Tuesday, December 4, 2018

Ini Lho Prevenge (2016)

Melanjutkan pencapaian kala sukses menulis komedi hitam brutal dalam Sightseers, Alice Lowe kembali menghasilkan karya serupa melalui Prevenge, yang juga menjadi debut penyutradaraannya. Prevenge diformulasikan sesuai kebanyakan slasher di mana rangkaian pembantaian jadi sorotan. Tapi alih-alih menempatkan sesosok mesin pembunuh tanpa kepribadian, Lowe mengajak penonton memasuki isi pikiran sang pelaku, membeberkan mengapa tindakan gila tersebut sanggup terealisasi. Tentunya selera humor abstrak nan gelap milik Lowe masih tersebar di tiap penjuru.

Sejak pembuka yang menampilkan ceceran darah di tebing dan Ruth (Alice Lowe) yang sedang hamil renta duduk seorang diri sembari memandang kosong, kita tahu bakal menyaksikan kejadian berdarah, namun mungkin takkan menduga terjadi begitu cepat. Belum hingga 10 menit durasi bergulir, Ruth  nampak menyerupai perempuan hamil biasa  mengunjungi pet shop, kemudian menyayat leher pemilik toko. Pesannya jelas: she means business, so is the movie. Sadisme mendadak itu pun mencuatkan pertanyaan soal motif tindakan Ruth. Satu per satu korban berjatuhan sembari perlahan terungkap peristiwa yang jadi penyulut dendamnya. 
Sebagaimana ibu hamil umumnya, Ruth rutin bicara dengan si jabang bayi, bedanya, pembicaraan itu terjadi dua arah, sewaktu janin di kandungan Ruth sanggup berbicara dan (in a dark comical manner) gemar melontarkan kata-kata kasar, bahkan mendorong Ruth melaksanakan pembunuhan. Absurditas tersebut di samping berkhasiat sebagai sentuhan humor, pun menampilkan kecerdikan Lowe mengaitkan cerita mengenai dendam akhir peristiwa dengan perasaan negatif yang mempengaruhi kehamilan. Dapat berbicaranya kandungan Ruth mewakili perasaan negatif tersebut, itu sebabnya si janin tak berpengaruh kala Ruth memutar rekaman berisi sugesti meditatif penuh kedamaian. Prevenge pun tidak ketinggalan sedikit menyinggung ketakutan akan kehamilan.

Sejatinya paparan wacana terganggunya kondisi psikis Ruth sekaligus modus operandinya ditampilkan berulang cenderung repetitif (Ruth berpura-pura menjadi orang lain, gres melancarkan aksinya), sehingga butuh sentuhan segar guna mempertahankan minat penonton. Untuk itu Lowe mengandalkan senjata utama slasher, ialah momen eksekusi. Tetapi Prevenge bukan Friday the 13th atau Hatchet. Kita tidak akan menemukan over-the-top creative kills karena Lowe menjaga kesan "membumi". Biar begitu, pedoman deras darah dari sayatan di leher hingga alat kelamin membuatnya tetap brutal pula menghibur. Pun Lowe bisa menghantarkan shock value memadahi lewat ketepatan timing juga pilihan visual menarik termasuk momen sureal creepy yang kentara mengambil ilham dari Crime Without Passion yang kerap Ruth tonton hingga terobsesi.
Eksekusi tindak pembunuhan Ruth walau mengasyikkan disimak bahwasanya cukup bermasalah terkait logika. Benar bahwa hal logis tak perlu berlaku dalam sajian slasher, tapi sewaktu Lowe hendak menciptakan lebih dari sekedar slasher standar, di mana drama psikologis yang berpijak pada sebab-akibat perbuatan karakternya mendominasi, kebijaksanaan cukup penting diperhatikan. Bagaimana bisa Ruth tidak ketahuan? Terlebih ketika salah satu pembunuhan bertempat di kantor yang tentunya memasang CCTV. Benang merah antar korban pun gampang terhubung dengan Ruth, dan beliau juga tak beraksi bermodalkan rencana cerdas guna menghindari kecurigaan kecuali hidup terasing di hotel plus (entah dengan cara apa) menghilangkan data pribadinya. I dont buy it.

Namun pasca parade sadisme memuaskan, Prevenge justru ditutup antiklimaks. Lowe berfokus merangkai konklusi dramatik melalui suatu twist personal dan resolusi relasi Ruth dan bayinya, yang mana sah bahkan perlu dilakukan. Sayangnya ia menyerupai lupa kalau slasher wajib berujung konfrontasi puncak ketika kebrutalan dan banjir darah semestinya mencapai titik tertinggi. Setelah segala hiburan berdarah ditambah penampilan meyakinkan Alice Lowe dengan aura absurd nan tak mengenakkan sebagai perempuan yang terganggu batinnya di tengah sedih berkepanjangan, mengecewakan mendapati Prevenge ditutup nyaris tanpa taji. 

Artikel Terkait

Ini Lho Prevenge (2016)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email