Friday, December 14, 2018

Ini Lho Top 20 Movies Of 2015 So Far

Sudah setengah tahun 2015 berlalu dan ada kurang lebih 102 film rilisan tahun ini yang sudah saya tonton dengan genre beragam, asal negara bermacam-macam dan tentunya kualitas yang beragam. Seperti rutinitas tiap tahun, saya akan membuat daftar 20 film yang menjadi favorit saya tahun ini hingga titik pertengahan tahun. Tentu saja masih banyak judul-judul yang belum sempat saya tonton, sehingga mungkin akan menemukan beberapa film yang dianggap manis namun tidak terpampang dalam daftar ini (atau mungkin film itu tidak saya sukai). Berikut ini daftarnya yang saya susun secara urut alfabet.

A GIRL WALKS HOME ALONE AT NIGHT
Sepertiga tamat dengan selipan romansa sedikit mengendurkan intensitas mood selaku penggagas utama film ini. Tapi dua pertiga awalnya ialah perjalanan atmosferik yang memperlihatkan perspektif gres terhadap film bertemakan vampir. (review)

ANOTHER TRIP TO THE MOON
Sebuah adegan dengan UFO terasa bukan dari keping puzzle yang sama dan berujung memperlihatkan retak kecil pada film ini. Tapi Another Trip to the Moon merupakan kesunyian yang indah, mistis sekaligus adiktif. Film yang mengingatkan saya akan kepuasan menonton slow cinema. (review)

BIRDMAN OR (THE UNEXPECTED VIRTUE OF IGNORANCE)
Pencapaian teknis memukau yang tidak pernah melupakan dongeng sebagai pondasi utama. Magical mystery tour from Inarritu. (review)

CITIZENFOUR
Citizenfour is a real modern-life horror story, disaat kemajuan teknologi serta internet begitu merajalela hingga hingga pada tingkatan yang sulit untuk dipercaya. Mengajak penontonnnya untuk sadar dan membuka mata dengan segala kenyataan yang ada bahwa segala teori konspirasi memang benar adanya. Memberi tahu bahwa (US) Government doesn't give any single fuck about you. (review)

CLOUDS OF SILS MARIA
Olivier Assayas menghadirkan sisi ambigu, mengaburkan batasan fiksi dan realita tanpa harus menjabarkannya secara sureal. Semua ini realis, nyata, kuat, menggelitik perspektif penonton. Clouds of Sils Maria adalah film yang dapat membuat penonton mempertanyakan sesuatu yang selama ini tidak pernah dipertanyakan alasannya ialah mungkin tak pernah disadari. (review)

DEAR WHITE PEOPLE
Film ini akan membenturkan persepsi anda, membuat hati dan rasa bergejolak penuh dilema. Bahkan bagi penonton ibarat saya yang sudah menyimpan keresahan yang sama pun, Dear White People masih berulang kali "menampar" dengan fakta-fakta yang ada. Berani, jujur, lugas dan tidak memihak. Inilah cerminan tepat yang apa adanya dari bagaimana cara pandang masyarakat kita dikala ini ihwal ras dan identitas. (review)

FILOSOFI KOPI
Diracik tepat dengan chemistry kuat duet pemain drama utama serta kisah yang hadir sederhana tapi begitu kaya, Filosofi Kopi menjadi sajian yang begitu nikmat sekaligus film Indonesia terbaik di tahun 2015 sejauh ini. Film yang dibentuk dengan cinta ihwal kopi yang juga dibentuk dengan cinta. Jangan heran begitu selesai menonton anda eksklusif ingin menikmati secangkir kopi. (review)

FORCE MAJEURE
Force Majeure secara keseluruhan memperlihatkan sajian drama yang mengikat, observasi tidak nyaman ihwal insan beserta korelasi yang dijalani, serta menggelikannya beberapa aspek kehidupan yang tidak akan terasa lucu dikala kita sendiri mengalami hal-hal tersebut. (review)

MAD MAX: FURY ROAD
Mad Max: Fury Road adalah penceritaan mendalam dan cerdas ihwal kondisi post-apocalyptic yang bersembunyi dalam sampul B-Movie penuh kegilaan tak berotak. (review)

MOMMY
Pada film ini, Dolan berhasi merangkum setiap adegan menjadi rangkaian momen yang besar lengan berkuasa secara emosional sekaligus menjadi observasi mendalam terhadap tema sekaligus karakter. Tapi tidak perlu sang sutradara ini terlalu mendramatisir untuk membuat kesan emosional. (review)

JURASSIC WORLD
Kombinasi besar lengan berkuasa antara horor demi menghormati bahan asli, komedi plus action sebagai daya jual, dan likeable character sebagai pengikat penonton ialah kenapa Jurassic World merupakan referensi bagaimana seharusnya blockbuster franchise itu digarap. (review)

SONG OF THE SEA
Kentalnya rasa cinta, kesan imajinatif, keindahan visual, ditambah lagu "Song of the Sea" dari Lisa Hannigan yang memperlihatkan kedamaian harmoni, maka lengkaplah film ini menjadi salah satu animasi (bahkan film) terindah dalam beberapa waktu terakhir. (review)

SPRING
Spring menjadi bukti bahwa "genre" dalam film hanya sebagai pembagian terstruktur mengenai dan bukan sebuah kotak pembatas eksplorasi. Part Linklater's chatty romance, part Cronenberg's body horror. Justin Benson dan Aaron Moorhead mempersembahkan salah satu film paling kaya dan berwarna. (review)

STATIONS OF THE CROSS
Mengaduk-aduk emosi lewat kesederhanaan kuat. Eksplorasi dalam dikala agama diinterpretasi dengan keliru, menjauhkan insan dari kebahagiaan sebagai manusia. Saya telah menemukan film terkuat tahun ini. (review)

THE DUKE OF BURGUNDY
Sensual namun elegan. Penuh intensitas diantara parade visual puitis nan mengerikan. The Duke of Burgundy adalah sajian erotik substansial ihwal romansa yang perlahan jatuh menjadi mimpi buruk. (review)

TOBA DREAMS
Lampu bioskop menyala tapi air mata saya dan banyak penonton lain masih mengalir. Itu bukan tangisan hasil "manipulasi" adegan menyedihkan, tapi alasannya ialah kita tahu rasanya mengecewakan orang tua, jatuh dikala menggapai mimpi, dan menyayangi serta dicintai orang-orang terkasih. Toba Dreams memang senyata, sekuat dan seindah itu. (review)

TWO DAYS, ONE NIGHT
Inilah drama realis yang mendefiniskan dengan tepat istilah “realis” itu sendiri. Bukan hanya alasannya ialah tema yang bersahabat dengan keseharian atau penggarapan berpijak kesederhanaan bertutur tapi juga dengan tepat menggambarkan segala kerumitan dari permasalahan yang sekilas tampak praktis itu. (review)

WHEN MARNIE WAS THERE
Tidak ada dongeng kompleks layaknya The Wind Rises. Tidak ada pula visual penuh keunikan ibarat yang dihadirkan The Tale of the Princess Kaguya. Tapi saya tetap akan memilih When Marnie Was There sebagai perpisahan dengan Studio Ghibli. Karena yang diberikan Hiromasa Yonebayashi disini ialah alasan mengapa saya mulai menyayangi Ghibli dulu. Hadirnya keajaiban dalam sampul berjulukan kesederhanaan animasi dua dimensi serta dongeng yang akan selalu dapat kita tengok dalam kehidupan sehari-hari. (review)

WHIPLASH
Whiplash adalah rasa sakit dan momen dipermalukan selama hampir dua jam. Tapi ibarat latihan keras yang diberikan Fletcher, esensi bahu-membahu dari semua itu ialah untuk melampaui batasan yang kita punya. Hal yang sama terjadi pada film ini yang mampu melampaui pencapaian standar film drama bertemakan usaha dengan sentuhan musikal. (review)

WINTER SLEEP
Di tengah hamparan salju yang terhampar indah di Cappadocia, rasa hirau taacuh begitu menusuk. Kedinginan yang hadir dalam bentuk harmoni antara cuaca dan kesepian yang dialami Aydin. Winter Sleep mengalun perlahan selama lebih dari tiga jam dengan niscaya dan penuh emosi. (review)

Artikel Terkait

Ini Lho Top 20 Movies Of 2015 So Far
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email