Tuesday, February 12, 2019

Ini Lho The Last Exorcism (2010)


Tipe film Mockumentary kini udah cukup banyak digunakan khususnya di genre horror guna menambahkan unsur ketegangan dan realistis didalamnya. Untuk beberapa tahun belakangan film dengan cara pengambilan gambar yang serupa bisa dijumpai di Cloverfield dan Paranormal Activity. Saya sendiri punya pandangan yang berbeda dengan kebanyakan orang dalam menaggapi 2 film diatas. Saya lebih menyukai Cloverfield yang buat saya lebih menegangkan dibanding Paranormal Activity yang buat saya lebih kearah membosankan. Dan kali ini muncul film denagn mockumentary tapi memperlihatkan tema yang berbeda, yaitu pengusiran setan. Tentu film bertema pengusiran terbaik yaitu yang rilis tahun 70an dulu yaitu "The Exorcist". Untuk melebihi film legendaris itu terang berat, tapi dengan teknik pengambilan gambar yang mencoba realistis ini, apa The Last Exorcism setidaknya bisa mendekati ketegangan pendahulunya?

Cotton Marcus yaitu pendeta muda yang diakui kehebatannya dalam menarik perhatian jemaah. Diluar itu ia juga dikenal sebagai "pengusir setan" yang handal. Tapi ternyata semua yang ia lakukan hanyalah kebohongan dan bukan betulan mengusir setan. Semua itu ia lakukan untuk menghidupi keluarganya, khususnya sang putra yang mengalami cacat. Marcus sendiri sedang menghadapi krisis keimanan. Dia mulai lebih percaya kepada hal berbau ilmiah dan emdis dibanding yang berbau spiritiual dan gaib. Samapai suatu hari ia memutuskan berhenti sesudah membaca gosip perihal seorang anak yang juga cacat menyerupai anaknya mati alasannya yaitu proses pengusiran setan. Sebelum berhenti ia berniat melaksanakan prosesi pengusiran setan terakhirnya yang kali ini ia mencoba merekam proses itu bersama 2 orang kru sekaligus memperlihatkan bahwa semua proses pengusiran setan yaitu bohong.
Marcus melaksanakan prosesi itu terhadap seorang gadis berjulukan Nell atas seruan sang ayah. Awalnya "prosesi bohongan" itu berjalan lancar samapai lalu sang iblis menampakkan sosoknya yang asli.


The Last Exorcism sukses menampilkan horror yang sangat realistis. Bagaimana pengenalan huruf Marcus diawal hingga risikonya ia melaksanakan proses pengusiran setan ditampilkan dengan real. Hal ini bahwasanya berpotensi menimbulkan kebosanan untuk beberapa orang alasannya yaitu alurnya yang cukup lambat. Saya sendiri nyaris kebosanan tapi untungnya dongeng dan akrakter yang ditawarkan cukup menarik. Teknik camera handheld yang digunakan juga halus dan tidak kebanyakan goyangan yang bisa bikin pusing. Yang agak mengganggu mungkin yaitu beberapa background music yang bahwasanya pas buat nambah unsur tegang, tapi buat film bertema mockumentary, background music buat saya gak perlu ditambahkan.

Patrick Fabian sebagai Cotton Marcus tampil baik sebagai pendeta yang menerima krisis keimanan. Tapi yang paling cantik terang Ashley Bell sebagai Nell si gadis kesurupan. Momen dikala ia belum kesurupan sebagai Nell yang ceria dan sesudah menjadi setan ditampilkannya dengan luar biasa.Momen dikala sang setan beraksi yaitu puncak kehebatannya dimana selain bisa menampilkan "emosi setan" ia juga punya kelebihan pada kelenturan tubuh yang diatas rata-rata sehingga bisa menampilan "gestur iblis" dengan maksimal tanpa sentuhan pengaruh apapun.

OVERALL: Agak lambat dalam penceritaannya, The Last Exorcism masih cukup berhasil menampilkan ketegangan sekaligus ending yang benar-benar menjadi epilog yang sempurna

RATING:

Artikel Terkait

Ini Lho The Last Exorcism (2010)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email