Friday, February 1, 2019

Ini Lho In A Better World (2010)


Balas dendam. Saya pribadi bukan orang yang sepenuhnya menentang hal tersebut. Terkadang untuk melawan sebuah penindasan atau kekerasan dan ketidakadilan, pembalasan itu yakni hal yang diperlukan. Tetapi apabila hal tersebut hingga berlebihan bahkan hingga mendarah daging pada diri setiap manusia, maka akan berakibat fatal. Kira-kira hal itulah yang menjadi pokok bahasan utama dari film Denmark yang mempunyai judul orisinil "Hævnen" atau kalau diartikan yakni Revenge ini. Film isyarat sutradara wanita, Susanne Bier ini yakni film yang behrasil memenangkan "Best Foreign Language Film" di Golden Globe dan puncaknya di Oscar kemarin. 


Film ini mengisahkan wacana persahabatan antara 2 bocah yang sama-sama berasal dari keluarga yang kurang harmonis. Elias (Markus Rygaard) yakni anak yang sering di-bully oleh teman sekolahnya dan dipanggil "Ratboy" alasannya yakni giginya yang ibarat gigi tikus. Sementara Christian (William Jøhnk Nielsen) yakni anak pindahan darim London. Orang renta Elias walaupun belum bercerai tetapi sudah tidak tinggal serumah lagi. Sang ayah, Anton (Mikael Persbrandt) yakni dokter yang mengabdi untuk mengobati orang-orang miskin di Afrika. Hal itu membuatnya jarang bertemu dengan keluarganya. Sedangkan sang ibu Marianne (Trine Dyrholm) juga merupakan seorang dokter. Keduanya sudah tidak akur. Walaupun begitu mereka coba mempertahankan rumah tangga mereka demi Elias dan sang adik.
Christian lain lagi. Ibunya gres saja meninggal. Sekarang beliau harus tinggal dirumah neneknya bersama sang ayah, Claus (Ulrich Thomsen). Christian sendiri tidak begitu menyukai ayahnya. Bagi dia, ayahnya itulah yang membuat sang ibu meninggal alasannya yakni ayahnya mengalah dan tidak mau melanjutkan pengobatan. Bagi Christian itu sama artinya sang ayah menginginkan sang ibu meninggal. Hal itulah yang membuat Christian menjadi anak yang pendendam dan pemarah. Dia pada awalnya hanya mencoba menolong Elias dengan memukul sang pengganggu yang sebelumnya juga pernah memukul dirinya. tapi Christian agak kelewatan, bahkan hingga mengancam menggunakan pisau. Hal itulah yang menjadi awal dari persahabatan Christian dan Elias yang ternyata akan menuju kepada sebuah agresi balas dendam yang jauh lebih besar.

Selain diajak melihat dongeng persahabatan Christian dan Elias, kita juga akan melihat bagaimana usaha ayah Elias, Anton dalam menjadi dokter di Sudan. Disana beliau harus dihadapkan dengan persoalan sosial dimana beliau harus mengobati orang yang dianggap musuh dan setan oleh penduduk setempat. Tentu saja itu yakni hal yang sangat dilematis bagi Anton. Disatu sisi sebagai dokter beliau harus mengobati pasien tanpa pandang bulu. Tapi disisi alin sang pasien ini yakni seorang penjahat yang sudah membunuh banyak orang. Bahkan beberapa dari pasien Anton yakni berasal dari ulah dan tindak keji sang pasien ini.

Kembali ke topik utama yakni balas dendam. Film ini bekerjsama mencoba memberi pelajaran bahwa segala hal tidak harus dilakukan dengan pendekatan kekerasan. Tidak semua perbuatan tidak adil juga harus dibalas dengan kekerasan, alasannya yakni hal tersebut menjadi tidak akan berakhir dan akan terus menjadi kekerasan yang berlangsung terus menerus. Tapi sayangnya, Susanne Bier malah lebih fasih dalam menghadirkan pesan bahwa "Terkadang balas dendam itu juga diperlukan". Balas dendam yang dilakukan Christian terhadap siswa yang melaksanakan bully bagi saya cukup dapat dibenarkan walaupun penggunaan pisau yakni hal yang salah. Karena salah satu cara menghentikan bullying yakni dengan cara melawan dengan lebih keras. Bahkan pihak sekolah juga tidak terlihat menawarkan perbaikan terhadap bully yang diterima Ellias. Hal itulah yang membuat saya justur makin berpikir kekerasan dan balas dendam terkadang memang perlu.

Kesan yang sama juga terlihat dari balas dendam yang dilakukan warga Sudan terhadap pelaku penganiayaan. Disitu justur terlihat kesan bahwa "Nyawa dibayar nyawa". Usaha Susanne Bier membuat kesan balas dendam hanya akan berakibat jelek mulai terlihat pada sebuah rencana balas dendam puncak yang dilakukan oleh Christian dan Elias. Tapi pesan tersebut tidak terlalu berhasil masuk pada saya dikarenakan jalinan plot yang mengarah pada bab itu yang akan menggiring kita pada selesai film terlalu biasa dan tidak menyentuh sama sekali buat saya. Sangat predictable, tidak menarik, yang mengakibatkan pesan itu malah gaungnya kalah dibandingkan dengan adegan yang menggambarkan kegunaan balas dendam yang ditampilkan di paruh awal film.


OVERALL: Sungguh sayang pesan yang coba dihadirkan pada film ini justru karam alasannya yakni kurang berhasilnya bab plot mengangkat greget di bab akhir. Tapi secara keseluruhan film ini tetap film yang cantik ditonton untuk mengetahui batas-batas dalam pembalasan dendam.

RATING:

Artikel Terkait

Ini Lho In A Better World (2010)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email