Indonesia punya segala macam cerita mengenai hantu-hantuan yang sangat akrab dan merakyat. Dan apabila digarap dengan benar dan setia dengan cerita yang ada maka sebuah sajian film horror yang angker bukanlah hal sulit dalam horror lokal. Tapi sayangnya atas nama komersialitas hal tersebut mulai dikesampingkan. Bumbu porno dan seksual yang tidak penting mulai menjadi tren di film horror kita. Bahkan penggambaran hantu ibarat pocong tidaklah terlihat angker di filmnya. Tapi sekali lagi perlu ditekankan apabila seorang sutradara horror lokal menmapilkan segala cerita yang tidak dilebih-lebihkan dan bertutur apa adanya atau paling tidak mendekati hal tersebut, maka horror yang angker yakni sebuah jaminan. Dan seorang Monti Tiwa telah melaksanakan itu 2 tahun kemudian melalui "Keramat".
Kru dan pemain dari film "Menari di Atas Angin" sedang melaksanakan perjalanan ke Jogja untuk pengambilan gambar sekaligus pra-produksi. Proses tersebut juga direkam oleh salah satu kru dengan kamera untuk behind the scene nantinya. Proses yang awalnya antusias bagi mereka lama-lama mulai berubah ketika salah satu pemain mereka, Migi (Migi Parahita) tiba-tiba sakit parah dan tak sadarkan diri. Dan ternyata badan Migi sudah dirasuki oleh makhluk halus yang kemudian membawanya ke alam lain. Seluruh kru dan pemain tentunya berusaha mencari dan membawa pulang Migi. Dan hal tersebut yang kesudahannya membawa mereka kedalam aneka macam kejadian mistik yang menyeramkan. Dan semua itu terekam dalam kamera behind the scene yang mereka bawa.
Pemilihan teknik mockumentary menciptakan film ini makin berasa "keasliannya". Tapi teknik tersebut belum tentu menjamin sebuah film horror bisa tampil natural sehingga bisa menciptakan penonton akrab dengan kengerian yang ada. Contohnya yakni "Terekam" dari tuan Nayato yang penuh ke-lebay-an disana-sini, dan pemilihan pemain yang terperinci sudah dikenal orang, sekaligus premise yang sangat tidak masuk akal. Sedangkan "Keramat"menggunakan pemain yang belum begitu dikenal publik. Premise yang ada juga lebih masuk akal, dimana setting film memakai Jogjakarta yang memang masih kental unsur mistisnya. Sebagai orang yang bertempat tinggal di Jogja saya mencicipi kedekatan tersendiri dengan film ini.
Monty Tiwa juga berhasil menghadirkan jenis-jenis teror yang memang akrab dengan kehidupan mistis Indonesia khususnya Jawa dan Jogja. Seperti pola gamelan berbunyi sendiri, sosok nyai penunggu kawasan tertentu, makhluk halus "kejawen" yang merasuki badan seseorang yang ia "suka",sampai rombongan pembawa keranda jenazah dan masih banyak lagi. Semuanya yakni hal yang pernah kita atau paling tidak saya dengar dan sudah bisa dibilang sebagai kultur di negeri ini. Begitu juga kemunculan pocong yang sempurna porsinya. Daripada mengandalkan tampilan muka rusak dan dampak close-up yang malah menciptakan konyol, pemunculan pocong disini lebih diperlihatkan dengan membangun aura. Dalam waktu beberapa detik kita dibiarkan termenung melihat bab bawah pocong melompat-lompat mendekati kita. Sungguh yang ditawarkan di "Keramat" murni kengerian yang dibangun oleh suasana dan kultur yang akrab dengan kehidupan sehari-hari.
Walaupun tidak menawarkan dampak seks yang sedang ngetren ketika ini, bukan berarti film ini tidak punya perempuan bagus sebagai penambah hiburan selain ketakutan. Miea Kusuma dan Poppy Sovia memegang peranan tersebut di film ini. Dan hebatnya mereka juga mampu berakting pada porsi yang pas. Begitu juga Migi Parahita yang bisa menawarkan aura creepy ketika ia kesurupan. Selain itu film ini tidak lupa menawarkan sedikit teguran bagi kita untuk lebih menghargai alam sekitar kita beserta penghuninya, baik itu yang nampak ataupun yang tidak. Meskipun terkesan agak menggurui buat saya. Masih banyak yang bisa saya tuliskan mengenai film ini, tapi berhubung saya terus merinding apabila mengingat perihal ini, saya menentukan menuntaskan review "Keramat" hingga disini. Bagi orang yang tidak terlalu percaya lagi pada hal mistis mungkin malah akan menganggap film ini konyol, tapi tidak buat saya.
OVERALL: Sebuah film yang horror yang bisa menciptakan saya begitu mencicipi takut dan sering terkaget-kaget. Salah satu yang terseram buat saya.
RATING:
Ini Lho Keramat (2009)
4/
5
Oleh
news flash