Uwe Boll. Nama yang pastinya udah legend banget dikalangan penyuka film. Tapi sayangnya sutradara yang satu ini melegenda bukan alasannya ialah beliau piawai bikin film bagus, tapi alasannya ialah film-filmnya yang secara umum dikuasai pembiasaan dari video game punya kualitas yang buruknya tidak ketulungan. Saya tidak berlebihan. Walopun barisan film Boll yang saya tonton cuma sekitar 5, tapi semuanya berhasil menciptakan saya kecewa dan kalau diharuskan ngasih nilai, kelima film itu tidak akan bisa menyentuh angka 5.0 di mata saya. Tapi kali ini saya mendengar Uwe Boll menciptakan sebuah film yang ceritanya murni hasil bikinan dia, walopun dari judul saya sempet ngira ini pembiasaan dari video game monster penghancur kota. Dan berdasarkan yang udah nonton, film ini masuk kategori cukup manis dan menghibur. Saya jadi ingin tau bagaimana kualitas film Boll kalau ceritanya berasal dari bikinan beliau sendiri.
Bill ialah seorang pemuda berumur 23 tahun yang masih tinggal dengan kedua orangtuanya. Padahal ayah ibunya udah menyampaikan kalo udah saatnya bagi Bill hidup mandiri. Bill menyebabkan pekerjaannya di bengkel yang belum menghasilkan banyak uang sehingga beliau belum bisa membeli apartemen sendiri sebagai alasan beliau masih belum bisa hidup sendiri. Sampe suatu hari tingkat frustasinya memuncak sesudah menerima pelayanan jelek di coffee shop dan restoran tempatnya makan. Kumpulan stress itu bermetamorfosis sebuah niat gila.
Bill merancang kostum dari materi anti peluru ala jaket polisi dan bersenjatakan aneka macam macam senapan, pistol dan bom beliau terjun ketengah kota untuk membantai semua orang yang dilihatnya dan orang yang membuatnya kesal. Bahkan beliau nekat meledakkan kantor polisi juga.
Dibagian awal film saya merasa kurang sreg dengan film ini. Akting pemainnya yang kurang bagus, dan juga teknik camera handheld yang dipakai terlalu mengganggu. Selain itu pemotongan gambar yang dilakukan juga amt tidak rapih. Tapi begitu film memasuki sesi "pembunuhan masal" semua itu berganti jadi kepuasan bagi saya. Akting Brendan Fletcher dibalik kostumnya terlihat sangat psikopat. Adegan pembunuhan massal ala game GTA juga sangat menghibur. Film ini sebenernya disajikan agak ibarat game. Tiap lokasi pembunuhan bagaikan sebuah level game untuk diselesaikan. Cara pembantaiannya juga cukup bervariasi. Dan keasyikan itu bertahan sampai film ini selesai. Dan ketika berakhir saya resmi menasbihkan "Rampage" sebagai film terbaik yang pernah dibentuk Uwe Boll (yang udah saya tonton).
OVERALL: Film yang bener-bener pantas dipake buat pengusir stress. Dan tampaknya Boll juga menciptakan film ini sebagai penghilang stress alasannya ialah filmnya yang terus dapet kritikan.
RATING:
Ini Lho Rampage (2009)
4/
5
Oleh
news flash