"Mantan" mungkin menjadi salah satu kata paling mengerikan bagi pandai balig cukup akal sekarang. Menariknya, saat secara umum dikuasai dari mereka menentukan menghindar, Adi (Gandhi Fernando) yang segera melangsungkan kesepakatan nikah justru mengunjungi lima mantan kekasihnya untuk mencari tahu, apakah ada di antara kelimanya yang merupakan soulmate-nya. Mungkin banyak penonton bakal bertanya apa perlunya melaksanakan itu. Mengapa harus membuka lembaran usang penuh luka bila tengah bersiap mengarungi masa depan? Namun sejatinya demikianlah citra generasi masa kini yang gemar mempermasalahkan tetek bengek "mantan" dan "pacaran".
Mengusung hal di atas, debut penyutradaraan Svetlana Dea ini telah menjadi cerminan sempurna soal percintaan para millenial, di mana romansa masa kemudian kerap memancing keributan dan membebani. Dalam film ini, Adi mengunjungi kelima mantan di banyak sekali kota. Daniella (Ayudia Bing Slamet) di Bandung, Frida (Karina Nadila) di Yogyakarta, Juliana (Kimberly Ryder) di Bali, Tara (Luna Maya) di Medan, dan Deedee (Citra Scholastica) di Jakarta. Pemilihan bermacam-macam kawasan tersebut tolong-menolong tanpa substansi terkait narasi alasannya yakni kita takkan menemui perbedaan yang dipengaruhi kultur (penokohan, konflik). Pun hanya sekilas penonton diperlihatkan lingkungan sekitar mengingat pertemuan selalu terjadi di kamar hotel, yang mungkin bentuk penyiasatan bujet.
Sisi positifnya, kamar hotel bisa membangun ruang personal, sehingga memfasilitasi obrolan intim, jujur, hati ke hati. Kemudian kita dibawa mempelajari bahwa terdapat alasan berbeda-beda yang memicu berakhirnya relasi Adi dengan masing-masing dari mereka. Semakin banyak kita tahu, semakin sulit bersimpati kepada Adi beserta segala kesalahan juga kengototan memaksa mengembalikan kenangan menyakitkan di benak mantan-mantannya. Tapi toh film ini tak berniat menjustifikasi perbuatan Adi baik dulu maupun sekarang.
Adi menyatakan ingin "clear the air", namun berulang kali pula ketimbang menyiasati perdamaian, ia mengungkit kesalahan para mantan. Kalimat-kalimat dari mulutnya pun terdengar berlawanan dengan niatan move on. Setiap pertemuan berujung pertengkaran, yang ibarat disebut Juliana, berputar di satu titik, tak melangkah maju. Apa tujuan Adi? Seperti telah disebutkan, Adi kolam mewakili generasi kekinian yang berlebihan dibingungkan oleh perkara mantan lantaran terlampau bahagia menengok ke belakang. Mencapai destinasi, setumpuk perkara mungkin nihil resolusi, tapi satu hal pasti, Adi merasa tenang, memperoleh kepastian akan pilihannya. Mantan adalah dongeng seseorang menempuh perjalanan akhir didorong ketakutan atas masa lalu. Adi tak tentu arah, resah mesti berbuat apa, alasannya yakni sejatinya, tanpa sadar ia "hanya" ingin menerima penguatan terhadap suatu keputusan.
Ditulis sendiri oleh Gandhi Fernando, naskah Mantan lebih besar lengan berkuasa di tataran konsep ketimbang eksekusi. Premis seorang laki-laki mengunjungi lima mantan kekasih memang unik, tapi di sisi lain sulit melaksanakan penggalian mendalam dengan jumlah tokoh pula konflik sebanyak itu, apalagi lewat durasi 75 menit. Ragam aspek mulai paparan relasi Adi dan tiap mantan hingga alasan putus kurang solid dijabarkan, karam di tengah obrolan yang sesungguhnya berisi banter menarik namun acap kali tumpang tindih. Belum matangnya Svetlana Dea menyusun adegan juga berperan, di mana sang sutradara kerap kerepotan menangani momen pertengkaran secara rapi. Kurang tepatnya beberapa pilihan musik (orkestra dramatis yang tak selaras dengan nuansa low-key film kadang menyeruak) dan transisi adegan kasar entah disebabkan penyuntingan lemah atau stock footage minim turut melemahkan momentum.
Didominasi interaksi abjad di satu lokasi, Mantan tentu amat bergantung pada kualitas jajaran cast guna menyulut daya tarik. Ayudia Bing Slamet yang menggelitik melalui amarah tanpa henti dan komentar pedas, terdengar naturalnya lantunan kalimat Kimberly Ryder, Luna Maya dengan sisi glamornya, Citra Scholastica yang penuh semangat, hingga Karina Nadila selaku penampil paling memikat lewat sex appeal didukung interpretasi kompleks yang ia berikan bagi tokohnya, semua saling mengisi, meracik hiburan asyik. Berada di antara perempuan tersebut, Gandhi Fernando memberi akting terbaik dalam karirnya sejauh ini, melontarkan kata, humor, serta emosi bersenjatakan antusiasme yang menyenangkan disimak. Begitu film berakhir, jangan buru-buru beranjak, lantaran ada mid-credit scene singkat yang mengungkap jati diri salah satu sosok penting filmnya.
Ini Lho Mantan (2017)
4/
5
Oleh
news flash