyutradarai "Pacarku Anak Koruptor", Nayato yaitu produsernya. Lewat "Sang Sekretaris", gantian Nayato menyutradarai dan Sys NS memproduseri. Isn't that sweet? Sudah barang tentu saya takkan melewatkan film garapan kombinasi emas gres perfillman Indonesia ini. Apalagi terdapat nama Nikita Mirzani sebagai aktris utama.

Anda pikir film ini sampah kelas berat? Jangan berprasangka jelek terlebih dulu. Karena setidaknya selama setengah jalan, "Sang Sekretaris" masih tidak seberapa memusingkan diikuti. Nikita Mirzani berperan sebagai Tiara, sekretaris gres di kantor Reno (Rico Verald). Semenjak pertemuan pertama di lift pribadi terasa benih-benih asmara (atau nafsu?) di antara mereka. Tapi sayang seribu sayang, Reno sudah menikah dengan Clara (Angel Karamoy) dan tetapkan berhenti menjadi playboy. Namun insan identik dengan khilaf, apalagi dalam kondisi mabuk. Di tengah pesta ulang tahun temannya, Reno tanpa sengaja bertemu Tiara, berjoget bersama sebelum balasannya berafiliasi seks.

Semestinya saya berhenti menuliskan sinopsis hingga di sini, tapi berhubung telah banyak plot point diungkap trailer-nya, saya putuskan untuk lanjut. Ternyata Tiara belakang layar merekam tindak mesumnya dengan si bos. Secara mengejutkan Tiara bukan orang yang materialistis. Daripada memanfaatkannya untuk memeras Reno demi menerima milyaran rupiah, ia mengancam bakal mengirim video tersebut pada Clara bila Reno enggan menceraikan sang istri dalam waktu sebulan. Seperti nampak di trailer, konflik berujung pada perkelahian selesai hidup Reno melawan Tiara (bersenjatakan pisau!!!). 
Seperti saya sebutkan di atas, separuh perjalanan "Sang Sekretaris" tidaklah merusak otak. Berlangsung datar nan predictable tanpa ketegangan maupun plus diisi paparan drama super dangkal, namun naskah garapan Aviv Elham tidak mencoba "aneh-aneh". Kualitasnya memang buruk. Ketimbang memacu ketegangan atau eksplorasi drama psikologis, penonton lebih banyak disuguhi pembicaraan berisi obrolan dangkal antar karakter. Minimnya kreatifitas menjalin situasi pula terlihat ketika momen berikut diulang berkali-kali: 

Reno berjalan mendatangi Tiara.
Reno: Apa sih yang kau mau?! Uang???
Tiara: (menggoda Reno dengan gestur sensual) Aku nggak butuh uang kamu
Reno: (semakin marah, kemudian berteriak) Lalu mau kau apa?!!!
Tiara: Aku mau kau menceraikan istri kamu.

Tingkat repetisinya nyaris menandingi adegan Cynthiara Alona diantar pulang oleh bosnya di "Diperkosa Setan". Disebut erotic thriller pun, filmnya kurang trashy sekaligus terlalu aib mengumbar sensualitas hanya bermodal satu adegan foreplay dan baju-baju terbuka Nikita Mirzani yang mustahil dikenakan sekretaris di dunia nyata. Tapi sekali lagi, ketiadaan perjuangan sok bakir menciptakan saya sanggup bertahan menyaksikan paruh pertama "Sang Sekretaris". Sampai tiba paruh kedua.
Di sinilah kegilaan memuncak. Twist bodoh dipaksakan hadir guna menjabarkan motivasi tindakan Tiara. Keputusan menimbulkan Tiara sebagai abjad dengan kelainan psikologis justru meniru takaran kebodohan akhir ketidakjelasan sebab-akibat serta disorder miliknya. Kita sekedar diperlihatkan sebuah obat dengan label bertuliskan "Obat Depresi"  mana ada label obat menyerupai itu? Karakterisasi dua tokoh lain sama buruknya. Reno yaitu laki-laki menyebalkan yang "play victim", enggan mengakui kesalahan, kerap berbohong pada sang istri dan gemar mabuk. Sedangkan Clara begitu terbelakang alih-alih tampak sebagai seorang perempuan baik sekaligus istri penyabar. How about the acting? Rico Verald melontarkan tiap kalimat begitu datar, Angel Karamoy terlihat terbelakang ketimbang polos, dan Nikita Mirzany...well, there's a difference between a sensual performance and slutty. Kita tahu persis ia bakal memberi penampilan yang mana. But at least she's more entertaining than the other performers.

Masih banyak kebodohan lain termasuk setumpuk plot hole seperti dikala salah satu tokoh mencoba bunuh diri, sudah berdarah-darah tapi tidak dibawa ke rumah sakit. Perjalanan menuju puncak juga terburu-buru, di mana Aviv Elham kolam kehabisan pandangan gres kisah kemudian tetapkan segera mengakhirinya. Klimaks yang semestinya menegangkan dan brutal tersaji tumpul, menggelikan dan terlalu cepat usai. Tapi jangan khawatir, bagi para fans Nayato, sederet trade mark Baginda semisal adegan diskotik, sudut kamera aneh, poster film klasik yang terpasang tanpa alasan terang kecuali mengambarkan bagusnya selera film Nayato  poster "Straw Dogs" di living room Reno dan Clara? Really?  masih muncul, just in case penonton lupa tengah menonton film karya siapa. Selamat bagi Nayato dan Sys NS! Kolaborasi kalian masih konsisten menghasilkan film buruk.


Ticket Sponsored by: Bookmyshow ID

Artikel Terkait

Ini Lho Sang Sekretaris (2016)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email