Wednesday, November 7, 2018

Ini Lho Ten: The Secret Mission (2017)

Ten: The Secret Mission merupakan perjuangan sutradara sekaligus penulis naskah Helfi Kardit (Guardian, BrokenHearts, Arwah Goyang Karawang) meracik film agresi kelas B dengan bumbu sexploitation di mana 10 model majalah Popular jadi tokoh sentral. Tipikal film yang semakin frontal (sensualitas dan kekerasan) semakin menghibur, dan semakin banyak timbunan kebodohan semakin seru. Walau karenanya kondisi negeri ini tak memungkinkan unsur pertama tertuang sepenuhnya, menghasilkan "sexploitation malu-malu", menyisakan rentetan kebodohan disengaja guna memancing tawa. Sungguh saya berharap semua memang disengaja. 

Dikisahkan, Satuan Intelijen Rahasia Negara kesulitan melancarkan operasi pembebasan puteri duta besar Amerika yang diculik sekelompok teroris di sebuah pulau. Bukan itu saja, sebab warga setempat turut jadi sandera. Yakin Navy Seal hanya bersedia menyelamatkan puteri duta besar dan membiarkan warga terbunuh (I know it's stupid, let it go), Kolonel John (Jeremy Thomas) mencetuskan ilham merekrut 10 model Popular yang secara kebetulan menguasai bermacam-macam cabang bela diri. Mengapa harus model? Bukan atlet atau petarung sungguhan? Sederhana. John merasa sepuluh gadis tersebut yaitu model berbakat. Walau belakangan kita tahu John punya niat terselubung merayu salah satunya.
10 model terkumpul, John pun mulai memperkenalkan masing-masing dari mereka lewat eksposisi latar tokoh berupa keahlian bela diri serta belakang layar kelam yang memaksa mereka tak kuasa menolak usulan misi. Toh daripada usulan lebih sempurna disebut paksaan mengingat tiap ungkapan penolakan bakal memancing Mayor Cathy (Karenina Anderson) berteriak, memaki, menyebut para gadis tak punya jiwa kemanusiaan (I know it's stupid, let it go). Di sini penonton mulai diajak tertawa lewat deskripsi masa kemudian menggelikan tokohnya. Contohnya kutipan kalimat berbunyi, "Kamu yaitu atlet panah. Kamu memanah pacarmu sendiri". Dan apa pun gaya bela diri mereka berujung tak berkhasiat dikala nantinya lebih banyak didominasi agresi sekedar diisi asal pukul, tusuk, dan tembak.

Selanjutnya Ten: The Secret Mission selalu punya amunisi pemancing tawa khususnya melalui barisan kalimat abnormal bernuansa nasionalisme atau kontemplasi kehidupan. Cathy paling sering menerima kiprah menyampaikan. Dengan letupan membara ibarat senior sok galak di tengah ospek, Karenina rutin menampilkan dua sisi kontradiktif Cathy. Dia bisa berucap "kita bagai titik di alam raya yang seolah tak punya arti" kemudian sedetik kemudian menghardik "you fucking stupid ass bitches". Namun jangan khawatir, para model kita juga sesekali menerima jatah berpetuah. Misalkan Model A (coba hafalkan nama mereka jikalau bisa), yang seusai melempar bambu ke dada lawan sempat berkata, "negara ini merdeka bukan hanya sebab bambu runcing, tapi hebat bela diri yang bersenjatakan bambu runcing" (I know it's stupid, let it go).
Ten: The Secret Mission membuktikan betapa kekakuan "objektif" memandang film bermodal ukuran-ukuran teknis tak selalu berlaku. Nyaris segala sisi entah tutur kata maupun kejadian tersaji jelek pula bodoh, namun kebodohan yang sungguh menyenangkan. Pertanyaan apakah kebodohan itu disengaja atau tidak dijawab oleh Helfi Kardit dikala Model B menentukan kulit duren selaku brass knuckle darurat. Bagaikan pernyataan lantang, "kalau Azrax bisa menggunakan lampu taman, mengapa model seksi tak boleh mempersenjatai diri dengan kulit duren?". Bukan bentuk kamuflase canggih macam James Bond dengan pistol pena. Kulit duren orisinil (at least di konteks filmnya) yang tidak sengaja jatuh di depan sang model. Bagaimana cara memasang kulit duren di tangan? Go figure. Terpenting yaitu itu kulit duren. 

Di samping kedahsyatan kulit duren, sejatinya Helfi cukup baik membawakan tempo. Hanya berdurasi 73 menit, filmnya enggan berbasa-basi, bergerak cepat membawa penonton pada latihan keras nan abnormal yang sanggup menyulap model jadi mata-mata tangguh selama tiga hari. Sempat melambat kala Kolonel John dan Kapten Dalton (Gibran Marten) tergugah jiwa kelaki-lakiannya dan mulai merayu dua model di malam hari, tapi itu tak lama. Berikutnya alur telah melompat ke sanksi misi yang mengandalkan pemandangan gadis-gadis mengenakan bermacam-macam baju seksi (tank top, sport bra, apa pun), berpeluh, berdarah-darah, menghajar kawanan teroris hingga sederet jawara unggulan. 

Eksekusi aksinya tak buruk. Paling tidak gerak shaky kamera Nofi Kardit cukup menutupi kemampuan bela diri terbatas jajaran cast-nya. Pun soal melakoni baku hantam, kesepuluh model kita berjuang sekuat tenaga dalam gerak dan ekspresi. Sayang third act-nya berlangsung terlampau panjang, mengakibatkan banyak sekali momen highlight khususnya kebrutalan berhiaskan banjir darah menjelang simpulan tergerus dampaknya. It could be more fun with shorter yet more impactful finale. Demikian pula keseluruhan film yang berpotensi jauh lebih menghibur andai Helfi Kardit bersedia lebih sering lagi merayakan kebodohan mengasyikkan b-movie. Masih cukup ruang bagi kemunculan ikonik kulit duren. All hail brass-knuckle-made-of-durian-skin!

Artikel Terkait

Ini Lho Ten: The Secret Mission (2017)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email