Nama Confucius dikenal luas sebagai filsuf terbesar China. Ajarannya sudah banyak menyebar ke penjuru dunia. Bahkan beberapa pemikiran menganggap Confusius sebagai nabi mereka. Pemeluk Agama Kong Hu Cu meyakini kenabian seorang Confucius. Bahkan kalau saya tidak salah, penganut Ahmadiyah juga meyakini kalau Confucius yakni nabi. Diluar kepercayaan saya, dari aneka macam fakta tersebut saya sanggup menangkap kalau intinya Confucius yakni sosok besar nan bijak yang penuh dengan nilai moral dan filsafat dalam kehidupan. Dan ketika mendengar film yang mengangkat kisah hidupnya, keinginan saya yakni film tersebut menyajikan juga aneka macam filosofi hidup pemikiran Confucius. Dengan kata lain saya mengharapkan sebuah film yang menggugah dan inspiratif.
Confucius (Chow Yun-fat) dikenal sebagai seorang guru dari Kerajaan Lu yang memiliki banyak murid dan pengikut dan dikenal akan ajarannya mengenai moral dan etika. Karena kepandaiannya diakui, Confucius mulai menerima jabatan tinggi di kerajaan. Dia juga banyak berjasa dalam pembangunan negara sekaligus hebat dalam taktik perang dan politik. Hal itu ia buktikan ketika berhasil merebut kembali 3 kota yang pernah jatuh ketangan kerajaan Wei. Tapi intrik dalam politik kerajaan dimana banyak pihak yang merasa posisinya terancam oleh Confucius menciptakan hubungannya dengan pihak kerajaan retak dan kesannya harus terusir dari Kerajaan Lu. Sejak itu Confucius beserta murid-muridnya mulai berkelana dari satu kerajaan ke kerajaan lain sembari berbagi ajarannya.
Melihat penokohan abjad Confucius sepanjang film yang nyaris tepat dan penuh pemikiran moral, memiliki cukup banyak pengikut yang sangat loyal, tapi juga dibenci banyak pihak memang kisah hidupnya layaknya kisah hidup seorang Nabi yang sedang berbagi ajarannya. Jika film ini dibentuk dengan sudut pandang Kong Hu Cu, maka hal tersebut sanggup dipahami mengingat penganut pemikiran ini menganggap Confucius sebagai Nabi. Tapi bagi orang lain menyerupai saya, sosok Confucius terasa dipaksakan menjadi sempurna. Sepertinya semua hal yang beliau lakukan atau putuskan yakni benar.
Dari cara penceritaan, film ini tidak mengecewakan menarik diikuti dari awal sampai melewati pertengahan film. Walaupun film ini terasa kurang dalam memenuhi keinginan saya mengenai pemaparan aneka macam macam filosofi kehidupan yang inspiratif, setidaknya bab paruh awal film ini sangat menarik buat saya. Sayangnya, paruh kedua ketika Confucius meninggalkan Kerajaan Lu, dongeng menjadi terasa terburu-buru dan kurang fokus. Konflik yang terjadi pada Confucius di tiap negara yang beliau singgahi terasa sangat singkat dan kadang membingungkan. Dan ketika film sudah selesai, saya hanya merasa "lho, sudah selesai?". Penceritaan yang kurang fokus dan mengulang-ulang konflik yang sama (Confucius tiba kemudian pergi) di paruh kedua menjadi lantaran utama hal tersebut. Hal lain yang miss di film ini yakni beberapa adegan yang nikatnya dibentuk untuk menciptakan penonton tersentuh tapi jatuhnya malah berlebihan dan terlalu didramatisir.
Saya cukup menyukai pemakaian CGI di film ini. Kadang memang masih terlihat bergairah dan tidak konkret tapi secara keseluruhan sudahn cukup memuaskan. Film ini sendiri sempat mengundang kontroversi mengenai pemilihan pemain drama yang memerankan Confucius. Chow Yun-fat yang sudah dikenal sebagai pemain drama kung-fu sempat dianggap kurang cocok memeranakn seorang filsuf. Dimata saya, Chow Yun-fat tidaklah jelek memerankan sosok Confucius. Tapi juga tidaklah Istimewa dan kurang berhasil menghidupkan sosok yang inspiratif.
Ini Lho Confucius (2010)
4/
5
Oleh
news flash