Wednesday, February 13, 2019

Ini Lho Lost In Translation (2003)


Siapa gak kenal nama Francis Ford Coppola? Semua penggemar film niscaya tahu nama sutradara yang membidani trilogi The Godfather, film yang dianggap sebagai film terbaik sepanjang masa (khususnya yang bab pertama). Tapi apakah kehebatannya menyutradarai film menurun ke putrinya, Sofia Coppola? Film pertamanya The Virgin Suicides yang rilis tahun 1999 cukup anggun dimata kritikus. 4 Tahun lalu Sofia menciptakan film keduanya, Lost In Translation. Film ini bukan cuma dapet kebanggaan kritikus, tapi juga dapet banyak penghargaan, termasuk di Academy Awards & Golden Globe. Di Golden Globe film ini malah jadi Best Picture di kategori film musikal/komedi. Dan pemain drama utamanya, Bill Murray berhasil dapet pemain drama terbaik diajang itu.

Film ini bercerita perihal Bob Harris (Bill Murray) seorang pemain drama senior yang kini udah gak main film, tapi lebih sering jadi bintang iklan. Iklan wiski lebih tepatnya. Dia dapet job untuk syuitng iklan wiski di Jepang. Bob sendiri terpaksa sering meninggalkan istri dan anaknya ketika bekerja di daerah jauh menyerupai kini ini. Ternyata budaya yang absurd plus bahasa yang absurd pula menciptakan Bob terasa sangat absurd dan kurang betah di Jepang. Bayangkan, dalam syuting iklan aja beliau diarahin pake Bahasa Jepang dan cuma dibantu penerjemah. Hal yang sama juga dirasakan Charlotte (Scarlett Johansson) seorang perempuan yang tiba ke Jepang dalam rangka menemani suaminya yang bekerja sebagai photographer. Kesibukan sang suami disana bikin Charlotte menghabiskan harinya sendiri berkeliling hotel dan Tokyo. Hingga mereka berdua bertemu disebuah kafe di hotel. Charlotte yang merasa kesepian (plus cemburu karna sang suami malah erat dengan seorang cewek yang jadi model fotonya) merasa menerima sobat dengan hadirnya Bob, bahkan lama-lama beliau menerima perasaan yang lebih.
Bob yang juga emang jenuh disana dan juga jenuh dengan perkawinannya yang udah 25 tahun, mencicipi hal yang sama. Walau usia terpaut jauh, gak bikin mereka susah akrab. Hari-hari di Tokyo mereka lewatkan bersama. Dan sampai tiba waktunya berpisah apakah yang mereka pilih? Meninggalkan keluarga masing-masing demi orang yang gres mereka temui di jepang, ato apa?

Hubungan yang terjalin antara Bob dan Charlotte emang unik. Mereka terlihat saling cocok, tapi dilain pihak kita juga tahu kalo mereka udah berkeluarga. Faktor itu yang bikin arah film ini gak praktis ditebak. Pengambilan gambra di film ini juga terasa sangat spesial. Di beberapa adegan, terasa indah. Bahkan adegan Scarlett Johansson berada di game center juga terasa begitu indah. Sangat pantas film ini menang oscar di kategori Best Screenplay. Untuk Bill Murray, aktingnya sebagai seorang pemain drama yang jenuh sangat pantes. LIhat aja tampangnya sepanjang film yang kusust terus, tapi mencoba ramah pada orang Jepang. Dan tampang itu lantas berubah disaat bersama dengan Charlotte. Judul film ini juga sangat berhasil menggambarkan filmnya. Lihat bagaimana bingungnya Bob & Charlotte dalam menghadapi orang Jepang yang meyoritas tetep make bahasa Jepang walopun bicara sama bule macam mereka. Dan lagi tiap obrolan bahasa Jepang juga gak disertai subtitle, yang bikin kita merasa serolah juga sedang mengalami "Lost in Translation" kayak mereka. Dan jangan lupakan endingnya yang cukup "misterius".

RATING: 

Artikel Terkait

Ini Lho Lost In Translation (2003)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email